"Baiklah! Berkasnya sudah siap. Jaksa penuntut sudah siap,bukti sudah ada,dan tinggal sidang besok . Semua takkan lama lagi." Agung duduk di kursinya. Membaca berkas tuntutan yang sudah tersedia.
Rasanya sulit,bagaimana mungkin dia bisa memasukkan abangnya sendiri kedalam sel tahanan? Tapi itulah yang harus terjadi. Dan, bagaimana nasib Chintya? Apakah dia sudah tau apa yang terjadi ?
"Oh iya, Chintya. Bagaimana nasibnya nanti?" Agung buru-buru membawa semua berkas itu. Dia menelepon jaksa yang dia sewa lalu menyerahkan semuanya pada jaska tersebut. Mereka pergi ketempat Bayu dan Ningsih ditahan sebelum sidang.
🚐🚐🚐
"Kita hanya tinggal menunggu keputusan hakim. Kalau sidangnya besok,jangan ragu lagi. Semua sudah beres. Tak perlu lama-lama." Agung menatap tajam kepada kedua orang yang sedang duduk didepannya.
"Saya rasa itu jauh lebih baik." Ucap Bayu tenang.
"Kamu takkan bisa memenjarakan saya Agung!" Pekik Ningsih emosi. Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.
"Kenapa tidak? Ini berkas tentang identitas Danu, Tania dan Devany. Ada rekaman juga,saat Bayu berbicara dengan Hendra. Dan terakhir,saya sudah membawa Hendra ke sini. Untuk menjawab semua pertanyaan hakim. Menjadi saksi atas perbuatan kalian." Jawab Agung bangga. Bayu tetap saja diam,dan tenang.
"Kamu! Saya tidak akan membiarkan kamu bahagia!" Ancam Ningsih penuh penekanan.
Agung tertawa paksa." Bagaimana caranya? Oh iya,apakah Chintya sudah tau apa yang terjadi? Tenanglah! Saya sudah menyuruh jaksa saya mengundang putri kalian tepat saat sidang besok." Ucap Agung santai. Dia bangkit berdiri,lalu meninggalkan mereka berdua yang sedang menunggu kapan waktu akan memenjarakan mereka.
"Agung!!!"
🚏🚏🚏
Devany dan Ciko berjalan bersama saat pulang sekolah.
"Gimana pelajar mengenai larutan penyangga tadi? Lo ngerti gak?" Tanya Devany membuka percakapan.
Ciko meliriknya sekilas." Enggak. Gue bingung. Gue gak suka sama kimia,gue benci fisika,gak ngerti matematika dan sukanya biologi. Itupun materi terpilih." Jawab Ciko santai.
Devany menghentikan langkahnya. "Kenapa Lo milih jurusan IPA?" Tanyanya.
Ciko mendengus panjang. "Disuruh bos gue,"
"Lah,kenapa mau? Seharusnya pilih jurusan yang Lo ngerti. Nanti mau jadi apa Lo?" Devany melanjutkan langkahnya.
"Yah jadi suami Lo lah. Apa lagi?"
Devany menghentikan langkahnya, diikuti Ciko juga. "Mana mau gue punya suami pengangguran." Ucap Devany kesal. Ciko tersenyum menahan tawa.
"Kalau gitu,gue jadi dokter kandungan aja deh. Gue suka biologi." Ciko menunggu reaksi Devany akan kata-kata konyolnya itu.
"Gile,mana mau gue. Ganti profesi lain lah!" Pekik Devany makin kesal.
"Lantas,apa? Ohh,gue jadi dokter spesialis bedah. Kan agak lebih ekstrim nih. Kalau Lo melahirkan,gue yang operasi. Kan gampang? Menghemat biaya pula itu!" Balas Ciko makin gila.
Devany yang gerem banget spontan memijak kaki Ciko kuat.
"Jangan! Kalau Lo jadi dokter,berarti Lo harus menangani wanita lain dong?" Ciko mengangguk pelan dengan senyuman manisnya.
"Gak boleh!" Hardik Devany marah. Dia menghentakkan kakinya sebel lalu berjalan meninggalkan Ciko. Ciko tertawa dan mengejar Devany.
"Kenapa gak boleh? Lo harus terima aja Dev,itu namanya profesionalisme dalam kerja. Harus ada resiko!" Ucap Ciko seraya menyamankan langkahnya dengan Devany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juara Kelas VS Perusuh Kelas ( Tamat✓)
Teen FictionHighest rank #1 TeenlitIndonesia.. Devany, seorang gadis pendiam yang sangat pintar di kelasnya. Tidak banyak yang tahu bagaimana kehidupan nyatanya di luar sekolah. Gadis yang selalu membawa buku tebal kemanapun pergi, tak lupa memakai kacamata yan...