"Kak, kau lelah?" tanya Jihoon ketika meeting baru saja selesai lima menit yang lalu.
"Kau bertanya padahal sudah tahu jawabannya."
"Tadi Nara datang."
"Lalu?"
"Sebenarnya kau menyukai gadis itu atau tidak?"
"Tidak sama sekali."
Jihoon menyeruput kopi americano yang berada di atas meja. "Berikan dia kepastian. Kau tidak bisa menggantungnya seperti itu."
"Aku sudah menolaknya beberapa kali, tapi dia sepertinya tidak menyerah. Kamu mau menggantikan ku tidak?"
"Apa? Kau sudah tidak waras? Aku tidak mau dengan gadis manja sepertinya."
"Alasanku sama denganmu. Walaupun dia cantik, tapi aku membenci sifatnya. Ku pikir dia terlalu kekanakan." Jelas Baekhyun, seraya merapihkan dokumen-dokumennya.
"Kau sudah mau pulang, kak?"
"Memangnya aku akan menginap disini?"
"Boleh aku ikut denganmu?"
Ia meraih mantelnya yang menggantung. "Kau tidak membawa mobil?"
"Aku meninggalkannya dirumah siang tadi,"
"Hm. Cepat habiskan kopi mu. Aku mau cepat-cepat sampai rumah."
Secepat kilat, Jihoon menghabiskan kopinya dan berjalan di belakang sang ketua.
"Bawa mobilku ya." Tanpa aba-aba Baekhyun langsung melayangkan kunci mobil pada Jihoon. Untung lelaki itu cepat tanggap menangkapnya.
"Besok apa ada jadwal?"
"Bertemu dengan klien, selebihnya tidak ada lagi."
"Benarkah?"
"Jangan lupa kalau kau terkadang memiliki jadwal meeting mendadak."
Decakan keras keluar dari bibirnya, sebelum akhirnya tepat memasuki mobil dan kemudian melaju. "Kapan aku bisa cuti?"
"Kau mau kemana?"
"Menghabiskan waktu dirumah. Hidupku itu bukan cuma dipakai untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Aku bukan robot, butuh liburan dan mengistirahatkan diri supaya tidak gila."
Jihoon terkekeh sebentar sebelum menjawab, "Kau bekerja terlalu keras kak. Aku akan mengosongkan jadwalmu selama beberapa hari. Tentukan waktu cutimu."
"Aku akan memakai waktu selama 3 hari."
"Oke."
"Kau sudah makan malam?"
"Iya. Kantin sangat ramai siang tadi."
"Aishh bukan siang. Maksudku sekarang. Makan malam."
"Belum. Kenapa? Kakak mau mengajakku makan malam bersama?"
"Tidak. Hanya bertanya saja."
"Ku pikir kau akan membayarkan makan malam untukku."
"Maksudnya. Kau mau aku cuma melihatmu memakan sementara aku diam saja?"
Lelaki yang tengah menyetir itu mengedikkan bahunya. "Siapa tahu? Lagian, kau ini kenapa sih pemilih sekali dalam makanan? Apa kakak tidak kasihan pada bibi Jinhee yang selalu datang setiap siang cuma untuk memberikan makanan?"
"Lalu aku harus bagaimana? Menyewa ahli gizi pribadi yang bisa membuatkan makanan seperti rasa masakan ibuku?"
"Hm, bisa jadi." Jihoon membelokkan setirnya, ia menghentikan mobil itu ketika sudah berada tepat di hadapan rumah berpagar tinggi tersebut. "Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
Fiksi PenggemarTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04