23

3K 241 0
                                    

“RICADO, sini duduk sini dong,” ajak para cewek cheers saat melihat Rio melewati mereka.

No thanks, girls, next time, ya,” tolak Rio sopan. Kakinya berayun menuju tempat paling VIP sesekolah itu, tempat duduk sebelah Pak Edo, abang tukang bakso SMA Bakti Wijaya. Jika ingin tambah, langsung saja arahin mangkok kosong ke sebelah kanannya dan bilang ‘tambah Pak.’

“Yah, Rio gak seru ah,” sahut salah satu cewek diantara kerumunan itu.

Langkahnya terhenti saat ia menjumpai tulisan ‘Bakso EDO’ di depannya. Segera ia mengambil mangkok kosong beserta sendok garpunya, kemudian menyerahkan kepada Pak Edo. “Yang biasanya satu, Pak, pake gubis, sayur lengkap, gak pake bakso.”

“Lah, kok gak pake bakso seh, Den?” tanya Pak Edo menggunakan logat Jawa-nya. “Ini beneran, Den, cuman pake sayur sama kuah doang?”

“Bercanda elah, Pak. Gak mungkin saya jadi vegetarian, bakso besarnya dua ya, Pak,” pinta Rio.

Pak Edo menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, heran terhadap satu anak gantengnya itu. Namun, dengan segera Pak Edo mengambil beberapa induk bakso dan anak-anaknya kemudian menyiraminya dengan kuah panas. Jarinya dengan lincah menaburi mangkok yang berisi bakso itu dengan bawang goreng dan bawang daun.

“Sambal, Den?” tanyanya lagi yang dibalas dengan dua jari dari Rio yang berati dua sendok. Kemudian, Rio segera membawa makanan kesukaannya itu dan mencari meja kantin yang kosong, karena kala itu ada anak basket yang duduk di kursi VIP-nya.

Hari itu, ia berhasil escape lagi. Bertemu dengan anak-anak cheers yang habis latihan, bertemu dengan anak basket yang juga habis latihan, serta hampir bertemu dengan Pak Sukiman yang sedari tadi sibuk mencari dirinya.

Mata Rio tertuju pada satu meja yang daritadi ramai berisikan anak OSIS yang sekarang hanya bersisakan sahabat Seli disana, Flora. Senyumnya melebar. Flora sibuk menata ulang data-data yang berisikan kepentingan lomba basket, meninggalkan Seli di kelas sendirian. Entah apa kabar gadis itu sekarang. Saatnya mengorek informasi, batin Rio sambil berjalan menuju Flora.

“Hai, Flora, kamu cantik deh hari ini,” goda Rio sambil meletakkan mangkok baksonya di meja dan duduk di seberang Flora.

“Pergi kamu, Yo, gue gak ada porsi buat bercanda bareng lo sekarang.” Flora menjawab tanpa melihat Rio.

“Gue mau ngomong serius kok,” ucap Rio sambil menyuap bakso ke dalam mulutnya. Kalimat tadi sukses menarik perhatian Flora. “Gue mau tau lagi tentang Seli.”

“EH, ALDO INI DATA TAUN BERAPA LO MASUKIN KESINI KAMPRET?! KENAPA BISA DISINI?” teriak Flora kepada salah satu teman OSIS-nya yang sedang bercanda ria dengan teman-temannya, melalaikan tugasnya.

Eh buset, dikacangin gue.

Rio membersihkan tenggorokannya.

“Ehem.. lo tau gak ada gue disini?”

“Nggak. Gue taunya ada makhluk super stupid  dan super kepo yang lagi makan bakso di depan gue,” jawab Flora membuat Rio kesal.

“Flora, gue seriussss..” panggil Rio sambil menciprati Flora dengan es teh manis.

“IH! RIO! KOTOR SEMUA NIH SERAGAM GUE! LO NGAPAIN SIH?? ENTAR KALO GUE DISEMUTIN GIMANA?” teriak Flora memberontak. Sekarang, baju sekolah Flora berisikan bercak-bercak kecil es teh manis milik Rio.

Chill, nanti gue beliin yang baru, lengkap sama sepatu cenel yang lo pengen kapan hari. Gue denger-denger, katanya black card lo disita.”

“Oke, tadi lo mau tanya apa?” tanya Flora cepat sembari menyingkirkan data OSIS-nya membuat Rio tersenyum. Sial, ngapain sih bokap cerita-cerita ke bokapnya Rio?

“Janji ya lo bakal jawab pertanyaan gue??” tanya Rio antusias.

Flora mengedikan bahunya. “Ya, kalo gue bisa jawab, ya gue jawab.”

“Gue mau tanya tentang Seli,” raut wajah Rio berubah menjadi serius. “Kenapa Seli bisa punya Arrhenphobia?”

Wajah Flora seketika berubah menjadi kusam. Ia tersenyum getir. “Kalo tanya itu sih, sepatu cenel aja gak mempan ke gue,” jawab Flora. “Kalo lo mau jawaban itu, lo mesti tanya sendiri sama Seli. Gue gak ada hak apa-apa.”

Rio mengunyah baksonya dengan serius. Tumben kok alot ya, batinnya dalam hati. Kembali ke akal sehatnya, ia kembali penasaran terhadap Seli. “Kok gitu sih, Flo, gue yakin lo pasti tau.. Kasih tau gue doongg..”

Kepala Flora menggeleng pelan. Tangannya kembali meraih kertas-kertas milik organisasinya.

“Gue gak bisa. Gue cuman bisa kasih satu hint,”

“Napa lo cuman ngasih hint? Gak sekalian jawabannya?” tanya Rio lagi.

“Karena gue juga salah,” jawab Flora pelan dengan sedih serta rasa menyesal tersirat di setiap katanya. “Andai gue lebih peka, Seli gak mungkin kayak gini.” Lanjut Flora lagi dengan sangat pelan namun cukup jelas untuk didengar Rio.

“Gue cuman bisa kasih tau lo itu. Selebihnya, silahkan tanya ke Seli.” Flora meringkas semua kertas-kertasnya dan hendak meninggalkan Rio yang membeku disana. Ia melangkahkan kakinya yang jenjang dari kursi lalu berjalan ke ruang OSIS-nya.

“Oh iya,” ucap Flora lagi sebelum benar-benar meninggalkan meja itu.

Rio mengadahkan kepalanya, menunggu apa yang akan dikatakan Flora.

“Maafin gue ya, Yo, gue tau lo pasti kecewa banget.” Flora meluncurkan kalimat itu dengan senyum ciut terukir di wajahnya kemudian ia benar-benar hilang di balik tangga.

Rio mematung di tempatnya. Tangannya terasa sangat malas untuk mengangkat sendok baksonya. Otaknya terus dipaksa untuk berpikir kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi di masa lalu Flora dan Seli. Sampai ada satu tangan dingin yang menarik telinga kirinya dengan keras.

“NAHH! Ini! Enak banget kamu ya makan bakso Pak Edo disini, saya juga mauu donggg!” seru Pak Sukiman sambil menjewer Rio. Namun, yang dijewer tidak menunjukan reaksi apa-apa. “Ayo balik ke kelas sekarang!”

Rio mengikuti perintah Pak Sukiman dengan sangat patuh. Ia berjalan mendahului Pak Sukiman ke kelasnya, meninggalkan mangkok baksonya yang baru dimakan dua biji dan noda bercak es teh manis bekas cipratannya tadi ke Flora di meja itu.

---------------------------------------------------------
P.S :

Terimakasih sudah mampir😊
Nantikan update-annya terus ya♡
Maafkan jika ada kesalahan🙏saya masih baru sih, hehehe
Jangan lupa VOTE, comment, dan follow yah☆

Thankyou
감사합니다

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang