BEL tanda pergantian pelajaran berbunyi. Para murid cowok segera berlari berhamburan ke luar kelas, hendak berganti baju. Sementara para cewek masih saja enggan untuk beranjak dari kursinya masing-masing. Biasa, pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling dibenci kaum hawa, selain kimia tentunya.
"Gue males ganti...." rengek Flora sambil membaringkan kepalanya di mejanya.
"Kamu aja males, apalagi aku." Jawab Seli sambil menghela nafas.
"WOI, KATA PAK ANDIK, YANG TELAT KE LAPANGAN, BAKAL DIHUKUM LARI SEPULUH KALI!" seru Adit tiba-tiba dari balik pintu yang sudah memakai baju olahraganya. Para cewek-pun kembali menarik nafas kesal. Dengan malas, mereka menyeret kakinya sambil menjinjing baju ganti ke arah toilet perempuan. Tak terkecuali Seli dan Flora.
"Bareng aja yuk, Sel."
Seli mengangguk pelan kemudian mengekori Flora masuk ke satu kamar mandi perempuan. Mereka lantas berganti baju dengan cepat. Namun, Seli malah membeku dan enggan mengganti roknya dengan celana olahraga. Hal itu tentu saja membuat Flora bingung.
"Kenapa lo? Mules? Gue keluar dulu aja—"
"Aku dapet, Flo."
Mata Flora sontak membelalak sempurna. Dirinya cepat-cepat merapihkan pakaiannya dan segera memasukkan baju seragamnya ke dalam tas kecil.
"Tunggu sini, ya. Jangan kemana-mana. Awas lo!" Flora kemudian berlari dengan semangat 45, meninggalkan Seli yang tersenyum tipis di dalam kamar mandi.
Tak perlu menunggu lama, Flora segera menggedor pintu kamar mandi dan segera memberikan 'sesuatu' kepada Seli. Gadis itu-pun segera menjalankan ritualnya dan akhirnya keluar dengan seragam putih abu-abu masih melekat pada tubuhnya.
"Nggak apa-apa, nih, nggak ikut?" tanya Flora sambil menguncir rambutnya.
"Namanya juga dapet. Mau gimana lagi.." balas Seli mengedikkan bahunya cuek.
Dua perempuan itu segera berlari menuju lapangan. Disana, sudah ada anak-anak kelas XI-A dan XI-C berkumpul menjadi satu. Lebih tepatnya, para cowok yang berkumpul, sedang asik menentukan kelompok bermain futsal sambil menunggu Pak Andik yang masih asik mengamati murid-muridnya dari bangku penonton. Kelas C sendiri merupakan kelas yang isinya kebanyakan cowok yang menekuni bidang olahraga. Dan kebetulan, kelas C selalu berpasangan dengan kelas A untuk pelajaran olahraga sejak kelas sepuluh.
"Mau gue yang bilangin?" tanya Flora yang segera dibalas gelengan dari Seli.
Seli kemudian mendekati Pak Andik dengan hati-hati. Berusaha mengesampingkan segala ketakutannya, lalu ia berkata, "Pak Andik, saya izin tidak olahraga."
Pak Andik menautkan alisnya bingung. Kemudian menatap Seli dari atas ke bawah dan balik ke atas lagi. Setelah seperti itu selama semenit akhirnya ia tersadar dan segera menganggukkan kepalanya. "Kalo gitu, tunggu disini aja, ya. Jangan di kelas." Ucapnya sambil berdiri dari kursi dan menuju ke gerombolan murid-muridnya.
Seli mengangguk patuh dan segera duduk di bangku penonton atau lebih tepatnya bangku tempat penitipan bermacam-macam botol air dan minuman. "Udah sana, yang bener olahraganya. Biar nggak encok terus." Ucap Seli–yang mendadak asik menjejerkan beberapa botol minum—kepada Flora yang masih menemaninya.
"Seharusnya gue yang bilang kayak gitu, dasar." Seru Flora jengkel kemudian berlari menyusul Pak Andik.
Enaknya aku ngapain ya?, batin Seli berpikir. Pasti bosan menunggu teman-teman selesai olahraga. Tangannya diregangkan pelan. Tapi, beberapa detik kemudian, ia merasakan ada hawa manusia di sebelahnya. Dan benar, orang itu datang menghampiri bangku tempat Seli duduk sambil meletakkan botol minumnya di bangku itu.
Varen. Cowok itu datang sedikit terlambat.
"Sakit?" tanyanya saat melihat Seli masih menggunakan seragam sekolah.
Tubuh Seli menengang sesaat. Lantas ia menganggukkan kepalanya pelan.
Laki-laki itu melirik Seli. Lalu, tangannya perlahan bergerak menuju pucuk kepala Seli tanpa perintah otaknya, hendak mengusapnya. Tapi, memang dasar Seli. Gadis itu mempunyai reflek yang apik. Dengan cepat ia menjauhkan kepalanya dari telapak tangan Varen.
"Jangan sentuh." Ucapnya lirih.
Varen menatap perempuan itu. Ada kebingungan tersirat di bola mata Varen. Ia terkejut saat Seli langsung menjauhkan kepalanya seperti itu. Yang bener aja, Ren. Lo ngapain?, batin laki-laki itu. Tangannya lantas mengepal, kemudian jatuh ke samping pinggangnya. "Cepet sembuh." Ujar Varen pelan sambil tersenyum samar. Kemudian segera berlari, menyapa Pak Andik sekilas, lalu masuk ke kerumunan murid-murid.
Seli mendesah pelan. Ia lantas mengisap inhaler yang selalu dibawanya. Mata Seli lalu mengamati Pak Andik yang dari jauh sedang mengabsen anak-anaknya. Kemudian berteriak-teriak tidak jelas secara tiba-tiba. Tangannya diletakkan di atas kepalanya. Tanda: Aku pusing.
"Kemana bocah satu itu?! Escape lagi?" teriak Pak Andik di hadapan murid-muridnya yang tak berdosa.
"Iya, Pak! Ditelan bumi paling!" balas Lian semangat.
"Iya, Pak! Tadi, dia bilang dia lagi mules! Mungkin sekarang ada di WC lagi berak." Sekarang Afif yang berucap.
"Mules atau males?!" tanya Pak Andik lagi.
"Wah, kurang tau saya, Pak. Gimana kalo Bapak coba cari dia aja? Abis gitu bawa kesini. Kita adili sama-sama." balas Afif lagi.
Lantas Pak Andik menoleh, memandang Seli yang duduk dengan manis di belakangnya.
"Seli, bisa Bapak minta tolong?" tanyanya setengah berteriak.
Gadis itu terkejut dan segera berlari kecil menghampiri Pak Andik. Tak lupa pula untuk menjaga jaraknya. "Tolong apa, Pak?"
"Tolong carikan murid bandel saya, namanya Ricardo. Saya perlu kasih perhitungan sama dia."
Mata Seli membulat sempurna. Rahangnya seperti hendak jatuh ke bawah. Ricardo? Maksudnya, Rio?! "Ta-tapi, Pak—"
"Tolong bantu saya. Saya masih perlu mengajar anak-anak yang sudah menunggu disini."
Tidak bisa menolak, akhirnya ia hanya bisa menghela nafas panjang. "Ya, Pak.." ujar Seli pelan. Dia benar-benar tidak bisa berkata 'tidak' kepada guru.
Sambil menggumam tidak jelas, dirinya kemudian mulai berjalan keluar dari lapangan.Kakinya terus melangkah. Menyusuri taman, gudang belakang sekolah, lorong kelassepuluh dan kelas dua belas dan lorong dekat ruang guru. Langkahnya kemudian terhenti saat ada seseorang yang memanggilnya dari jauh.
●▪●▪●
---------------------------------------------------------
P.S :Terimakasih sudah mampir😊
Nantikan update-annya terus ya♡
Maafkan jika ada kesalahan🙏saya masih baru sih, hehehe
Jangan lupa VOTE, comment, dan follow yah☆Thankyou
감사합니다
![](https://img.wattpad.com/cover/139430355-288-k688708.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Roman pour Adolescents#1 in phobia Pertemuan dengannya di ruang guru membuat Rio;cowok bandel nan tampan; terus penasaran dengan satu gadis yang selalu menganggap dirinya hama. Gadis yang selalu membawa inhaler dimanapun ia berada. Gadis yang selalu gondok jika bertemu d...