Semua mata yang ada di sana otomatis meletakkan perhatiannya ke dua insan itu. Ada yang menyoraki pujian dan hujatan, ada juga yang bertepuk tangan.
Seraya melangkahkan kakinya, Seli bersusah payah menahan semua rasa aneh yang menyelimuti pikirannya. Ia menggigit bibirnya dalam-dalam. Jangan dipikirin, Sel, bentar lagi sampai and selesai. You will be just fine. They won’t touch you.
Setelah semua itu, akhirnya mereka sampai di panggung dan menghampiri Flora yang sudah berdiri dengan cantik disana. Seli melonggarkan lengannya dari Rio dan memberikan bucket bunga yang sudah dibawanya tadi dengan tangan gemetar. Sementara Rio, masih menunggu Flora untuk mengucapkan wish¬-nya sebelum akhirnya lilin yang dibawanya ditiup.
Sorak sorai dan tepuk tangan menyelimuti ruangan itu. Seli dan Rio yang sudah menyelesaikan tugasnya segera turun dari panggung. Gadis itu menuruni panggung dengan nafas yang tak teratur. Sejenak ia merasakan pusing di kepalanya.
“Ups, ati-ati, Sel,” seru Rio cekatan memegangi Seli saat heels Seli masih tersangkut kabel hitam yang berkeliaran bebas di dekat sana.
Dengan canggung, Seli segera melepaskan genggaman tangan Rio.
“Thanks.”
Masih jalan berdampingan namun dengan jarak yang cukup jauh, Rio menyodorkan sapu tangannya kepada Seli, membuat gadis itu bingung seketika.
“Bibir lo,” ujar Rio sambil menunjuk bibirnya. “Berdarah.”
Seli terkejut dan segera mengeceknya dengan sapu tangan yang diberi Rio. Dan benar, terdapat satu bercak noda merah kecil di sapu tangan itu. Namun, ia kembali terkejut dan kembali memandang Rio.
“Selamat, kamu telah menggunakan sebuah barang dari makhluk yang kamu benci, cowok.” Rio tersenyum dan meninggalkan Seli terlebih dahulu.
Gadis itu tersenyum tipis di dalam gelap. Ia segera memakai inhaler-nya kembali. Satu sisi, ia merasa senang karena ia still fine setelah semua ini. Seli mengarahkan matanya ke panggung dan menatap Flora.
Flora yang juga sedang menatap dua insan itu melakukan wink kepada Seli dan berkata tanpa suara “You did a great job!”
Seli kembali tersenyum dan menatap sapu tangan yang ada di genggamannya dan kembali berjalan melewati satu sosok yang sedari tadi melihatnya dari awal ia masuk bahkan sampai ia turun dari panggung.
“Wah gila, Rio! Dateng-dateng gandengannya langsung cecan gitu!” ujar Lian sambil menggelengkan kepalanya kemudian matanya beralih ke pemuda yang duduk di sebelahnya.
“Ren! Jangan melamun dong!” ujar Lian sambil menepuk pundak Varen yang sedang mengamati sekitar dengan tatapan datar.
“Gue cabut duluan,” ucap Varen sambil meneguk minumannya.
“Lho? Why? Pesta baru aja mulai!” balas Lian sedikit keras akibat suaranya tenggelam diantara omongan MC di depan. Namun, Varen tidak menjawab pertanyaan dan hanya berjalan dalam diam sampai keluar ruangan.
°•°•°
“AAAA!! Gue suka bangettt!!” seru Flora sambil memeluk Seli di mobilnya. “You did a great job sweetheart!”
Pesta Flora telah usai setelah 4 jam lamanya. Seli tersenyum sambil memakai inhaler-nya sebentar. Setidaknya, hari ini Seli berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik, tanpa mengecewakan orang-orang yang di sekitarnya.
“Lo tau gak sih, gue itu udah mempersiapkan semua ini demi lo,” ujar Flora. “Gue pengen lo cepet sembuh, Sel.”
“Iya, aku tau,” jawab Seli pelan. “Aku juga ingin sembuh.”
Sunyi senyap menghiasi mobil Flora sedetik kemudian.
“Maafin gue ya, Sel, kalo aja dulu gue langsung nyari lo, lo gak bakal—”
“Bukan salah kamu, Flo,” potong Seli cepat sambil memejamkan matanya. “Bukan salah kamu. Kamu sama sekali gak salah.”
Flora menatap sedih sahabatnya itu.
“Oh, come on, hari ini kamu mestinya seneng. Udah ya, jangan dipikirin lagi.” Ujar Seli sambil mengelus kepala Flora. Tak berapa lama, mobil Flora sampai di apartemen milik Seli.
“Thanks, udah dianterin ya, Flo.”
Setelah itu, mobil Flora menghilang di balik belokan. Seli masuk ke apartemennya dengan langkah gontai. Ia membuka pintu kamarnya dengan sangat pelan agar tidak menggangguu ibunya.
Tangannya membuka laci meja belajarnya dan mengeluarkan satu botol obat dengan pil bewarna kuning. Seli segera meminum satu dari obat itu. Kemudian, dirinya membersihkan diri dari makeup yang tadi semakin memperindah wajahnya.
Saat ia keluar dari kamar mandi, ponselnya yang berada di meja makan, bergetar hebat. Seli segera membuka pesan. Alisnya lalu bertaut satu dengan yang lain. Matanya menyipit, berusaha memastikan siapa yang mengiriminya pesan di malam hari itu.
Rio
Udah sampai rumah?Seli kebingungan.
Seli
UdahSelang beberapa menit, ponsel Seli kembali bergetar.
Rio
You okay?Seli
Yea
Rio
K then.
Alis Seli semakin bertaut, tak mengerti apa tujuan laki-laki itu mengiriminya pesan. Ia meletakkan kembali ponselnya dan hendak kembali masuk ke kamar mandi.Namun, tak berapa lama kemudian, ponselnya kembali bergetar. Seli kembali meraih ponselnya dan melihat satu pesan dari Flora : ‘Nemu ini di kamera vendorku.’
Seli membuka foto yang dikirim Flora. Seketika itu, senyum kecilnya mengembang. Foto itu menampakkan candid dirinya yang melingkarkan tangannya di lengan Rio saat hendak masuk ke ruang utama. Tangannya kembali meletakkan ponselnya dan menuju kamar mandi dengan semangat.
Ia tak percaya dengan dirinya sendiri yang sedang tersenyum di foto itu.
-----------------------------------
Aku yang nulis kok aku yang baper ya:shmm
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrhenphobia [END]
Teen Fiction#1 in phobia Pertemuan dengannya di ruang guru membuat Rio;cowok bandel nan tampan; terus penasaran dengan satu gadis yang selalu menganggap dirinya hama. Gadis yang selalu membawa inhaler dimanapun ia berada. Gadis yang selalu gondok jika bertemu d...