Yoora menggeram, saat Jihoon meneleponnya malam-malam. Ia sampai terbangun dari tidurnya saat nada dering ponselnya berdering begitu keras. Kesalahan Yoora karena tidak men- silent benda persegi panjang itu.
"Ada apa meneleponku malam-malam?!" kesal Yoora.
"Apa aku mengganggumu?"
"Sangat. Aku sedang tidur dan kau mengganggu tidurku."
"Bisa kau jemput kak Baekhyun di Bar? Sepertinya dia mabuk."
"Aku sudah tidak berhubungan dengannya lagi."
"Aku tau hubunganmu dengannya sudah berakhir, tapi bisa kah kau membantuku? Sahabatmu ini sedang butuh pertolongan."
"Memangnya Baekhyun tidak memiliki pengawal? Suruh saja orang lain untuk menjemputnya, aku malas. Lagi pula diluar masih turun salju."
"Sungguh ini dalam keadaan darurat."
"Kenapa tidak kau saja yang menjemputnya? Kau kan sekretaris pribadinya."
"Ibuku sedang sakit dan dirawat. Aku harus menemaninya saat ini."
"Benarkah? Dia sakit apa? Apa aku harus kesana menjenguknya?"
"Ibuku sudah baik-baik saja sekarang. Lebih baik kau jemput Baekhyun, sebelum dia meniduri wanita."
"Memangnya aku peduli? Sudahlah, aku ingin lanjut tidur lagi."
Yoora memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Ia melempar ponsel itu ke atas nakas dengan sedikit bantingan dan kembali bergelung di dalam selimut. Tidurnya terganggu, kalau sudah terbangun seperti ini ia tidak akan bisa tidur lagi.
Seberusaha mungkin Yoora menutupkan matanya, agar kembali ke alam mimpi. Namun, getaran nakas kembali mengganggunya. Deringan itu berasal dari penelepon yang sama.
Tanpa mengangkat telpon itu, ia men- silent ponselnya agar tidak terdengar deringan lagi. Yoora tidak ingin mengganggu Saera yang sedang tidur nyenyak di sampingnya.
Meski Yoora sudah tidak menjadi milik Baekhyun, tapi ia tidak boleh egois untuk meminta resign pada pria itu. Yoora harus tetap bekerja dengan Baekhyun, sambil mencari ahli gizi pengganti. Meski sebenarnya, ia juga sudah pernah mengatakan akan mengundurkan diri pada Jihoon.
Brak!
Baik Yoora maupun Saera, keduanya nampak tersentak ketika pintu terbuka dan menampilkan pria menjulang tinggi sedang berdiri diambang pintu.
"Bisa kau ketuk pintu terlebih dahulu?! Kau telah membangunkan kekasihmu yang sedang tidur!" kesal Yoora.
"Tadi, Jihoon meneleponku. Dia bilang kau harus mengangkat telponnya,"
"Katakan padanya bahwa aku sedang tidur."
"Aku sudah mengatakannya, tapi dia memaksa. Mau tidak mau aku menemuimu, Jihoon telah membuat mimpi indahku menghilang."
"Aishh, baiklah. Aku akan meneleponnya, sebaiknya kau kembali ke kamarmu." usir Yoora.
Sebelum berjalan, Jaehyun berkata. "Sayang, maaf aku telah mengganggu tidurmu."
Yoora merotasikan bola matanya jengah. Kenapa kedua orang itu membuatnya mual secara mendadak? Oh, apa tadi itu? Sayang? Jih, menjijikkan sekali.
"Apa ada masalah?"
Yoora menoleh. "Jihoon memintaku untuk menjemput Baekhyun di Bar, tapi aku tidak mau."
"Kenapa? Bukankah Baekhyun adalah kekasihmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanfictionTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04