Pagi yang cerah. Matahari bersinar tanpa terhalangan oleh sang awan. Jalanan yang penuh orang-orang sibuk pun mulai berwarna. Devany tak berkedip memandangi luar jendela dari angkot yang sedang dinaikinya.
Pagi yang indah.
Tanpa sapaan hangat.
Tanpa lelucon lucu.
Tanpa motor.
Tanpa helm.
Dan tanpa Ciko.Waktu subuh tadi Ningsih sudah pergi keluar kota. Meninggalkan Devany sendiri dengan suasana hening dalam rumah. Devany kembali bebas. Dia memasak namun merasa hambar. Dia belum bisa memastikan kalau hari ini dia dan Ciko takkan bercengkrama lagi. Apa mungkin? Entahlah! Biarkan keadaan yang akan menjawabnya.
"Minggir pak!" Seru Devany ketika sudah berada didepan gerbang sekolah. Dia turun lalu memberikan ongkos pas. Hingga seseorang melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.
"Ciko..." Gumam Devany lirih.
Ciko hanya fokus pada jalannya saja. Dia hanya membawa satu helm,yang biasanya dia bakalan bawa dua helm. Satu untuknya,dan satu untuk Devany. Dengan kata lain,Ciko benar-benar ingin sendiri. Tak ada boncengan.
Devany buru-buru menggeleng lalu berjalan menuju kelasnya. Sempat dia berhenti di sekitar parkiran,lalu melihat Ciko melepas helm. Dan sialnya, mata mereka bertemu dalam satu titik. Mata bulat Devany dan mata elang milik Ciko. Menciptakan sensasi aneh dalam pelupuk hati masing-masing.
Devany langsung buang muka. Dia berjalan meninggalkan Ciko yang masih memandanginya.
💔💔💔
"Pagi semua..Gimana kabar kalian?" Tampak suasana kelas seperti biasa, saling menyapa,kalau ada yang kehilangan langsung buat instruksi,bahkan sampe berkelahi.Devany duduk lalu membuka bukunya. Setelah itu,Ciko masuk kedalam kelas. Dia melihat Devany lalu berjalan ke arahnya.
"Pagi Dev," Sapa Ciko hangat.
Deg..Deg..
Devany mendongakkan kepala. Jantungnya berdegup keras. Kenapa Ciko menyapanya?
"Pagi." Sahut Devany cuek. Tak berapa lama kemudian dia kembali membaca buku.
Ciko tersenyum kecut. Lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo,udah makan?" Tanya Ciko canggung.
Ingin rasanya Devany membantingkan kepalanya ke dinding sekolah. Ciko..Ciko... Dia udah tau kalau Devany gak boleh lagi deket-deket sama dia. Lah ini,Ciko malah berusaha buat ngancurin prinsip sederhana milik Devany. Buat gak cakapan secara disengaja.
"Udah. Lo mau apa sih? Emang telinga Lo budeg? Sampe-sampe Lo gak denger sama apa yang gue bilang kemaren? Lo mau hal itu terjadi? Tolong Cik,jangan mempersulit keadaan gue." Ucap Devany lirih.
Ciko menggigit bibir bawahnya. Apa yah yang mau dia katakan selanjutnya?
"Gue.. gue cuma mau balikin map Lo ini aja Dev,gak lebih. Maaf kalau gue mempersulit keadaan Lo. Ini map Lo." Ucap Ciko datar sembari memberikan sebuah map merah milik Devany tersebut. Devany menerimanya,lalu memasukkan map itu kedalam tas.
"Makasih." Katanya cuek dan datar. Dia berusaha supaya Ciko merasa sakit hati. Dia baca buku sementara Ciko ada didepannya. Sedang berdiri sendiri seperti orang bodoh.
"Yaudah,gue kekursi gue dulu. Kalau Lo ada perlu,panggil gue aja." Ucap Ciko sambil berlalu pergi.
Devany mengeluarkan nafas panjang. Dia benci harus mengatakan ini, bahwasanya dia susah,bahkan terlalu sulit untuk tidak berbicara dengan Ciko. Apa bener ancaman Ningsih itu bisa terjadi?
Devany menoleh kebelakang,dan bomm.. Ciko masih aja ngelihatin dia. Mata mereka kembali bertemu,Devany buru-buru menoleh balik sambil meringis.
"Gue harus konsisten! Gak boleh cakapin Ciko. Devany,Lo harus komitmen yah. Oke!" Gumam Devany bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juara Kelas VS Perusuh Kelas ( Tamat✓)
Teen FictionHighest rank #1 TeenlitIndonesia.. Devany, seorang gadis pendiam yang sangat pintar di kelasnya. Tidak banyak yang tahu bagaimana kehidupan nyatanya di luar sekolah. Gadis yang selalu membawa buku tebal kemanapun pergi, tak lupa memakai kacamata yan...