28

2.6K 226 0
                                    

Pesta ulang tahun Flora memang terlalu mendadak bagi Seli. Ia tidak diberitahu bahwa pestanya akan digelar pada tanggal 24 ini. Sekarang sudah tanggal 23, hari Sabtu, dan Seli masih belum memotong rambutnya. Padahal Flora sangat ingin Seli tampil dengan rapih dan bermodel pada saat pestanya. Ia hanya belum siap mental. Matanya menatap langit-langit kamarnya intens.

Sedari kemarin, kerjaan setelah pulang sekolahnya adalah berlatih memakai softlens bersama Flora. Ya, tentu saja Flora juga tidak ingin Seli memakai kacamata hitam yang membuat kecantikan sahabatnya itu terhalangi. Seli sampai menangis selama 15 menit kemarin karena setelah ia berhasil memakai softlens-nya, ia tidak bisa melepaskannya. Padahal ia sudah mengikuti instruksi Flora. Namun, pada akhirnya softlens itu bisa terlepas akibat matanya yang banjir.

TOK TOK

“Iya, Ma?” tanya Seli setengah terkejut sambil membukakan pintu untuk bundanya.

“TARAAA!” seru seorang perempuan mengejutkan Seli.

“Yaampun, Flo.. Kamu gak sibuk apa?? Kan udah besok pestanya..” omel Seli sambil menutup pintu kamarnya.

“Gue pengen liat progress lo sampe mana dan ternyata memang ya, kalo gak ada gue, lo gak maju sama sekali,” ucap Flora setengah cemberut.

Matanya kemudian menuju ke sebuah dress kuning bercorak daun-daun hijau yang menjuntai indah di gantungan baju Seli. “Jangan bilang lo mau pake itu besok?”

Seli mengangguk pelan, membuat Flora mendesah sambil merebahkan tubuhnya. Tapi, sedetik kemudian ia kemabali bangkit dan menggandeng tangan Seli.

“Gue udah ngeramalin ini semua dan untung aja gue udah nyiapin semuanya.”

“Mau kemana, Flo? Aku belum pamit mamaku!”

“Tante Luna, anaknya Flora culik dulu, yaaa...” seru Flora yang dibalas teriakan setuju dari Luna di dapur.

Seli menghela nafas sesaat setelah ia masuk ke dalam mobil Flora.

“Tujuan pertama,” Flora mengecek ponselnya. “Salon, berangkat kita, Pak!”

Pak Irwan, sopir pribadi Flora setelah melajukan mobilnya ke salon kesukaan Flora. Tak perlu waktu lama, mereka berdua sampai di salon itu. Saat hendak masuk, Flora seakan menyeret-nyeret Seli yang masih belum siap mental. Kepala Seli terus menggeleng. Tak tega rambut panjangnya dipotong.

“Percaya sama gue, ini salon tempat gue dandan besok, jadi pasti hasilnya the best banget!”

Seli menatap pantulan bayangannya di cermin. Rambutnya memang sudah panjang sekali sampai hampir ke pinggulnya. Tante salon-pun akhirnya muncul dengan membawa peralatan lengkapnya. Tiba-tiba Flora ikut menampakkan dirinya di cermin Seli.

“Tante, bagusnya Seli dipotong kayak gimana ini?”

Tante itu berpikir sejenak kemudian mengambil sebuah majalah yang berada di dekatnya, membukanya cepat lalu menunjukkan satu foto model kepada Seli. Rambut model itu apik dan rapih dengan potongan oval. “Segini semestinya sudah cukup.”

Tante itu mengarahkan jari telunjuknya ke bawah bahu Seli.

“Gimana Sel? Biar gak gerah juga? Ayo dong, resolusi tahun ini, potong rambut kalo gue gak remidi bioo..” goda Flora sambil menyenggol-nyenggol lengan Seli.

Seli memejamkan matanya sejenak.

“Gimana?”

“Iya,” jawab Seli pelan. “Silahkan dipotong, Tante.” Ujar Seli mantap yang dibalas anggukan oleh kedua perempuan di belakangnya itu.

-----------------------------------------

Yuhuu~~

Arrhenphobia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang