Sejak pemeriksaannya dirumah sakit dua hari yang lalu, kini Jihoon menjadi sangat perhatian dan berhati-hati pada Yoora.
Terkadang meski tugasnya padat, ia masih sempat datang ke ruangan Yoora hanya untuk menanyakan hal apa yang sangat diinginkannya saat ini untuk menuruti permintaan sang jabang bayi.
Namun, Yoora tidak ingin meminta apapun. Lagi pula, janin di dalam sana belum menginginkan sesuatu. Hanya menyiksanya dengan mual-mual yang membuatnya lelah.
Ia senang, Jihoon memberikan seluruh perhatian padanya. Bukan seperti Baekhyun dan Renjun yang notabenenya pernah berhubungan dengannya, diam saja tanpa melakukan apapun.
Tunggu, Kalau Yoora memberi tahu pada mantan tunangannya mungkin Baekhyun bisa lebih protektif padanya. Atau pada Renjun, pria itu akan kecewa seperti Jihoon pada awalnya. Ia tidak ingin menyakiti siapa pun.
Ia melihat ponselnya yang berdering. Itu alarm pengingat untuk membuatkan dan memberikan makanan pada Baekhyun. Tanpa menunggu lama, Yoora bangkit dari duduknya dan bergerak menuju dapur tepat di samping ruangannya.
Beruntung usia janinnya baru memasuki minggu pertama, jadi tidak akan ada yang curiga Kalau dia hamil saat mual itu kembali muncul.
Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya ia bisa membuat makanan yang ala kadarnya. Hamil membuatnya tak bisa bebas dan banyak beraktivitas seperti biasa. Lalu, setelah menata makanan ke atas nampan, ia membawanya dengan berhati-hati.
Yang ia yakini sekarang, pria itu pasti ada di ruangan kerjanya. Oh, semoga dia bisa bersikap profesional seperti hari-hari biasanya. Yoora tidak ingin menciptakan kecanggungan di antara keduanya, meskipun sudah berakhir namun mereka bisa berteman bukan?
Langkah nya terhenti ketika kini sudah berada di depan pintu ruangan Baekhyun yang setengah terbuka. Pria itu sedang mengobrol entah dengan siapa karena punggung Baekhyun menghalangi pandangan nya.
"Aku mencintaimu, Nara. Tidak ada gadis lain, hanya dirimu. Sungguh,"
Yoora mematung di tempat. Apa yang barusan dikatakan Baekhyun benar? Pria itu mencintai Nara? Dan apa tadi, tidak ada gadis lain? Lalu dengannya bagaimana?
Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Hal yang membuat hatinya merasakan begitu sakit adalah, ketika Baekhyun melanjutkan kalimatnya.
"Selama ini aku memanfaatkannya. Iya, aku berpura-pura mencintainya agar dia bisa terus menjadi ahli gizi pribadiku, Nara. Tolong, percaya padaku aku sangat mencintaimu."
"Siapa yang menyukai gadis seperti Yoora? Miskin, dan tidak berpendidikan tinggi seperti itu. Kau jauh lebih segalanya di atas Yoora, Nara." sambung pria itu lagi.
Sungguh, Yoora tidak bisa berkata-kata lagi. Jadi, selama ini Baekhyun hanya memanfaatkan bakatnya saja? Memang tidak salah, karena ia memang bekerja pada Baekhyun. Namun, pria itu berkata hanya berpura-pura mencintainya.
Apa Yoora sudah telah di permainkan?
Tangannya melemas. Salahkan nampan stainless yang terjatuh begitu saja hingga membuat kedua penghuni ruangan tersebut mengalihkan atensi.
Tangisannya pecah. Ia tidak percaya lagi, baik pada Baekhyun atau Renjun. Karena keduanya sudah membuat hatinya sakit.
"Yoora.."
Ia menatap Baekhyun dengan genangan air mata. Lantas, tungkainya berlari tanpa memedulikan makanan yang sudah tidak berbentuk dan suara Baekhyun yang terus memanggil-manggil namanya.
Yoora butuh waktu untuk sendiri. Dan disini tempatnya untuk berdiam diri. Kamar mandi pegawai yang terletak di bilik paling ujung, sambil menahan isakkan hingga dada nya terasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanficTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04