24

2.9K 251 3
                                    

“LAMA banget kamu, Flo. Aku kan bosen di kelas,” kata Seli setengah cemberut.

“Iye maap, Non, Lian gak gangguin lo, kan?” tanya Flora yang dibalas gelengan dari Seli.

“Setiap Lian mau ganggu, Varen selalu aja muncul,” cerita Seli. “Aku risih juga sama dia lama-lama, Flo.”

Mata dua orang itu melirik Varen yang ada di sebelah mereka, sibuk memainkan ponselnya di jam pelajaran kosong ini. Tangan kirinya dimasukkan ke sakunya santai, jari tangannya meng-scroll¬ layar ponselnya dengan semangat.

“Emang ganteng banget ya dia, sayang dingin, cocok sama lo tuh, Sel, sama-sama dingin,” goda Flora sambil menopang dagunya.

Seli mendengus pelan. “Flora, tolong fokus.”

“Jangan-jangan dia suka sama elo lagi, Sel..”

Mata Seli kembali melirik Varen.

Merasa ada yang meliriknya, Varen melirik ke kanan kirinya dan menemukan mata Seli yang tertuju kepadanya. “Apa?” tanyanya pelan namun menyeramkan.

Segera Flora dan Seli mengalihkan pandangan mereka ke satu sama lain.

“Hiii.. Serem bangettt..” bisik Flora yang dibalas anggukan dari Seli. “Kok ada ya orang-orang kayak gitu.” Flora kembali fokus kepada tujuannya. Ia memperbaiki posisi duduknya sebentar kemudian bersiap untuk berseru kepada Varen yang ada di seberangnya. “Oi, Ren, baca apa sih? Kok serius amet?”

Varen menolehkan kepalanya dan menatap lurus Flora membuat Flora meleleh seketika. Ganteng banget, yaampunnn, batin Flora dalam hati. Tangan kanan Varen mengangkat ponselnya dan menunjukkan layar kosong nan hitam kepada Flora.

“Ha? Liat apa lo? Kok cuman--- HUWWAAAAAAAAAAA!!!!!” teriak Flora sedetik kemudian saat muncul wajah pocong putih dari ponsel Varen secara tiba-tiba. “Kampret lo, Ren! Gue tanya baik-baik malah lo kasih pocong mencolot!”

Varen tersenyum tipis dan kembali memainkan ponselnya.

Nafas Flora tersegal-segal akibat kaget yang fatal. Ia memegangi jantungnya yang seakan hendak keluar. Membuat Seli tertawa pelan. “Kapok, sapa suruh gak fokus ke aku.”

Flora mencubit gemas lengan Seli. “Lo itu ya, kok kadang jahat banget sih?” tanya Flora kemudian beralih lagi kepada Varen. “Woi, Ren! Lo itu sama sereminnya sama pocong itu! Malah lebih serem lo!” seru Flora.

Kepala Varen menoleh lagi kepada Flora dan memperlihatkan senyuman tipis yang terukir di wajahnya. Kemudian ia beranjak dari kursinya dan pergi keluar kelas. Entah kemana.

“Gak jadi deh, Ren, gak jadi serem,” ucap Flora pelan setelah mendapatkan senyuman tipis dari Varen. Tapi setelah itu kepalanya kembali menggeleng cepat, menghilangkan imajinasi di kepalanya. “Ohya, Sel, tadi Rio nanya ke gue gini..”

Seli menatap lurus Flora, menunggu kelanjutan kalimatnya.

“Tadi Rio tanya ke gue kenapa lo bisa punya arrhenphobia..”

Gadis itu terdiam sejenak. “ Terus lo jawab apa?”

“Ya gue jawab, gue gak berhak ngasih tau lo, tanya aja sendiri ke Seli, gue jawab gitu..”

Nice job, Flo,” ucap Seli sambil tersenyum.

“Sel gue mau tanya,” panggil Flora serius. “Semisalnya Rio tanya lo langsung, apa lo bakal jawab dia?”

Mata Seli mengarah ke langit-langit kelas, simbol untuk berpikir sejenak.

“Sel?” panggil Flora lagi lantaran temannya itu tidak menjawabnya sedari tadi.

“Tentu saja nggak.” Seli menjawab sambil tersenyum, menyisakan Flora yang kebingungan menerjemahkan arti senyuman itu. “Udah yuk ke toilet,” ajak Seli sambil berdiri dari bangkunya.

“Ikut nggak?” tanyanya saat melihat Flora masih duduk manis di kursinya.

“Eh? Ikut-ikut..” jawab Flora lalu segera menyusul Seli. Lo serem banget, Sel, sekarang.

---------------------------------------------------------
P.S :

Terimakasih sudah mampir😊
Nantikan update-annya terus ya♡
Maafkan jika ada kesalahan🙏saya masih baru sih, hehehe
Jangan lupa VOTE, comment, dan follow yah☆

Thankyou
감사합니다

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang