"Selamat pagi. Selamat datang kembali, Pak Melvin."
Melvin Lionel Delmar tersenyum ramah kepada sang Sekretaris yang menyapa sesampainya Melvin di depan ruangan kerjanya setelah hampir seminggu mengambil jadwal berlibur ke Bali bersama Cassandra Maudy yang baru seminggu sebelumnya dia umumkan kepada publik sebagai kekasihnya.
"Selamat lagi, Aura. Boleh minta laporan kegiatan Direktorat selama seminggu saya tinggalkan? Saya dengar, Senin depan kita akan rapat bulanan bersama Dewan Komisaris."
Si sekretaris cantik bernama Aura itu mengangguk. "Segera saya siapkan, Pak."
Melvin tersenyum manis lagi. "Oh, ya. Satu lagi. Kamu sudah dapat informasi kapan Axel akan masuk? Maksud saya, pinta Direktorat Pengembangan juga untuk buat laporan dan kirim via email ke Axel sehingga dia bisa pelajari."
Lagi, Aura mengangguk. "Info dari Sekretaris Pak Axel, beliau masuk Senin saat rapat bersama Dewan Komisaris nanti, Pak. Untuk laporan Direktorat Pengembangan, akan saya bantu infokan."
Senyuman Melvin kembali merekah. "Kamu memang dapat saya andalkan. Terima kasih, Aura. Kalau ada yang cari saya dan penting, boleh ketuk pintu ruangan saya dulu. Kalau tidak penting, cukup mereka berhadapan langsung sama kamu, ya?"
Aura mengangguk. "Siap, Pak."
"Terima kasih lagi, Aura."
Kemudian, Melvin membuka pintu ruangan kerja dan menutupnya setelah masuk meninggalkan Aura yang masih belum terbiasa mendapat senyuman semanis itu dari sang atasan. Jantung Aura masih sulit dikendalikan. Bisa mati muda dia jika terus diberi senyuman seperti itu.
🖤💗🖤
Baru dua hari bekerja, Mona sudah sangat merasakan aura berbeda atas perlakuan Jennifer kepadanya dan yang lain. Entah apa yang Mona lakukan, tapi Jennifer terlihat jelas tidak menyukainya. Jennifer selaku Manajer Marketing bebas melakukan sesuatu yang membuat Mona tak habis pikir, kenapa harus seperti itu?
"Semangat menghafalnya, ya, Sayangku."
Fanya yang baru tiba di ruangan menepuk pundak Mona yang sudah tiga puluh menit lebih awal datang untuk melanjutkan tugasnya menghafal nama-nama dan wajah semua pegawai di PT. Delmar Propertindo. Mona sudah mendapat meja yang berhadapan dengan Fanya dan kini tengah menatapi foto satu per satu pegawai yang harus dia hafal. Sudah dua hari berturut-turut, Jennifer memberi tes kepada Mona dan Mona salah menebak nama pegawai yang Jennifer bawa entah dari mana.
"Ingatan gue buruk banget, Mbak. Duh, kalau begini terus, kapan bisa lolos masa orientasi?" Mona menghela napas gelisah. By the way, hanya dalam waktu dua hari, kini Mona sangat dekat dengan Fanya.
Fanya melipat tangan di atas meja. "Mending lo ke ruangan Pak Melvin. Sekedar say hello sekaligus mencari penyegaran. Siapa tahu otak lo jadi encer untuk menghafal setelah lihat Pak Melvin."
Mona nyengir. "Anterin, lah, Mbak. Masa gue tiba-tiba datang ke sana gitu? Yang ada diusir nanti."
Bibir Fanya mengerucut. "Nanti, ya. Kalau gue udah selesai bikin report. Senin depan rapat sama Dewan Komisaris. Seenggaknya, besok bahan harus udah selesai dan ditaruh di meja Pak Eros."
"Mau gue bantu gak?"
Fanya tersenyum menyindir. "Elah. Lo hafalin dulu tuh tampang-tampang yang ada di sini. Jangan di ruangan aja, mending ketemu dan ajak ngobrol orangnya langsung biar gampang hafal."
Mona menghela napas. "Tapi kebanyakan Bapak-bapak di sini genit."
"Iyalah. Kan, ajaran Pak Eros yang mendarah daging. Lagian lo emang cakep, sih, Mon. Wajar langsung jadi trending topic di sini. Pantas Bu Jennifer kayak gitu sama lo." Fanya melirik kanan kiri sebelum lanjut berkata setengah berbisik, "Bu Jennifer itu paling gak suka sama pegawai yang lebih cantik dari dia. Padahal dia mah terlalu biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.