~Part 31~

2.7K 168 4
                                    

Gue jawab atau enggak yah?

Tittt

Devany menekan tombol merah. Berarti dia menolak panggilan Ciko. Jantungnya semakin berdegup kencang. Kakinya lemas,dan hatinya menyesal. Aduhhhhhh,gimana ini yah? Devany mengumpat dalam diam. Dia menonaktifkan hpnya supaya tidak dihubungi oleh Ciko lagi. Yap bagus. Sebuah masalah baru kembali muncul. Belum lagi Devany menyelesaikan masalah dengan keluarganya,kini dia malah membuat masalah baru. Membentak Ciko dan menyatakan kalau dia membencinya.

"Sial! Sial! Sial! Kok gue kebawa emosi tadi yah? Oke fix. Besok gue bakalan minta maaf sama dia. Semoga dia mau maafin gue"

                       💠🔹💠

"Halo Ciko! Apaan sih? Gue lagi malas ngomong sama Lo. Gak usah sok perhatian sama gue. Lo pikir Lo siapa? Lo pikir gue seneng Lo hubungi terus?Gue benci sama Lo. Gue benci sama kalian. Lo sama aja kayak papa sama mama. Sukanya nyakitin hati gue. Berbohong sama gue. Gak usah hubungi gue lagi. Ahhhhhh.."

Tut..Tut..Tut..

"Halo Dev,Dev? Halo.."

Ciko melihat hpnya. Ternyata sambungan terputus. Ciko mengerutkan kening lalu mencoba menelpon Devany lagi.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.."

Ciko mengumpat kesal. Dia masih gak ngerti ada apa dengan Devany. Masih aja dia niat bercerita, tiba-tiba bentakin Ciko kayak gitu. Ada apa dengan dia?

"Nih cewek kenapa sih? Kenapa dia gak pernah hargai perasaan gue. Iya,gue tau kalau gue bukan siapa-siapa dia. Cuma,bilang kek kalau dia lagi malas ngomong,gak usah pake bentak-bentak kayak gitu. AHHHHH"

Ciko mencoba menelepon Devany sekali lagi. Namun yang terdengar hanyalah suara operator wanita dari seberang sana.

"Besok aja deh gue jumpain dia. Biarin dia tenang dulu. Huhhhff" Ucapnya lalu berjalan menuju meja makan menemui kedua orangtuanya.

"Besok gue harus nemuin Devany!"

                         🔲🔻🔲

Keesokan harinya...

Pagi bener Devany udah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia berjalan menuju ruang tamu. Sampai dia mendengar pembicaraan antara Bayu dengan seseorang dari telepon. Tampaknya Bayu gak sadar dengan kehadiran Devany.

"Iya... Jangan sampai anak itu tahu! Simpan semua berkas tentang Danu. Soal kecelakaan itu juga. Pokoknya saya gak mau tau! Kalau bisa bakar saja semua berkas yang ada. Oke? Baiklah​saya tutup. Mmmm.. iya"

"Pagi pahh..." Sambut Devany dengan ekspresi riang yang dibuat-buat. Sontak Bayu terkejut lalu menoleh kearah Devany.

"Ngapain kamu disitu! Kamu dengerin pembicaraan ayah yah?" Tanya Bayu penuh emosi.

Senyum Devany seketika memudar. Dia menarik nafas dalam-dalam mencoba terlihat tegar.

"Enggak kok pah,tadi Devany mau berangkat ke sekolah. Eh Devany lihat papa lagi telponan,niatnya Devany mau pamit sama papah." Ucap Devany dengan senyum kaku dan kaki sedikit gemetar.

Bayu meletakkan telepon itu pada tempatnya. Dia hanya menatap Devany datar dan tajam. Tak ada rasa kehangatan dari ekspresi wajahnya.

"Udah. Kamu pergi aja. Papa baru siap nyiram bunga. Jadi tangan papa kotor." Ucapnya tanpa melihat sedikitpun kearah Devany.

Devany hanya ber-oh ria lalu memaksa bibirnya untuk tersenyum kembali.

"Gak papa pah. Yang penting Devany pamit sama papa." Ucapnya lalu berjalan hendak meraih tangan Bayu.

Juara Kelas VS Perusuh Kelas ( Tamat✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang