REMINDER!!
Part ini mengandung ke-uwuan yang luar biasa😍Happy reading~
----
HUJAN tiba-tiba turun. Membuat jendela kelas XI-A penuh dengan embun air. Padahal tadi matahari masih bersinar. Namun, tiba-tiba saja langit sangat bersemangat menumpahkan isinya. Flora dan Seli akhirnya kembali ke kelasnya dengan selamat. Tak berapa lama, muncul segerombolan murid-murid XI-C yang melangkah malas. Mereka menghadap Pak Syahril dengan helaan nafas jengkel setiap detiknya. Ada... 6 orang. Berati 3 kelompok. Namun, ada satu hal janggal yang terselip diantara mereka semua.
Pak Syahril melihat-lihat siapa yang ada di hadapannya sekarang. Tapi, tangannya segera menyambar buku kumpulan nilai miliknya. Membuka-buka cepat, lalu membaca semua yang tertera disana. "Oh, Si Ricardo ternyata kerja, ya? Hm. Tumben banget?" katanya sembari terheran-heran sendiri. Masalahnya bukan hanya dia yang sekarang terheran.
"Lo denger, nggak? Rio kerjain tugas Pak Syahril!" bisik Flora kepada Seli yang tengah menahan kekesalan.
"Ya, terus kenapa? Cuman kerja kliping kayak gini emang apa susahnya?"
"Bukan itu! Ini Rio, lho! Rio! Ricardo Naraya Wijaya! Si biang kerok yang hobinya nggak ngerjain PR dan tugas."
"Terus kenapaaaa??" desis Seli gemas. "Say it, Flo. Jangan-jangan kamu suka sama Rio?"
PLETAK!
Sebuah jitakan sukses mendarat di kepala Seli.
"Sampe gajah bisa bertelur-pun, gue nggak bakalan suka sama dia!"
"Ati-ati, lho, Flo. Benci sama cinta itu beda tipis."
"Apa bedanya coba?" balas Flora jengkel sambil memutar matanya.
"Kalian ini kelas berapa... Sudah kelas sebelas.. Mau naik kelas dua belas. Masak setiap ada tugas kalian ini nggak kerja?" sekarang giliran Pak Syahril yang bersuara, menarik perhatian seisi kelas XI-A untuk mendengar perbincangan antara guru-murid yang tak kerja PR. "Ricardo aja udah berubah, lho. Sampe saya bingung. Rencananya mau saya ruqyah itu anak. Takutnya ada yang nggak-nggak masuk ke dalamnya."
Cekikikan kecil berhasil lolos dari beberapa murid XI-A.
"Yasudah. Mumpung saya lagi seneng, gara-gara tau Ricardo kerja tugas-nya, sudah sana kembali ke kelas kalian. Saya tunggu hasil kerja kalian di meja saya besok pulang sekolah. Jika kalian masih sayang nilai, silahkan kumpulkan besok. Jika kalian pasrah dengan nilai, maka yasudah, siap-siap ada panggilan orang tua."
"Ya, Pak." Jawab anak-anak kelas XI-C seraya menarik nafas. Mereka lantas keluar kelas.
KRINGG! KRINGG! KRINGG!
Bertepatan dengan acara murid kelas XI-C kembali ke kelasnya, bel pulang sekolah-pun berbunyi. Setelah membaca doa dari sentral, murid-murid kelas XI-A berebutan memberi salam kepada Pak Syahril lalu berhamburan keluar kelas. "Hati-hati! Hujan! Awas jatoh!" seru Pak Syahril memperingati murid-muridnya.
Flora melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. "Sel, gue cabut duluan, ya. Les gue ganti jam soalnya. Jadi gue mesti berangkat kesana sekarang. Belum kena macetnya."
"Iya, sana cepet, gih. Ati-ati, ya. Hujan." Jawab Seli.
Flora memberikan lambaian tangan terakhir lalu segera menembus hujan untuk masuk ke mobil yang dikendarai oleh sopir pribadinya, yang sudah menunggu di depan halaman sekolah. Seli menghela nafas pelan. Matanya melihat rintik-rintik hujan yang turun. Ia lalu mengirimkan SMS kepada ibundanya, ingin wanita itu menjemputnya. Namun setelah itu, tiba-tiba pikirannya teringat sesuatu. Tubuhnya segera berbalik, lantas berlari menuju loker sekolah. Tangannya membuka loker itu. Pandangannya lalu tertuju kepada satu payung yang sudah menghuni lokernya entah sejak kapan. Payung bercorak polkadot bewarna merah muda dan biru. Jemarinya meraih payung itu dan menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Teen Fiction#1 in phobia Pertemuan dengannya di ruang guru membuat Rio;cowok bandel nan tampan; terus penasaran dengan satu gadis yang selalu menganggap dirinya hama. Gadis yang selalu membawa inhaler dimanapun ia berada. Gadis yang selalu gondok jika bertemu d...