Yoora menunggu Jaehyun selama 3 jam dirumah Saera. Perasaan khawatirnya sekarang bertambah, sebab tidak biasanya pria itu datang dengan waktu selama ini.
Ya, mereka sudah terbiasa melakukan pelarian seperti itu tiap kali seorang rentenir datang ke rumahnya. Namun berbeda dengan kejadian hari ini, para penagih hutang itu sudah berani memasuki rumahnya sampai memecahkan jendela karena berusaha untuk masuk.
Sebelumnya, Yoora jarang sekali datang ke rumah Saera saat kejadian berlangsung. Ia lebih memilih untuk bersembunyi di tempat yang aman, seperti gudang mungkin? Namun saat genting seperti ini, hal yang terpikirkan oleh Yoora adalah berlindung di rumah Saera yang sepertinya sangat aman.
“Sudah bisa dihubungi kakakmu?” tanya Saera yang baru saja datang dari arah dapur.
Yoora menghela nafas, lalu menggeleng pelan. “Dia tidak mengangkat teleponku, aku sangat khawatir.”
Saera mendudukkan dirinya di sofa sambil menaruh jus jeruk dengan beberapa camilan ke atas meja. “Aku yakin ada sesuatu, cerita lah. Aku akan mendengarnya.”
“Para rentenir itu datang lagi ke rumahku. Kak Jaehyun bilang aku harus pergi dari sana.”
“Kenapa mereka terus-menerus mengejar kalian?”
“Ayahku seorang penjudi dan pemabuk keras. Dia selalu meminjam uang pada rentenir itu.”
“Lagi?”
“Huh?”
“Kau pernah mengatakannya tempi lalu. Aku kira rentenir itu datang bukan hanya menagih hutang ayahmu. Pikiranku bertanya, apa kau juga meminjam untuk keperluanmu sehari-hari?”
“Tidak. Untuk membayar hutang-hutang ayah saja tidak terlunasi. Apalagi meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan?”
“Lalu kau yang harus melunasinya?”
“Kalau bukan aku memangnya siapa lagi? Kak Jaehyun belum bekerja, dan aku yang harus membayar uang kuliahnya setiap bulan. Gajiku tidak terlalu cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.”
“Sudah ku bilang, biarkan aku yang melunasi hutang-hutangmu. Kau tidak mungkin bisa membayar pinjaman yang kian menumpuk.”
“Aku tahu, tapi seperti biasanya aku akan menolak bantuanmu. Meski aku tidak mampu, tapi aku akan berusaha hidup berhemat dengan uang bulananku.”
“Memang kau digaji berapa tiap bulan? Dua ratus ribu won kan?”
“Setidaknya ada pemasukan setiap bulannya, meski harus dipakai untuk membayar tagihan ini itu, uang kuliah kak Jaehyun per semester yang jumlahnya lumayan menguras kantung."
Saera menatap Hyunji yang sedang bermain dengan anjing kecilnya disudut ruangan, sesekali ia tertawa melihat tingkah lucu yang di lakukan oleh bayi berumur 8 bulanan itu.
“Sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain lagi.”
Atensi Saera beralih ketika Yoora bergumam. “Pekerjaan sampingan? Kau sudah bekerja paruh waktu denganku, tidak usah menyiksa diri.”
“Tapi aku butuh uang lebih banyak.”
“Lalu kau mau bekerja seperti apa?”
“Mengantar susu atau koran di setiap pagi?”
“Kau itu harus berada di cafe jam 7.30. Memangnya setelah mengantar barang itu, kau tidak beristirahat?”
“Aku bisa beristirahat diruang ganti baju, atau meminta kak Taehyung untuk mengganti shift ku menjadi malam.”
“Kau pikir tidak lelah melakukan seperti itu setiap hari?”
“Aku bahkan belum mencobanya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
Fiksi PenggemarTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04