Keduanya kini berjalan beriringan menuju ruangan Baekhyun. Yoora membawa makanan yang sudah dimasaknya tadi bersama pria itu sewaktu di dalam dapur.
"Kau itu penakut sekali." ujar Baekhyun tanpa menoleh.
"Aku bukannya takut, cuma.. Di dalam gelap,"
"Itu sama saja dengan takut, tahu?"
"Terserahlah." ucap Yoora pasrah. Memang benar perkataan Baekhyun barusan, ia sangat takut.
Seakan teringat tentang kedatangan Baekhyun yang secara tiba-tiba, ia pun berniat menanyakannya pada pria itu. "Kenapa kau bisa berada di sana?"
"Karena aku ingin menghampirimu."
"Bukankah kau tidak tahu aku sudah sampai atau belum?"
"Sebenarnya, Jihoon meneleponku. Dia berkata bahwa kau takut membuat makanan untukku, dan memohon padaku untuk menemanimu karena kau cuma seorang diri."
"Dia memang sangat peduli padaku."
"Ku dengar tadi pagi kau bergandengan tangan dengannya."
"Kau tahu?"
"Hm, hampir seluruh pegawai membicarakanmu."
"Terkadang aku ingin cepat pergi dari kantor ini. Mereka semua tidak menyukai keberadaanku."
"Kenapa pula kau bergandengan tangan seperti itu?"
"Itu, karena aku cuma berteman dengannya. Ku pikir tidak ada salah nya kan cuma sekedar menautkan tangan?"
"Tapi yang mereka tahu kau adalah kekasihku."
"Dan karena itu, mereka membenciku saat mengira aku adalah kekasihmu. Padahal jelas-jelas nona Nara yang berada di posisi itu."
"Mungkin asumsimu benar. Nara terlalu dipuja oleh para pegawaiku, jadi mereka membenci orang yang bisa menggeser posisi Nara saat ini. Padahal sejak awal pun kami tidak berkencan."
"Kenapa tidak klarifikasi saja?"
"Maksudmu, klarifikasi tentang hubunganku denganmu? Kau setuju menjadi kekasihku walau cuma pura-pura?"
"Apa maksudmu? Bukan itu yang ku maksud."
"Lalu?"
"Maksudku, kau meresmikan hubunganmu dengan Nara agar aku bisa terbebas dari kebencian para pegawaimu."
"Aku tidak menyukai Nara."
"Bagaimana denganku? Kau selalu menuntut menjadikanku kekasihmu, kau bahkan berniat menikahiku. Bukankah kau tidak menyukaiku?"
"Iya, jelas aku tidak menyukaimu. Kau tidak ada tandingannya dengan Nara yang memiliki segalanya dalam segi materi dan ekonomi."
"Aku membencimu karena kau selalu merendahkanku."
Penuturan Yoora membuat Baekhyun menoleh. “Tapi aku berkata jujur bukan? Kalau bukan karena uang, mana mungkin kau menerima pekerjaan ini?"
"Tapi kau juga yang memaksaku, dan kau berani mengancamku."
Baekhyun memilih untuk diam. Ia mendaratkan bokongnya pada kursi kerjanya dan menyalakan layar komputernya.
"Aku menaruh makananmu disini. Selamat bekerja, dan sampai jumpa esok pagi."
"Temani aku bekerja."
"Apa?"
"Duduklah dulu dan tunggu sampai aku selesai, setelah itu kau akan ku antar pulang."
"Apa maksudmu? Aku harus pulang sekarang juga karena keluargaku sedang menunggu."
"Sebentar lagi selesai," jari Baekhyun mulai menari di atas papan keyboard.
"Tuan, ini tidak masuk ke dalam perjanjian mu waktu itu. Jadi, aku akan pulang sekarang."
Saat Yoora berbalik, Baekhyun dengan sigap menarik pinggangnya hingga kini tubuhnya berada di atas pangkuan Baekhyun.
"Yak! Apa yang kau lakukan, Baekhyun?!" ucapnya sembari meronta.
Wajahnya memerah semu sebab kini pelukan di pinggangnya semakin mengerat seakan pria itu tidak akan melepaskannya.
"Bukankah tadi aku menyuruhmu untuk menemaniku bekerja?"
"Tapi waktu bekerja ku sudah habis! Sekarang, singkirkan tanganmu atau aku akan berteriak."
"Berteriaklah sampai suaramu habis, tidak akan ada yang mendengar." ucap pria itu tepat ditelinga Yoora. Membuatnya merinding.
"Tuan, kau tahu bukan tubuhku ini sangat berat sekali. Kau pasti akan merasa pegal kalau terus memangku-Ku seperti ini."
"Kalau tubuhmu besar, mungkin aku tidak bisa menopang tubuhmu sampai saat ini."
"Tuan, kenapa kau menyebalkan sekali sih?!"
Tak mendengarkan kata gadis itu, lengan bebas Baekhyun yang sebelah kanan mulai menggerak-gerakkan mos nya ke kanan dan ke kiri seolah keberadaannya tidak mengganggu sama sekali.
"Tuan, aku mengantuk. Apa kau tidak akan membiarkanku pulang?"
"Tidak akan."
"Tuan, aku membencimu!"
"Saat aku meneleponmu tadi, kenapa kau memanggilku dengan nama Renjun?"
"Itu karena ku kira yang menelepon adalah Renjun."
"Siapa Renjun? Apa dia kekasihmu?"
"Bukan, dia adalah seorang top hallyu. Kau mengenalnya."
"Apa kah Renjun yang kau maksud Huang Renjun?"
"Iya, kau pernah satu agensi dengannya bukan?"
"Kau tahu?"
"Bahkan aku tahu kalau dulu kau seorang aktor."
"Kau menguntitku?"
"Tidak. Han-sang memberi tahu ku kalau kau mantan artis. Awalnya aku tidak percaya, melihat betapa menyebalkannya kau, tapi tadi aku bertemu dengan Renjun dan dia berkata bahwa kau adalah senior nya. Lantas sekarang aku percaya."
"Bagaimana kau bisa mengenal Renjun?"
"Itu karena, aku tidak sengaja bertemu di bus saat sedang ingin bertemu denganmu di taman."
"Kau menyukainya?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya?"
"Aku hanya ingin tahu."
"Siapa yang tidak menyukai Renjun? Dia tampan dan bertalenta, pasti banyak fans yang ingin menjadi kekasihnya."
"Aku juga tampan, apa kau tidak menyukai ku?"
"Tidak sama sekali. Kau adalah pria bengis, menyebalkan dan kau sombong karena selalu menghinaku."
Baekhyun terdiam. Hal itu membuat Yoora tidak enak hati. Apa yang ia katakan barusan terlalu kasar hingga membuat pria itu merasa sakit hati?
"Tuan.. Apa aku menyakiti hatimu?"
"Bukankah kau mengatakannya dengan jujur?"
"Iya, tapi bukan maksudku seperti itu. Maaf,"
"Sudahlah, aku akan melupakannya."
"Oh iya, tuan kapan kau selesai bekerja?"
"Kenapa kau bertanya?"
"Karena kau sejak dari tadi terus mengobrol denganku dalam keadaan memangku ku seperti ini."
"Aku hanya perlu menyalin dokumen. Lagi pula itu sudah selesai sejak awal kau berada di atas pangkuanku."
Yoora membulatkan matanya. Itu berarti, pria ini hanya main-main dan menunda waktu istirahatnya hampir satu jam lamanya.
Dengan sigap ia mencubit lengan Baekhyun yang berada di pinggangnya. Kemudian berdiri di hadapan pria itu dengan tatapan benci.
"Tuan! Sungguh, aku membencimu. Kenapa kau mengganggu waktu istirahat yang seharusnya sudah kupakai sejam yang lalu?!"
Baekhyun meringis kesakitan. Meski terlihat tidak bertenaga, namun kekuatan mencubitnya bukan main-main hingga membuat lengan pria itu memerah.
"Tapi kau tidak menolak, kau malah menikmati posisi duduk mu yang belum tentu semua bisa berada di pangkuanku. Bahkan Nara belum pernah seperti itu."
"Aku sudah meronta tapi kau malah mempererat lenganmu di pinggangku!!"
"Apa itu menjadi kebiasaanmu sekarang? Berteriak padaku?"
"Tuan, aku sudah menerima gaji pertamaku saat awal masuk kerja. Setelah lepas sebulan nanti, kalau kau seperti ini terus lebih baik aku keluar dan bekerja lagi di cafe ku."
"Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, aku akan menutup cafe itu."
"Tak apa. Aku bisa mencari tempat baru untuk membuka cafe ku."
"Yoora, apa aku berlebihan padamu? Apa aku terlalu jahat?"
Yoora menoleh pada Baekhyun, suara itu terdengar sangat pelan seperti sebuah penyesalan di setiap katanya.
"Tuan, kau.."
"Tolong jangan pergi."
"Apa?"
"Menetaplah disini. Berapapun gaji yang kau ingin, akan aku berikan. Tapi tolong, tetaplah disini."
"Kenapa? Kenapa kau tidak membiarkanku pergi?"
Baekhyun terdiam. Mungkin dia terlalu bingung untuk menjawab pertanyaannya. Lagi pula, Yoora rasa ia mulai nyaman berada di kantor ini meski hanya dalam kurun waktu seminggu.
"Aku tidak akan pergi."
Pria itu mendongkak. Kemudian senyumnya seketika mengembang, walau tidak terlalu terlihat karena wajahnya yang terkesan dingin dan tegas.
"Terima kasih."
"Aku sudah membuatkan makan untuk lemburmu, apa kau tidak akan memakannya?"
"Aku akan membawanya ke rumah. Mungkin ibu belum makan,"
Yoora mengangguk-anggukkan kepalanya. Meski Baekhyun memiliki kesan buruk dimatanya, namun ia tahu bahwa sebenarnya pria itu sosok lelaki yang baik dan peduli terhadap sesama.
"Aku kira kau memang pria tak berhati, tapi kau memiliki sikap bak malaikat juga."
"Apa kau mulai tertarik padaku?"
"Tertarik dalam hal apa?"
Baekhyun terdiam sesaat. Dia pun bingung apa yang dikatakannya barusan, itu tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. "Yoora, apa kau membenciku?"
Yoora menoleh dengan cepat. "Maksudmu?"
"Aku selalu mendengar kata benci darimu. Kau selalu berkata bahwa kau membenciku, aku tidak ingin kata-kata itu keluar lagi dari mulutmu."
"Aku pikir kau tidak tersinggung atas perkataanku. Maaf, sebenarnya aku tidak benar-benar membencimu. Cuma, kau selalu menggangguku dengan tingkah menyebalkanmu itu."
Yoora memasuki mobil Baekhyun dan pria itu melajukan mobilnya. "Jangan pernah berniat menjauh dariku, Yoora."
"Kenapa tiba-tiba? Kau membuatku takut."
"Aku membutuhkanmu, sungguh."
Yoora tersenyum kecut. Apa yang Yoora pikirkan? Baekhyun hanya membutuhkannya sesaat, bukan benar-benar ingin bersamanya terus-menerus.
"Kenapa kau seperti ini? Sejak awal kau membenciku, kau juga berniat mengadopsi adikku, kau memanfaatkanku dan mengancamku. Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?"
"Menikahlah denganku."
"Kau sudah mengatakan hal ini berulang kali, Baekhyun. Kenapa disaat ada gadis yang lebih sempurna dariku, kau justru lebih memilih aku?"
"Menurutmu kenapa aku selalu berkata ingin menikahimu?"
"Bukankah kau sudah bilang hal itu cuma berpura-pura? Kalau seperti itu tentu aku akan menolak, pernikahan itu bukan main-main."
"Kalau begitu kita bisa melakukannya secara sungguhan."
"Aku tidak ingin melakukan pernikahan tanpa Cinta, itu malah akan mempersulit keadaan."
"Lalu kau ingin bagaimana?"
"Apa kau mulai menyukai ku?" ucap Yoora to the point. Ini yang ingin ia katakan sejak tadi.
Baekhyun terdiam. Yoora semakin yakin bahwa tingkat kepercayaan dirinya yang mengira Baekhyun menyukainya terlalu tinggi. Tidak mungkin seorang mantan Hallyu, dan CEO menyukai gadis sepertinya.
Kalau dibandingkan dengan Nara, gadis itu memiliki banyak kelebihan yang tentunya tidak dimiliki olehnya.
Baekhyun menghentikan mobilnya ketika sudah berada di depan pekarangan rumah Saera. "Pulanglah, kau perlu beristirahat."
“Apa kau tidak bisa menjawab pertanyaanku?”
“Wah, ini sudah malam. Pasti ibuku menunggu lama dirumah.”
“Baiklah. Terima kasih, tuan. Sampai jumpa besok.”
“Hm, maaf perihal tadi Yoora.”
Bahkan kau tidak menjawab pertanyaanku barusan. Aku semakin berpikir bahwa kau memang tidak menyukaiku.••To be continued••
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanfictionTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04