"Sudah menidurkan Hyunji nya?"
"Eih? Ku pikir kamu udah tidur." Balas Yoora yang sedikit terkejut ketika melihat Saera tengah bersandar pada ranjang kasur.
"Aku tidak mengantuk. Ah iya, kau mau mandi? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu dan piyama sudah ku taruh di atas sofa. "
"Saera, aku jadi berpikir sebenarnya siapa pemilik rumah ini? Kenapa seakan-akan kau seorang pembantu dan aku nyonya nya?"
"Arah pembicaraanmu pasti berujung pada perdebatan. Cepat mandi atau aku tidak akan berbagi ranjang denganmu."
"Galak sekali." Yoora mendengus kesal sambil memungut bathrobe yang tergeletak karena Saera barusan melemparnya.
Perempuan itu hanya tertawa melihat raut wajah kesal yang ditunjukkan sahabatnya. Menurut Saera, Yoora itu menyebalkan dan menggemaskan dalam waktu bersamaan seperti tadi.
Sambil menunggu Yoora keluar, ia mengutak-atik ponsel berlogo apel ke gigit itu. Mendengarkan alunan lagu lewat headphone memang sangat menenangkan. Saera terlalu pusing memikirkan sifat keras kepala gadis itu yang terus menolak bantuannya.
Senyumnya terpatri di bibir ketika foto seorang pria terpampang di layar ponselnya. Meski hanya sebuah siluet dari belakang, namun menurutnya pria itu selalu tampan dari sisi mana pun.
"Kak Jaehyun, kenapa kau tampan sekali?" gumamnya sambil menggulingkan tubuh ke kiri dan ke kanan.
"Aku senang kau ada disini, secara tidak langsung aku bisa terus melihatmu."
"Apa cinta ku bertepuk sebelah tangan? Ku harap tidak."
"Bisakah kau menatap ke arahku? Kau tidak memiliki kekasih bukan?"
"Aku berjanji akan selalu ada di sisimu dalam keadaan apa pun. Percaya padaku, semua akan baik-baik saja." lagi-lagi Saera hanya bisa bermonolog. Harap-harap, Tuhan bisa mendengarkan permintaannya yang ingin Jaehyun membalas perasaannya.
"Apa yang dipercaya?"
Saera refleks mengubah posisinya menjadi duduk. Ditaruhnya ponsel itu di atas nakas dan lengannya merapikan seprei kasur yang sedikit acak-acakan karena gerakan serampangannya. "Kau sudah selesai mandi?"
Manik Yoora terpaku pada ponsel Saera yang tergeletak di atas lemari kecil itu. Ia mengambil benda berwarna rose gold itu saat sahabatnya tengah telaten membereskan kasur.
"Apa pria ini yang kau sukai?" Ia bertanya sambil menggoyang-goyangkan ponsel di genggamannya.
Saera segera beranjak dan meraih ponsel itu dari lengan Yoora. "Tidak sopan sekali kau membuka-buka ponselku." jawab Saera ketus. "Dia bukan pria yang aku sukai, dia adalah idolaku."
"Aku bahkan belum membuka ponselmu. Apa kau baru saja berbohong padaku? Hanya melihat wallpapernya saja, aku sudah tahu kalau dia adalah pria yang kau kagumi. Benarkan?"
"Dia Lai Guanlin, kau tahu? Artis yang sedang naik daun itu."
"Sepertinya bukan, aku merasa tidak asing."
"Benar, itu Guanlin."
"Asal kau tahu aku juga mengidolakannya, aku sangat hafal postur tubuh Guanlin. Dia lebih tinggi dari yang di foto tadi." Yoora memandang Saera dengan pandangan menyipit. "Siapa pria itu? Seperti apa wajahnya? Apa tampan? Berapa usianya? Kau mengenalnya dimana? Atau jangan-jangan dia Minhyuk, barista cafe yang sering kau ceritakan padaku?"
"Bertanyalah satu-satu bodoh. Kau terus-menerus memberi pertanyaan, aku jadi susah menjawab yang mana dulu."
"Kalau begitu jawab saja, siapa pria itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanfictionTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04