Di dalam mobil, keduanya nampak terdiam tak membuka suara sama sekali. Hanya alunan dari tape mobil yang memecah keheningan antara Baekhyun dan Yoora.
"Kita akan kemana, Baekhyun?" tanya Yoora yang jengah pada pria itu karena tak kunjung membuka suaranya.
"Kau akan tahu nanti."
"Aku tidak memakai pakaian yang mewah, jadi aku hanya merasa malu Kalau saja kau membawaku ke restoran yang mewah."
"Yang ingin membawamu ke restoran siapa? Memangnya aku ingin mengeluarkan banyak uang hanya untuk makan dua porsi?"
Jujur, Kalau Yoora bisa marah. Sudah sejak lama ia menyunting bibir Baekhyun yang sudah sejak lama selalu saja menyakiti hatinya. Namun, raganya kalah dengan hati yang terus menahan untuk melakukan itu.
Yoora sangat mencintai Baekhyun, dan ia sudah jatuh ke dalam hatinya.
"Apa perkataanku menyakiti hatimu?" tanya Baekhyun.
Yoora hanya mengangguk. Seharusnya Baekhyun tahu tanpa di beri tahu, Kalau perkataannya selama ini kelewat batas. Untung saja ia masih bersabar.
"Aku bukan pria romantis yang akan membawa gadisnya makan di tempat yang mewah penuh bunga dan hanya dihadiri oleh kedua pasangan."
Ucapan Baekhyun sukses membuat Yoora mendongkak. "Baekhyun, maaf aku—”
"Aku tidak bisa memakan makanan orang lain selain kau dan ibuku. Jadi jangan menyesal saat menikah denganku nanti, kau terus memasak untukku."
Air mata yang sudah dibendung Yoora menetes. Ia tidak menyangka Baekhyun bisa seromantis ini walau menurut orang lain, itu adalah sebuah roman picisan.
Baekhyun menghentikan mobilnya. Dahi Yoora mengerut ketika Baekhyun menatap ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kenapa kau menangis? Kau sakit hati?"
"Tidak, aku.."
Tubuhnya menegang ketika Baekhyun memeluknya. "Jangan menangis, hatiku akan sakit. Yoora,"
"Baekhyun, aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal romantis seperti ini."
Baekhyun melepaskan pelukannya. "Jadi kau terharu atas perkataanku tadi?"
"Iya, tentu saja."
Pria itu kembali melajukan mobilnya. "Tak sia-sia aku melihatnya di Google, ternyata memang benar bisa membuatmu terharu."
"Jadi kau kata-kata itu kau dapat di situs online?!"
"Tidak, aku hanya bercanda. Aku merangkai kata sendiri asal kau tahu."
"Lantas sebenarnya kau ingin membawaku kemana?"
"Sebentar lagi sampai. Tinggal belok ke kiri dan, yaps- Kita sudah sampai."
Yoora mengerutkan dahinya. "Rumah siapa ini?" tanyanya heran melihat rumah besar yang memiliki lebar cukup luas dengan dua lantai.
"Kau pikir ini rumah siapa? Tentu saja rumahku."
"Apa.. Apa kau akan memperkenalkan aku di hadapan ibumu?"
"Hm, dia sangat menanti kedatangan calon istriku. Namun aku belum juga bisa membawamu kesini, dia bahkan tidak tahu kau sekarang datang."
"Aku malu."
"Dia tidak galak, dan tidak akan menggigitmu. Ayo!" ajak Baekhyun.
Yoora mau tidak mau turun dari mobil dan melangkah memasuki rumah tersebut saat Baekhyun menggenggam tangannya. Meski gugup, ia tengah berusaha menetralkan degup jantungnya dan menjaga image di hadapan ibu Baekhyun nanti.
"Ibu, dimanaaa?" tanya Baekhyun setengah berteriak.
"IBU ADA DI DAPUR, KEMARILAH. AYO MAKAN BERSAMA." teriak ibu Baekhyun.
"Jangan gugup, kau tidak akan ditanya apapun."
Seharusnya ia tahu, beberapa kode yang telah Baekhyun katakan sewaktu di mobil tadi. Tentang pria itu tidak bisa melahap makanan selain makanan dirinya dan ibunya, itu berarti Baekhyun akan membawanya ke rumah keluarga Byun.
Kini Yoora sudah berada di meja makan. Terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah membelakanginya sedang menata makanan di atas meja. Ia kembali merasa gugup bukan main.
"Ibu, aku membawakan seseorang untukmu."
"Siapa it— Oh Yoora-ssi?!"
Yoora membulatkan matanya ketika melihat seorang bibi yang pernah bertemu dengannya sewaktu di bis sekitar beberapa bulan yang lalu kini berada di hadapannya. Ia ingat betul kebohongan yang pernah diciptakan oleh wanita itu.
Bibi Jinhee bilang, dia memiliki anak seorang office boy. Dan terbukti sekarang bahwa, putranya seorang CEO di perusahaan ternama dan mantan top hallyu.
"Yoora, kau mengingatku?" tanya ibu Baekhyun.
"Tentu saja, kau pernah menggendong adikku saat itu." tutur Yoora.
"Duduklah dulu, dan ayo makan bersama."
Yoora hanya mengikuti perintah wanita paruh baya itu. Ia tidak banyak berbicara, karena pikirannya sedang bergelut sekarang. Ia bingung, kenapa ibu Baekhyun harus berbohong kepadanya seperti itu.
"Kalian, sudah saling kenal?" tanya Baekhyun saat kini sudah duduk di samping Yoora.
"Kami pernah tidak sengaja bertemu di bus. Saat itu dia sedang bersama dengan adiknya yang menggemaskan. Kemana adikmu?"
"Dia ada dirumah, bibi."
"Maafkan aku telah berbohong padamu waktu itu. Bukannya mengira kau matre atau bagaimana, tapi aku hanya tidak ingin kau merasa minder ketika akan ku kenalkan pada anakku waktu itu. Tapi meski tahu anakku seorang office boy, kau begitu semangat ingin berkenalan dengannya."
"Ah, tak apa bibi. Aku memakluminya. Semua ibu juga pasti tidak ingin anaknya salah memilih, benar kan?"
"Kalian sudah pernah bertemu, tapi kau tidak pernah memberitahu kepadaku, Ibu."
"Bukankah aku sudah pernah bercerita padamu saat ku bilang menemui gadis cantik saat itu? Tapi kau menolak tidak ingin dijodohkan. Aku tidak memaksa, karena kau akan menentukan siapa yang akan menjadi istrimu nanti."
"Dan aku sudah menepati janji itu. Janji saat ku bilang akan membawa calon istriku ke hadapanmu sekarang sudah terkabul."
"Jadi, Yoora.. Kau akan menikah dengan Baekhyun?"
Yoora tidak tahu harus berkata apa selain tersenyum malu. Ini terjadi terlalu tiba-tiba dan ia belum mempersiapkan diri sebelumnya.
"Ah, aku senang Baekhyun tidak salah memilih. Ternyata dia mendapatkan gadis yang layak untuk dicintai, yaitu Yoora."
"Terima kasih bibi, tapi sepertinya kau berlebihan. Aku tidak sebaik yang kau pikir," ucap Yoora merendah.
"Aku tahu kau gadis baik. Bertahanlah dengan Baekhyun."
"Terima kasih, bibi."
"Jadi, bagaimana dengan awal pertemuan kalian?"
"Ibu, bisa membahasnya nanti? Bukankah sebaiknya kita makan dulu?"
"Ibu ingin tahu, bagaimana kalian bisa saling mencintai seperti sekarang ini."
Baekhyun mendengus. Sementara Yoora memberi kode dengan ucapan "Tidak apa-apa" tanpa suara dengan anggukan pula.
"Saat itu, Baekhyun tidak sengaja ingin menabrakku. Sejak saat itu aku membencinya karena dia bersikap sombong. Lalu, pertemuan kedua kami berakhir dengan Baekhyun yang memecatku karena aku tidak sengaja menumpahkan minuman pada Jihoon, padahal jelas-jelas dia yang dengan tanpa dosanya menjulurkan kakinya hingga aku terjatuh. Aku semakin membencinya, sangat membencinya."
"Lalu sekarang, kenapa kau bisa mencintainya?"
"Berawal ketika aku menerima tawaran kerja Baekhyun, aku mulai dekat dengannya. Dia bilang, hanya makananku yang cocok dilidahnya selain masakanmu, bibi. Lalu kami sering menghabiskan waktu bersama meski sampai ke luar negeri sekalipun."
"Jadi, kau ahli gizi pribadi Baekhyun?" Jinhee terlihat exited. "Ah, berarti ahli gizi yang selalu dibicarakan Baekhyun adalah dirimu. Aku baru tahu, Kalau saja sejak lama Baekhyun mengenalkan ku padamu, mungkin kita bisa menjadi semakin dekat."
"Aku juga pernah mengatakan hal itu padanya. Namun dia menolak, entah aku lupa alasannya apa."
"Berbahagialah bersama Baekhyun. Ini kali pertamanya dia membawa gadis ke rumah dan diperkenalkan sebagai kekasih, dia pasti sangat mencintaimu."
"Aku juga sangat mencintainya."
"Ah, bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka sudah mengetahuinya?"
Senyum yang sebelumnya mengembang, kini perlahan luntur atas pertanyaan ibu Baekhyun barusan. Keluarganya sudah tidak beraturan. Ia Ditinggalkan oleh ibunya yang entah dimana, belum lagi ayahnya yang suka mabuk dan bermain judi. Lalu, ayah kandungnya tidak tahu dimana dan bagaimana keadaannya.
Setelah mendengar semua penjelasannya, mungkin ibu Baekhyun akan berpikir dua kali untuk menikahkan anak laki-lakinya dengan gadis berkeluarga tidak jelas seperti Yoora.
"Kenapa kau diam saja? Apa mereka tidak menyetujuinya?"
"Bukan begitu, hanya saja.."
"Bukankah sebaiknya kita makan dulu? Aku sudah lapar, dan makanannya sudah hampir dingin."
Keduanya nampak menoleh kearah sumber suara. Yoora bisa menghela nafas lega ketika Baekhyun baru saja menutupi identitasnya keluarganya di hadapan ibunya. Pria itu memang benar-benar pengertian.
"Ah iya, aku sampai lupa. Ayo dimakan."
Yoora hanya mengangguk. Ia mengambil setengah siuk nasi dengan lauk pauknya. Bukan malu atau apa, tapi ia ingin menurunkan berat badan.
"Kenapa cuma sedikit, Yoora? Tidak usah malu, ayo tambah lagi."
"Tidak, bibi. Aku sedang menjalani diet,"
"Tubuh sekurus itu kau ingin melakukan diet? Jangan! Nanti orang mengira kau tidak bahagia selama menjadi tunangan Baekhyun."
"Bibi, sebenarnya aku—”
"Bagaimana kalau Ibu? Sebentar lagi kau akan menjadi bagian keluarga Byun juga kan?"
"Ah, iya. Tapi.."
"Tak apa, panggil saja aku ibu. Sama seperti Baekhyun,"
"Iya, ibu. Ku pikir tubuhku mengalami kenaikan yang lumayan besar."
"Memangnya, berat badanmu berapa saat ini?"
Ia melirik sekilas kearah Baekhyun lalu dengan tangan yang berada di samping bibirnya, berusaha menutupi pembicaraannya. "46 kilogram."
"Aku ingin ketika kau menikah nanti, tubuhmu langsing.”
"UHUK!" baik Yoora maupun Baekhyun, keduanya sama-sama tersedak. Mereka mengambil segelas air di atas meja dan meneguknya hingga tandas.
"Jadi, kapan kalian menikah?"•• To be Continued••
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Baekhyun Fanfiction]
FanfictionTAHAP REVISI [COMPLETED]✓ Hatiku selalu sakit. Bukan hanya fisik, tapi kau secara perlahan menyiksa batinku. Kau-Baekhyun! Kau yang telah membuatku terluka hingga aku menyesal telah mengenal Cinta. Cover by: @faricha04