GADIS itu duduk termangu-mangu memandang jendela besar di sebelahnya. Tangannya menangkup secangkir latte yang selalu dipesannya. Cahaya matahari langsung memapari wajahnya yang cantik. Rambutnya ditarik ke belakang, menjatuhkan beberapa anak-anak rambut yang sudah mulai panjang di dekat telinganya.
"Enak?" tanya seorang pria sambil menopang wajahnya.
Gadis tersebut mengangguk. "Lebih enak dari yang dulu, Pa."
Pria itu tersenyum kemudian menyerahkan satu piring kecil yang berisi cupcake cilik-cilik yang bentuknya sangat menggiurkan. "Papa lagi bikin resep baru. Cobain, deh."
"Nggak ada racunnya, kan?"
Pria paruh baya tersebut tertawa geli. "Mana ada ayah yang tega meracuni anaknya sendiri?"
"Kalo kemasukan setan?"
"Papa-mu yang sekarang, bukan lagi Papa yang mudah diselubungi setan kayak dulu. Papa jamin, deh," katanya sambil mengacak rambut perempuan itu. "Cobain, tuh, cupcake-nya."
"Nama menu-nya apa?"
"Selidelia by Chef Sean."
Sekarang gantian perempuan itu yang tertawa geli. "Jelek amat nama menunya."
"Enak aja. Berati kamu bilang kalo Papa salah pilih nama buat kamu, gitu?" jawab Sean setengah kesal. Lantas dikeluarkannya sekotak lagi. "Ini buat mamamu. Jangan lupa kasih."
"Hahaha. Iya-iya, Seli coba-in dulu," ucap Seli sambil memasukkan gigitan pertama dari kue kecil itu. Matanya melebar. Ia menatap Sean dengan penuh kebanggan. "Enak, Pa! Untuk ukuran orang yang nggak suka manis, Seli suka banget."
Sean mengangguk bangga. "Iya dong. Kan Papa buatnya pake referensi dari kamu."
TRINGG
Kedua manusia itu segera mengarahkan matanya ke pintu. Sekali lagi, refleks dasar manusia, penasaran. Inilah reaksi dari dua orang itu. Sean: tersenyum hangat. Sementara Seli: tersenyum kesal.
"Wah, kok tumben Papa mertua ada di sini? Biasanya di dapur." Katanya dengan nada ceria membuat Seli semakin kesal.
"Ricardo, sini, deh. Saya baru bikin resep baru."
Laki-laki itu segera mengambil tempat duduk di sebelah Seli. "Nama menunya kali ini apa?"
"Selidelia."
Kepalanya mengangguk-angguk pelan. "Jelek banget, nggak, sih, nama menunya?" tanyanya kepada gadis yang di sebelahnya.
Seli menahan nafas kesal kemudian menatap laki-laki itu dengan penuh kejengkelan. "Rio, kamu mau aku siram atau gimana?" katanya sambil mengangkat cangkir.
Tawa Rio berderai. "Iya-iya, Sayang. Ampun."
"Apaan sih? Geli, tauk."
Senyum terlukis di wajah Rio. Tak bosan-bosannya ia mendengar kalimat itu. Ia menatap Seli. Gadis itu juga ikut tersenyum tipis. Dasar tsundere, batin Rio dalam hati.
"Kamu mau jemput Seli, Yo?" tanya Sean sambil meminum kopi hitamnya.
"Iya, Om. Bentar lagi kelas mau dimulai."
"Haduh kapan ya kalian lulus. Om-kan pengen liat kalian nikah."
"PAPA!" jerit Seli kesal. Haduh.. Dua laki-laki ini bener-bener nggak ada bedanya.
"Secepatnya, Om," sahut Rio jahil yang lalu menerima satu pukulan di lengannya. "Ayuk, dah, Sel. Om kita berangkat."
Sean mengangguk dan melambaikan tangannya. Mereka berdua keluar dari cafe itu. Namun, sesaat setelah mereka keluar, Seli terkejut bukan main.
"Kamu bawa motor?" tanya Seli tidak percaya.
"Iya," jawab Rio sembari menyerahkan helmnya. "Yuk. Berangkat kitaaaa."
"Berangkat-berangkat, mbahmu! Aku pake rok!" balas Seli sambil menunjuk bawahannya: sebuah rok midi bewarna kuning kotak-kotak hitam.
Rio tersenyum lantas mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Maka dari itu aku bawain kamu ini." Katanya sambil mengangkat sebuah sarung.
Seli bersusah-payah menahan tawanya. Cowok ini selalu memberinya kejutan. Ia lalu mengambil sarung itu dan memakainya dengan cara terpaksa. Kemudian perlahan menaiki motor gede itu. "Udah, siap."
"Oke! Berangkat kita!" serunya riang lalu mulai menjalankan motornya, tanpa tau bahwa gadisnya sedang tersenyum di punggungnya.
●▪●▪●
AKHIRNYAAAAA!!
SAMPE EPILOG BROO
MAAFKAN SAYA YANG TELAH MENGGANTUNGKAN CERITA INI SETAHUN LEBIH😭😭
Karena hari ini special, bukan cuman dua, bukan cuman satu, tapi 18 part sekaligus ku up.
18 part lho!
Delapan belas!!!
#krik krik
Ya, cerita ini memang-lah sangat jauh dari kata sempurna. But, semoga kalian tetap suka huehehe
Saranghaeyo akutu
🦋⭐🦋
Tertanda
SO SARANGHAE
Saturday, 6 Juli 2019-
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Teen Fiction#1 in phobia Pertemuan dengannya di ruang guru membuat Rio;cowok bandel nan tampan; terus penasaran dengan satu gadis yang selalu menganggap dirinya hama. Gadis yang selalu membawa inhaler dimanapun ia berada. Gadis yang selalu gondok jika bertemu d...