"Papa, kumohon, jangan" Yoongi mengiba, berlutut di depan Papa Min yang sudah siap mengarahlan pistolnya sekali lagi pada Jimin setelah sempat meleset mengenai lampu tidur kamar Yoongi dan Jimin.
Terdengar suara tangisan Mino yang cukup keras yang berada didalam keranjang bayinya, membuat Yoongi semakin panic, sedangkan Jimin sudah meringkuk ketakutan disamping tempat tidur. Wajahnya pucat pasi dan keringat meluncur deras dari punggungnya.
"Kau sedang menguji kesabaranku, Min Yoongi? Berani sekali kau berlutut seperti ini" Papa Min menendang bahu Yoongi hingga tersungkur di dekat Jimin.
"Papa, Mino sakit semalam, aku tidak bermaksud untuk..." Yoongi berusaha menjelaskan ketidak hadirannya di transaksi penjualan senjata tadi malam saat sekali lagi pistol milik Papa Min ditembakan kedekat Jimin dan mengenai tempat tidur tepat disamping Jimin.
"PAPA!" Yoongi berteriak putus asa, menghalangi tubuh Jimin yang lagi-lagi diarahkan pistol oleh Papa Min. "Papa, kumohon... ku mohon..." Yoongi menyatukan kedua telapak tangannya didepan wajahnya, memohon dengan putus asa agar Papa Min berhenti menembaki Jimin yang sudah memeluk Yoongi erat, menyembunyikan diri dibelakang punggung Yoongi.
"Kau mengecewakan, Min Yoongi" ucap Papa Min datar.
"Aku berjanji, aku berjanji tidak akan mengecewakan lagi, tapi jangan sentuh Jimin" mohon Yoongi.
Papa Min berjalan kedekat sofa, membalik sofa itu menghadap Yoongi dan mendudukan diri dengan tenang disana. "Jadi, kenapa kau berani tidak datang?"
Yoongi mengelus tangan Jimin yang memeluknya erat untuk mengais sedikit ketenangan dari segala kekacauan yang tengah terjadi di rumahnya saat ini, tangisan Mino yang terdengar makin keras membuat Yoongi kebingungan harus seperti apa dia bertindak.
"Mino sakit, badannya panas, dia menangis..."
"Anak bayi memang merepotkan" Papa Min tersenyum mengerti.
Yoongi merasa nafasnya mendingin disetiap detiknya, alaram bawah sadarnya memasang tanda bahaya yang tidak pernah berhenti berbunyi saat pria dengan perawakan sangat tenang ini muncul dirumahnya.
"Tapi itu tidak menjadi alasan untuk kau tidak datang!" Papa Min menatap dingin pada Yoongi.
Pria dingin itu berdiri dari duduknya, kembali berjalan kearah Yoongi, menarik Yoongi menjauh dari Jimin begitu saja dan memojokkan Jimin yang sudah menangis ketakutan.
"Selama ini aku tidak pernah keberatan Yoongi berhubungan dengan siapapun, bahkan denganmu sekalipun. Tapi ini sudah mulai keterlaluan, Park Jimin. Kau membuat Yoongi lupa dimana tempatnya" Desis Papa Min tenang.
"Bergerak dan aku akan membolongi kepalanya, Min Yoongi" ancam Papa Min saat Yoongi berusaha mendekat. Ancaman itu membuat Yoongi terdiam kaku ditempat. Kepalanya terasa pusing dengan semua intimidasi yang didapatnya saat ini. Jika ada orang yang tidak mungkin bisa Yoongi singkirkan, itu Cuma Papa Min.
"Papa... hiks... aku..."
"Sshhh" Papa Min tersenyum ramah pada Jimin dan menarik rambut Jimin hingga membuat Jimin mendongak keatas. "Jangan coba-coba mengontrol anakku, Park. Kau mungkin sudah menikah dengannya, tapi dia punya tanggung jawab lain selain memanjakanmu dan anakmu! Paham?" Papa Min menghempaskan kepala Jimin begitu saja hingga bertabrakan dengan kayu tempat tidur.
Jimin mengangguk kencang pertanda dia paham. Air matanya semakin deras dengan mata yang menatap ketakutan pada Papa Min.
"Aku tidak minta Yoongi setiap hari untuk meninggalkanmu dan cucu-ku. Tapi saat dia punya tanggung jawab dimalam hari, kau tidak bisa menghalanginya, apapun alasannya." Papa Min menatap lurus pada mata Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOI NO YOKAN-2
FanfictionYOONMIN! ( biar nyambung, silahkan baca yang KNY-1 dulu kakak yorobun) "Tentu saja begitu, uangku adalah uangku, uang Yoongi hyung adalah uangku. kita sepakat" "Sudah lama aku tidak menggunakan tongkat baseball-ku. Aku senang sekali hari ini" "Dia S...