32 | Romantis Malam

5.4K 838 106
                                        

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Mona akan menemani Axel makan malam bersama klien, tapi klien ini jelas berbeda karena merupakan Warga Negara Asing, lebih tepatnya Singapura. Mona tak tahu kenapa bisa, tapi dia benar-benar hanya pergi berdua dengan Axel untuk makan malam di sebuah restoran di hotel bintang lima dengan sang klien.

Sedari tadi, Mona tak tahu apa fungsinya berada di sana ketika yang berbicara hanya Axel dan sang calon mitra kerjasama sampai si calon mitra yang Mona perkirakan berusia sekitar empat puluh tahunan tersebut meliriknya sekilas sebelum berkata bersama Axel.

"I'm glad you bring such a good looking girl. She looks nice and pretty."

Mona buru-buru menunduk begitu tiba giliran Axel yang meliriknya sekilas. "Ah, yes, she is."

"I was about to ask if she is your girlfriend, but suddenly I got the answer, by the way you were looking at her."

Mona menyesal dia tidak mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dengan baik karena Axel dan bule itu berbicara sangat cepat, tapi Mona dapat menerka mereka tengah membicarakannya. Mona takut, apakah dia salah kostum atau apa karena sungguh, kenapa mereka terus melirik Mona?

Axel terkekeh kecil. "What do you wish me to answer?"

"You are the lucky one. She looks so supportive. If she is not belong to you, maybe I will introduce her to my son."

Senyuman tipis muncul di bibir Axel. "Do you need a help from us to get your son a girlfriend from Indonesia?"

Si bule tertawa kecil dan menggeleng. "Ah, no. He will get mad at me. He hates being controlled by me. He loves to be free. I wish he was as good as you in business so I could make him being the heir."

Axel memutar jarinya di tepi cangkir kopinya. "It's about the time. Don't worry about it."

"I pray for it, Mr. Delmar."

Sungguh, Mona masih mempertanyakan maksudnya berada di sini, hanya sebagai penonton dua orang pria berbeda generasi yang membicarakan sesuatu yang Mona tak ketahui sama sekali.

Axel dan bule yang Mona tak hafal namanya itu berbicara hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Axel berjabat tangan dengan si bule, lalu si bule berjabat tangan dengan Lisa sebelum akhirnya pergi begitu saja meninggalkan restoran.

Setelah si bule pergi, barulah Mona dapat menghela napas lega. Hampir dua jam dia hanya diam memasang wajah senyum seanggun mungkin sambil sesekali melayani Axel dan si bule itu dengan menyiapkan minum dan lain-lain. Sekarang, dia bisa bebas dari kepura-puraan tadi.

"Saya gak ngerti Bapak ngomong apa sama si bule itu jadi, saya bingung, Pak, mau buat catatan rapat kayak gimana."

Axel menoleh dan menggeleng. "Gak perlu."

"Benar, Pak?"

Axel mengangguk. "Iya."

"Terus saya ngapain di sini, ya, Pak? Cuma duduk doang sama ambil minum. Bapak sama bule tadi jadi gak leluasa ngobrolnya."

"Justru saya ajak kamu supaya rencana kita berhasil."

Satu alis Mona terangkat. "Hah? Maksudnya?"

Axel terkekeh kecil. "Katanya si bule, dia mau jodohin kamu sama anaknya."

Mona melotot. "Hah? Sumpah, Pak?"

Axel mengangguk. "Iya. Kamu mau gak? Nanti saya bilangin ke dia."

Mona diam sejenak dan menghela napas. "Jangan, deh, Pak. Bahasa Inggris aja belepotan, pasti entar gak bisa komunikasi," Mona menunduk dan tersenyum tipis, "Lagian, saya gak suka bule, Pak. Saya lebih suka cowok lokal, hehe."

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang