~Part 43~

2.7K 144 2
                                    

Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita mencuci kaki
Eakkk..
Kalaulah wajah si dia udah terbayang,
Gunung Merapi sekalipun rela awak daki...
~Cover by James golden ways~


"Darimana aja kamu? Jam segini baru pulang. Ngapain pulak anak itu datang kesini lagi?" Sampai di ruang tamu Ningsih menginterogasi Devany dengan tatapan menghunus seperti pedang. Devany berdiri dan mendengus jengah dengan sikap Ningsih yang sangat sensitif itu.

"Kerja kelompok ma. Bentar lagi kan mau ujian,makanya banyak tugas. Mama jangan sibuk banget lah. Devany bisa jaga diri." Ucap Devany ketus sembari berjalan meninggalkan Ningsih.

"Devany! Devany! Gak sopan banget kamu ya! Dasar gadis jalang!" Seru Ningsih kuat. Suaranya menggelegar didalam ruangan sepi itu. Devany tetap berjalan acuh tak acuh. Meskipun hatinya perih mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Ningsih.

"Kamu memang sama seperti mama kamu! Jalang!"

Deggg

"Apa ma? Mama aku?" Devany menghentikan langkahnya dan memandang Ningsih kaget.

Ningsih mulai keceplosan membuka kedoknya sendiri. Dia memberi clue tentang masa lalu Devany. Yap,tak usah repot-repot.

"Ma, maksud mama bukan itu." Elak Ningsih bingung. Devany memegang dadanya. Tadi Ningsih bilang dia gadis jalang, sekarang mamanya. Mungkin Ningsih berpikir kalau Devany belum tau kebenarannya,makanya dia sembarangan berbicara. Lah sekarang situasinya udah beda. Devany makin ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini.

"Ah,udahlah. Tak usah dipikirkan!" Ningsih melambaikan tangan lalu tersenyum paksa. Dia berjalan keluar. Tak berapa menit kemudian terdengar suara mobil menyala. Ningsih pergi lagi.

Sedangkan Devany,dia masih aja tetap berdiri di ujung tangga itu. Lalu berjalan gontai menuju kamarnya.

"Gue masih kenyang banget ." Devany melemparkan tasnya keatas ranjang. Lalu dia merebahkan diri sambil mendengus panjang.

Satu hari yang sangat indah. Baru sebentar Devany bertemu Agung dan Dina, rasanya dia seakan bertemu dengan Danu dan Tania. Tapi,mengapa Kevin,Devany dan Chintya memiliki umur yang sama? Apa mungkin ayah mereka bertiga sama-sama nikah? Atau memiliki program lahiran bareng?

"Gue harus bisa ambil berkas yang disuruh sama om Agung." Devany beranjak dari ranjangnya. Dengan pelan dia membuka pintu dan berjalan menuju kamar Bayu. Begitu pelan dan sangat hati-hati. Takut ketauan sama Ningsih.

"Tapi tunggu! Kenapa gue pelan-pelan? Toh gak ada orang dirumah."

Krekkk

Devany  kembali menutup pintu kamarnya. Eh,ternyata dia kembali ke kamarnya.

"Gue gak berani kekamarnya mama sama papa. Takut ada hantu atau penampakan."

Prett

Devany memang penakut! Sewaktu mau masuk kedalam gudang itu saja dia memanggil Ciko dan meminta cowok itu menemaninya. Dan sekarang, mungkin devany juga akan memanggil orang lain untuk menemani gadis itu masuk kekamar Bayu dan Ningsih. Tapi siapa? Apa mungkin Ciko lagi? Kalau Kevin? Ah,Devany memang sepupunya Kevin. Tapi,dia masih kurang nyaman banget sama tuh cowok.

"Gue masuk kamar itu sama siapa ya? Ciko? Apa dia masih mau nemenin gue? Kalau Kevin? Gimana ya? Gue bingung."

Devany berjalan menuju meja belajarnya. Dia mengambil map merah itu lalu membukanya. Mengulang kembali melihat foto-foto dia waktu kecil. Begitu bahagia,sampai dia merasa bahwa itu bukanlah dia. Devany yang dulu memiliki banyak momen berharga dengan orangtuanya. Sedangkan sekarang? Dia malah seperti tengkorak hidup. Kurus, penyakitan,tak disayangi. Tunggu! Disayang? Devany jadi melamun, mengingat siapa saja orang yang selalu ada buat dia.

Juara Kelas VS Perusuh Kelas ( Tamat✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang