SELI sengaja datang sangat pagi ke sekolah hari itu. Today is the day. 21 September merupakan tanggal lahir sahabatnya, Flora. Ia membuka loker Flora dengan kunci serep yang memang sudah dipegangnya semenjak masuk SMA dulu.
Jarinya menempelkan stiker-stiker kecil di sekitar dinding loker Flora dengan rapih. Kemudian, diselipkannya satu kotak kecil berwarna merah di ujung loker Flora. Terakhir, ia menempatkan tiga buah cupcake dengan lilin yang menyala berkarakter minion, kesukaan Flora, di dalam loker itu.
Tangannya meraih saku jaketnya, mengeluarkan pengharum ruangan kecil bewarna kuning. "Hmm.. kasih gak ya?" timbang Seli sambil tersenyum jahil.
"Iya, kasih aja sono, terus gak lama lagi mulut sahabat lo bakal berbusa."
Badan Seli membeku seketika. Tanpa menoleh-pun, ia tahu siapa pemilik suara ini. Kepalanya kembali memutar ingatan beberapa hari lalu, saat Seli berkunjung ke restoran Tante Rina.
Sontak Seli segera menutup pintu loker Flora dan menguncinya kemudian meninggalkan tempat itu. Tangannya yang tadi membawa pengharum ruangan, sekarang berubah menjadi inhaler.
"Eitsss! Mau kemanaa?" tanya laki-laki itu menutupi jalan Seli.
Seli mendengus kesal. Sambil menatap lantai, ia merubah jalannya ke arah kanan. Namun, ia menjumpai sepatu hitam itu. Dengan kecepatan tinggi, ia kembali merubah jalannya ke arah kiri. Namun, laki-laki itu tak kalah cepatnya.
Gemas, kesal, panas, bercampur menjadi satu. Kakinya dihentak-hentakkan pelan. Bibirnya monyong 30 cm padahal masih pagi. Matanya menatap kesal laki-laki yang ada di depannya sekarang. "Minggir Rioo....!"
Laki-laki itu hanya diam menatap Seli. Senyum terlukis di wajahnya, membuat yang berada di depannya sekarang salah tingkah. Pipi perempuan itu perlahan memerah, membuat senyum Rio semakin mengembang. Tak berapa lama, ia menggeser tubuhnya ke samping, membiarkan gadis itu lewat.
Seli yang melihat kesempatan, tanpa aba-aba langsung berlari kecil menuju kelasnya.
"Minggir Rioooo...!" seru salah satu perempuan di belakang Rio, mengikuti mimik muka dan nada yang sama persis dengan Seli.
"Eh, Flora, cantik banget kamu ha-"
"Dibilangi minggir kok," ucap Flora gemas sambil menyenggol lengan Rio yang membuat laki-laki itu kehilangan keseimbangan.
"Ih, dasar nenek lampir,"
Dengan cepat, tangan perempuan itu meraih sepatu yang dikenakannya dan mengambil ancang-ancang untuk melemparkannya kepada seorang laki-laki nan ngeselin yang sedang berlari menuju lapangan.
Setelah melihat badan Rio yang semakin menjauh, Flora kembali memakai sepatunya sambil membuka lokernya. Seketika itu juga, ia tersenyum kecil.
Matanya langsung menemukan foto dirinya dengan Seli di taman bermain hasil liburan terbaru ini. Foto itu diterangi oleh lilin-lilin kecil yang menyala di sekitarnya. Ia mengeluarkan cupcake dari lokernya dan menemukan catatan kecil disana.
Happy Sweet Seventeen♥
Jangan lupa bersyukur
Ayo make a wish
-S-
Sambil berdiri di depan loker, Flora memejamkan matanya kemudian ia mengucapkan wish¬-nya dengan mulut tertutup. Kemudian ia meniup pelan lilin-lilin kecil itu dengan semangat.
Setelah puas, ia meringkas sendiri kue-kue itu [hal ini sudah lumrah bagi 2 sahabat itu]. Matanya kembali menyusuri lokernya, takut ada kejutan lain di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Teen Fiction#1 in phobia Pertemuan dengannya di ruang guru membuat Rio;cowok bandel nan tampan; terus penasaran dengan satu gadis yang selalu menganggap dirinya hama. Gadis yang selalu membawa inhaler dimanapun ia berada. Gadis yang selalu gondok jika bertemu d...