Chapter 31-Misunderstand.

2.4K 304 4
                                    

Yoora mengeratkan coat- nya ketika angin berembus menerpa permukaan kulitnya. Tidak, butiran-butiran putih itu tidak menyentuh kulit, melainkan baju tebal beserta topi kupluk yang ia kenakan.

Ini sudah memasuki musim salju, tapi Yoora nekat menerobos tumpukan putih yang menutupi sebagian jalan. Beruntung salju itu sudah berubah setengahnya menjadi cairan.

Senyumnya mengembang kala melihat siluet pria yang akan ia temui. Bukan tanpa sebab ia bertekat keluar rumah dalam keadaan suhu seperti ini, Renjun sudah menunggunya di kafetaria SM Entertainment dimana mereka telah merencanakannya semalam.

Yoora mengambil tempat di hadapan pria yang tengah memfokuskan pandangannya ke jendela berkaca besar. Sepertinya pria itu belum menyadari kehadirannya.

Ia senang karena pertemuannya dengan Renjun tidak perlu di pertanyakan lagi oleh sekuriti karena Renjun secara terang-terangan berkata bahwa Yoora bisa masuk kesini kapan saja tanpa perlu ada pemeriksaan lagi.

“Huang Renjun!”

“Eoh kakak, kau sudah datang?”

“Baru saja, kau menungguku lama?”

“Sebenarnya iya, tapi aku sedang mengamati bagaimana butiran itu jatuh dan mencair ketika terjatuh ke jalanan aspal.”

“Memangnya kau tidak pernah melihatnya?”
“Aku sibuk, bahkan aku tidak memiliki waktu hanya untuk melihat salju. Maka dari itu, mungkin ini waktu yang tepat.”

“Apa aku mengganggu waktumu? Apa kau sibuk?”

“Tidak sama sekali. Aku memiliki waktu cukup luang sebelum keberangkatan ku ke Jepang.”

“Jepang? Ingin apa kau kesana?”

“Melakukan promosi album terbaru kami, jadi mungkin minggu-minggu berikutnya aku akan sibuk dan tidak bisa terlalu sering menemuimu.”

“Tak apa, yang penting kau baik-baik saja dan menjaga kesehatanmu. Ngomong-ngomong, kapan kau akan pergi kesana?”

“Dua minggu yang akan datang.”

“Ah, begitu ya.”

“Aku sudah memesankan jus Strawberry untukmu tepat sebelum kau datang. Aku tidak tahu rasa apa yang menjadi favorit mu, jadi aku memilihnya secara Random.”

Yoora menatap minuman berbahan dasar strawberry tersebut. Entah kenapa, ia merasa merinding melihat bagaimana jus tersebut berembun yang memberi kesan sejuk namun berbeda dimata Yoora. Menciumnya saja membuatnya mual, apalagi meminumnya. Mungkin Yoora bisa mati dalam hitungan detik karena alerginya.

“Kau menyukainya bukan?”

“Hm, sangat. Kenapa kau ingin bertemu denganku? Apa ada yang ingin kau bicarakan?”

“Tidak, aku hanya merindukan kakak. Satu minggu kita tidak bertemu, bahkan pertemuan kita waktu itu harus terhambat.”

“Aah, maaf aku sangat sibuk baru-baru ini.”
“Memangnya kau sibuk melakukan apa? Bukannya hanya membuat makanan untuk Kak Baekhyun?”

“Iya, tapi aku juga tidak memiliki banyak waktu, sama sepertimu.”

“Ah, begitu ya? Ngomong-ngomong seminggu yang lalu kau benar pergi dengan Kak Baekhyun?”

“Hm, aku harus ikut dengannya karena dia hanya memakan apa yang aku masak. Hitung-hitung sekalian berlibur ke negeri paman Sam.”

“Kak Baekhyun memang pemilih dalam makanan. Bahkan Kalau ibunya tidak membawakan makanan untuk nya, dia tidak akan memakan apapun.”

“Aku jadi kasihan pada ibunya. Pasti dia merasa kesulitan,”

“Ngomong-ngomong ini pertemuan kedua kita bukan? Aku tidak bisa menuruti keinginanmu yang ingin memakan makanan di pinggir jalan karena salju dan menghindari paparazi. Maaf,”

“Kau tidak perlu meminta maaf seperti itu, aku hanya bercanda saat itu. Tidak mungkin aku memaksamu untuk ikut dengan ku makan di pinggir jalan. ”

“Ku pikir kau serius pada ucapanmu.”

Yoora mengalihkan atensinya pada jendela luar. Ia cukup terkejut ketika melihat Baekhyun yang tengah menerobos salju, kemudian memasuki gedung SM Entertainment.

“Baekhyun?” gumamnya.

“Ada apa?”

“Aku melihat Baekhyun tadi, untuk apa dia datang kesini?”

“Sebelumnya dia sudah lama sekali tidak datang kesini, sesekali kemari hanya untuk melihat keseharian Nara. Kalau begitu, berarti ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.”
Renjun beranjak dari duduknya. “Ayo kak, kita lihat ke ruangan Nara.”

Yoora hanya mengangguk. Ia lantas mengikuti Renjun dari belakang yang membawanya entah kemana karena ini kali pertama Yoora memasuki ruangan seorang model dari agensi terkenal.

“Astaga, Nara!” pekik Renjun.

Ia bisa melihat bagaimana gurat cemas yang tercetak pada wajah kedua pria yang tengah berada di sisi-sisi Nara.

Bahkan sedang sakit pun, banyak orang yang memberi perhatian pada gadis itu, terlebih Renjun yang berkata mulai menyukainya nyatanya kini sedang menatap sendu ke arah Nara.

Bagaimana dengan Baekhyun? Pria itu tak kalah cemasnya. Wajah damainya berubah menjadi kalang kabut sambil terus memegangi lengan Nara yang sedang terbaring lemas di atas sofa itu.

Nyatanya, pertanyaan yang pernah ia lontarkan tentang apa Baekhyun mulai mencintainya atau tidak itu sudah terjawab.

Baekhyun tidak menyukainya. Yang pria itu prioritaskan adalah Nara.

Diam-diam ia tersenyum kecut. Kenapa Baekhyun tidak berterus terang saja Kalau tidak memiliki perasaan padanya, jadi Yoora tidak perlu merasa senang atas perlakuan Baekhyun selama ini padanya.

Lalu, perhatian-perhatian kecil yang Baekhyun berikan padanya hanya sebuah angin yang berlalu begitu saja? Apa hanya Yoora yang berpikiran, bahwa pria itu mencintainya?

Ia sudah tidak kuat berada disini. Yoora merasa ter bodohi karena percaya begitu saja dengan perkataan kedua pria itu. Apa ia sebuah boneka yang tengah di permainkan?

Saat hendak membuka pintu, seseorang menarik lengannya hingga membuatnya kembali berbalik. “Yoora?”

¢¢¢

Baekhyun terpaksa harus segera menuju kantor dimana tempatnya berlatih dahulu. Memang sudah lama sekali ia tidak kesana, paling hanya melakukan hal yang bersangkutan dengan Nara.


Tadi manajer Nara bilang, gadis itu pingsan karena terlalu lelah mengambil job pemotretan. Belum lagi Nara kini tengah sibuk menjalani proses syuting, mungkin gadis itu kurang asupan gizi hingga membuatnya sakit.

Ia rela menerobos salju, padahal ini hari pertama musim dingin datang. Tak apa, yang Baekhyun cemaskan saat ini adalah keselamatan Nara karena baginya, gadis itu sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Baekhyun melangkah gontai memasuki gedung tersebut. Tanpa bertanya, ia langsung berjalan menuju ruangan khusus dimana Nara beristirahat.

Saat memasuki ruangan tersebut, terlihat gadis itu tengah memejamkan matanya di atas sofa hitam yang terletak diujung ruangan. Ia menggenggam lengan Nara, seolah menyalurkan rasa cemasnya.

“Nara, bangun aku disini.” ucap Baekhyun. Lengannya menyentuh dahi gadis itu, terasa dingin. Apa Nara merasakan sakit panas dingin?

Tiba-tiba pintu terbuka, namun tak menghentikan atensi Baekhyun pada Nara. Ia tidak peduli siapa yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini, karena yang ia pikirkan hanyalah kesehatan Nara.

“Astaga, Nara!” pekik suara berat lelaki, Baekhyun menoleh dan mendapati junior-nya Huang Renjun yang tengah menatap cemas pula.

Baekhyun pikir, Renjun hanya datang sendiri. Namun, ekor matanya menangkap siluet gadis yang beberapa hari ini menghabiskan waktu bersamanya. Diaㅡ Jung Yoora.

Sebenarnya, ia tidak ingin gadis itu salah paham. Namun, Baekhyun juga tidak berhak berkata demikian pada Yoora karena keduanya tidak memiliki hubungan apapun.

Baekhyun menatap sinis kearah Renjun. Junior nya itu bahkan mencampakkan Yoora begitu saja dan beralih pada Nara, sebenarnya apa yang diinginkan olehnya?

Ia segera bangkit, ketika mendengar langkah dari gadis itu. Buru-buru ia mencekal lengannya hingga gadis itu beralih lagi menghadap padanya. “Yoora?”

Gadis itu terdiam sejenak. Baekhyun tahu, ada gurat kekecewaan yang tercetak jelas disana. Bahkan ia bisa melihat, bahwa Yoora saat ini ingin menangis karena cairan bening itu sudah menggenang di pelupuk matanya.

“Kau disini, Tuan?”

Tak menanggapi pertanyaan Yoora, Baekhyun membawanya keluar menuju kafetaria yang ada di dalam gedung tersebut.

“Kenapa kau berada disini?”

“Aku habis menemui Renjun, bagaimana denganmu?”

“Menemui Nara. Manajer nya meneleponku, katanya Nara jatuh pingsan. Maka dari itu aku langsung bergegas kesini menemuinya.”

“Begitu kah?”

“Apa keadaanmu sudah baik-baik saja?”

“Iya, aku tidak apa-apa.”

“Aku memberimu waktu satu hari untukmu beristirahat, kenapa kau malah keluar disaat musim dingin seperti ini?”

“Itu, aku bertemu dengan Renjun karena ada sesuatu hal yang harus kami bicarakan.”

“Apa kalian berkencan?”
“Kami tidak berkencan. Hanya saja, kami sering kali bertukar kabar dan semakin dekat.”

“Aku tidak suka kau dekat dengan Renjun.”

“Kenapa?”

“Karena menurutku, dia hanya main-main padamu. Kau tidak lihat tadi? Renjun begitu sangat mengkhawatirkan Nara, padahal ada kau disana.”

Gadis itu menundukkan kepalanya. “Bahkan kau juga seperti itu.” gumamnya yang masih bisa terdengar oleh Baekhyun.

Ia terdiam tak berkutik. Baekhyun tidak tahu Kalau Yoora juga berada disini. Kalau tahu pun, ia pasti lebih memilih akan mengantar Yoora pulang yang notabenenya adalah gadis yang baru sembuh dari sakit tifus, dibanding mengkhawatirkan Nara yang hanya pingsan karena kelelahan.

“Aku antar pulang,”

“Tidak perlu.”

“Yoora, tolong. Untuk kali ini saja dengar perkataanku.”

“Sebelumnya, aku minta maaf, Tuan. Kakak ku sebentar lagi menjemput.” Yoora bangkit dari duduknya. “Lebih baik kau kembali temui nona Nara, dia pasti lebih membutuhkanmu.” ucapnya kemudian merunduk.

Baekhyun bisa melihat dengan jelas, ketika gadis itu menerobos salju. Ia tidak bodoh bahwa Yoora baru saja berbohong padanya dan memilih untuk pulang sendiri. Yoora merasa sungguh kecewa.

“Maafkan aku, Yoora. Kau pasti salah paham dan mengira bahwa aku mencintai Nara.”

“Perlu kau tahu satu hal. Bahwa aku hanya mencintaimu dan aku akan membuat Renjun menderita karena telah mempermainkanmu.”

••To be Continued••

Hurt [Baekhyun Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang