Sungguh Yoora merasa depresi, sejak delapan bulan yang lalu ditinggal mati oleh anaknya. Bagaimana tidak? Saat dirinya bangun dari tidur yang panjang dan dalam penantian panjang pula ia berharap bisa bertemu anaknya, namun membuka mata sepertinya adalah pilihan yang salah.
Ia justru dibuat terkejut atas kematian buah hatinya, terlebih saat dokter Junmyeon mengatakan bahwa dirinya sudah koma delapan bulan yang lalu. Itu artinya, sudah hampir setahun bayinya pergi.
"Yoora.."
Tanpa berniat menatap lawan bicara dan menjawabnya, Yoora lebih memilih untuk bungkam dan tidak mengalihkan pandangannya dari jendela besar penghubung dunia luar.
"Sayang.. Ayo makan."
Lagi-lagi pria itu mengayunkan sebuah sendok ke depan mulutnya yang tertutup rapat. "Ayolah. Tidakkah kau merasa lapar tidak makan beberapa hari ini?"
"Perawat selalu membawakan makanan untukmu. Tapi tak kau makan.”
"Kali ini, aku ingin kau memakan makananmu. Atau kalau bisa, kau habiskan. Tubuhmu semakin kurus karena kekurangan gizi dan hanya mengonsumsi cairan infus."
"Bagaimana aku bisa makan, sedangkan anakku saja tidak." gumam Yoora kecil, hampir tak terdengar.
"Cukup Yoora! Dia sudah mati. Baby Byun tidak ada di dunia ini."
"Itu karena kau tidak menginginkannya! Jadi dia lebih memilih untuk mati."
"Baiklah lalu kau ingin apa? Membunuhku? Memasukkan ku ke dalam penjara? Mengadili ku? Atau mengasingkanku ke negara lain? Aku siap menerima nya Yoora, kalau itu bisa membuat hatimu senang dan lega."
"Maafkan aku, Baekhyun."
Entah kenapa, permintaan maaf terus saja terngiang di pikirannya. Beginilah ujungnya kalau selesai berdebat dengan Baekhyun. Yoora akan mengakhiri nya dengan kata maaf, yang tiba-tiba terlontar dari bibirnya.
Terkadang ia menangis. Tidak tahu air mata untuk apa, yang jelas rasa bersalah akan terus mengukuh di dalam hatinya seakan benar-benar rapuh.
"Jangan menangis.. Ini salahku, bukan salahmu."
"Maafkan aku." ucapnya lagi namun kini bibirnya bergetar.
Yoora merasa nyaman dan hangat dalam waktu bersamaan saat Baekhyun memeluknya. Seperti dibalut oleh lembaran selimut di saat musim dingin.
"Kau harus sembuh agar bisa melihat baby Byun."
"Baekhyun.. Maafkan aku ya?"
Terdengar helaan nafas dari bibirnya. Mungkin Baekhyun merasa bosan karena ia terus mengatakan hal serupa. "Jangan seperti ini. Kau membuatku takut,"
"Kau memaafkanku?"
"Tentu saja. Bahkan kau tidak salah apa pun, seharusnya aku yang meminta maaf."
"Anak kita.."
"Sstt, sudah jangan di pikirkan."
¢¢¢
"Kau harus terbiasa dengan sikap Yoora yang baru. Kini, dia lebih sering menangis dan menggumamkan kata maaf."
"Berapa lama dia harus mengalami hal itu?"
"Entah. Sampai Yoora benar-benar bisa melawan rasa trauma nya."
"Kenapa Yoora sampai Trauma? Apa keadaannya memungkinkan untuk ia bisa sembuh?"
"Faktor utama trauma itu terjadi karena mungkin, Yoora mengalami depresi atas kehilangan buah hatinya. Ia merasa gagal menjaga anak kalian hingga rasa bersalah terus menggerogoti pikirannya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
ФанфикTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04