Yoora berusaha menutupi matanya yang sembab pada Saera. Gadis itu tetap saja berdiam diri di sampingnya, padahal seharusnya Saera sudah pergi ke cafe.
"Kau tidak ingin makan?"
Ia berusaha tak menjawab. Tubuhnya tetap saja membelakangi gadis yang tengah mengajaknya bicara itu. Yoora belum bisa cerita apapun tentang Baekhyun pada gadis itu.
"Jangan membuatku khawatir, Yoora."
"Aku baik-baik saja." ucapnya jengah.
Saera terlalu perhatian sampai membuat Yoora merasa bahwa dirinya seperti anak kecil yang harus dilindungi.
Ia sudah dewasa.
"Kalau kau baik-baik saja, lantas kenapa semalam menangis? Apa pria itu menyakitimu?"
"Tidak, sudahlah jangan pedulikan aku."
"Aku akan berangkat ke cafe, Yoora. Mana mungkin aku meninggalkanmu sendiri disini sedangkan kondisimu mengkhawatirkan."
"Memangnya aku kenapa? Sudah ku bilang jangan pedulikan aku."
"Baiklah. Kalau kau merasa sakit atau apa, beri tahu aku."
"Hm." jawabnya singkat.
Setelah mendengar pintu kamar tertutup, ia mengubah posisi tidur nya menjadi duduk. Yoora kembali menangis ketika selintas ingatan semalam muncul begitu saja di otaknya. Ia harus bagaimana setelah ini?
Kini, Yoora pun tidak bisa berjalan normal sebagaimana mestinya. Daerah sensitifnya masih terasa sakit dan ngilu karena ini kali pertamanya ia bersetubuh dengan lelaki.
Padahal dulu, walaupun Yoora tidak memiliki uang. Ia tidak pernah berniat menjual diri demi mendapatkan nafkah, karena menurutnya selain uang tersebut haram, dirinya juga akan mendapatkan dosa. Namun, saat ini justru kehormatannya direnggut begitu saja oleh pria mabuk.
Bagaimana Kalau benih Baekhyun tumbuh menjadi janin? Lalu, apa pria itu akan menganggap bayi yang ada di kandungannya sedangkan saat melakukannya saja, pria itu dalam keadaan mabuk.
Oh, Yoora harus bagaimana? Ia tidak bisa beranjak dari kasur akibat nyeri tersebut. Meminta bantuan pada Saera untuk membelikan pil pencegah kehamilan? Itu tidak mungkin, gadis itu pasti akan curiga.
Sudah beberapa kali ponselnya berbunyi dari penelepon yang sama. Kali ini ia lebih memilih mematikan ponselnya, dibanding menjawab rentetan pertanyaan yang Jihoon tanyakan padanya.
Tubuhnya terasa seperti mati rasa. Rasanya pegal dan bagian dalam badannya panas. Namun anehnya, tubuhnya terasa dingin. Apa ia demam?
Suara bel rumah membuyarkan lamunannya. Yoora tidak bisa beranjak dari ranjang sedangkan diluar rumah ada tamu. Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini?
Dengan bermodalkan suara, ia berteriak. "MASUK SAJA, PINTUNYA TIDAK DIKUNCI."
Setelah mengatakan itu, terdengar suara pintu terbuka. Yoora berdoa semoga saja yang datang adalah seseorang yang baik hati, bukan penjahat yang berani masuk lalu menyanderanya seperti drama yang ia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanfictionTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04