Lisa, saya gak ke kantor hari ini. Kalau ada yang penting, tolong antarkan ke apartemen saya. Thanks.
Mona membaca pesan tersebut berulang kali, untuk memastikan jika apa yang dibacanya benar. Pantas saja. Sudah hampir jam makan siang dan Mona belum mendapati kehadiran Axel ataupun pesan lain yang menandakan cowok itu tengah berada di luar kantor.
Pikiran cemas Mona muncul. Pertama dan terakhir kali dia pergi ke apartemen Axel untuk memeriksa kondisi cowok itu, Axel sedang dalam kondisi setengah sadar setelah mabuk berat. Banyak botol minuman di apartemennya, bersamaan dengan puntung rokok.
Mona sudah meminta izin kepada Handayani untuk pergi ke apartemen Axel dan supir kantor sudah bersiap untuk mengantar Mona yang juga sudah menyiapkan berkas-berkas penting yang harus Axel tandatangani.
Setelah semuanya siap, Mona berangkat ke apartemen Axel diantar oleh supir kantor yang Mona ketahui bernama Budi dan Mona beruntung, Budi tipikal orang yang cukup ramah untuk diajak mengobrol meskipun, ini adalah kali pertama mereka mengobrol.
"Ya, gitu, deh, Mbak. Saya udah hampir dua puluh tahun kerja di sini, dari waktu Pak Yaqub masih menjabat sampai sekarang dia pensiun dan ngelimpahin kekuasaan ke anak-anaknya."
Mona tersenyum tipis, menatap ke kaca mobil sebelah kirinya. "Pak Yaqub pasti pemimpin yang bagus banget, ya, Pak? Soalnya, saya dengar, dia juga yang rintis perusahaan dari awal sampai sekarang semaju ini."
"Ya, begitu, deh, Mbak. Emang kalau dalam bekerja, Pak Yaqub juaranya." Budi melirik ke sisi kirinya, "Apalagi waktu istrinya Pak Yaqub masih hidup. Pak Yaqub romantis gitu, Mbak, sama istrinya. Hubungan mereka selalu harmonis."
Senyuman tipis muncul di bibir Mona. "Rasanya saya pengen ketemu sama istrinya Pak Yaqub, pengen lihat langsung cewek yang udah ngebesarin anak-anak hebat kayak Direksi kita itu."
Budi tersenyum tipis. Pria yang berusia nyaris lima puluh tahun itu masih menatap fokus ke jalan saat berkata, "Dulu, saya pernah jadi supir pribadi Bu Lisa, selama satu tahun tepat sebelum akhirnya, dia meninggal karena penculikan itu."
Mata bulat Mona menyipit. "Hah? Penculikan?"
Budi mengangguk. "Iya, Mbak. Itu udah beberapa tahun lalu. Sewaktu para pesaing bisnis menghalalkan segala cara buat jatuhin Pak Yaqub, termasuk ngelakuin hal-hal sadis kayak waktu itu."
"Sadis? Maksudnya gimana, sih, Pak? Kok, saya gak tahu, ya?"
Budi menarik napas dan menghelanya perlahan. "Gak banyak yang tahu, sih, Mbak, karena keluarga Delmar juga nutup rapat-rapat kasus ini, jangan sampai tercium publik." Senyuman di bibir Budi lenyap perlahan, "Lebih dari sepuluh tahun lalu, pesaing bisnis Pak Yaqub nyulik Bu Lisa dan Pak Axel, sewaktu Bu Lisa jemput Pak Axel di sekolahnya."
Mona melotot dan tiba-tiba ucapan Axel beberapa saat lalu terngiang dalam benaknya.
"Papa takut saya akan diculik seperti waktu itu."
Baiklah. Ini salah satu fakta paling mengejutkan yang pernah Mona dengar tentang Axel. Jadi, Axel diculik? Bersama dengan Bunda-nya juga? Ya, Tuhan. Mona tak pernah menyangka jika persaingan bisnis mengharuskan mereka yang sudah hilang langkah melakukan hal seperti itu. Menculik? Sungguh? Apa mereka tak punya cara lain untuk dapat bertahan?
"Saat kejadian penculikan itu, Bu Lisa meninggal karena melawan orang yang menyanderanya. Pak Yaqub sangat terpuruk sampai kendali perusahaan dia alihkan ke adiknya, Pak Yadi. Perusahaan stuck waktu dalam kendali Pak Yadi dan Pak Yaqub gak bisa berbuat banyak karena masih dalam kondisi berduka. Setelah dua tahun, baru Pak Yaqub mengambil alih perusahaan yang udah hampir bangkrut dan butuh waktu cukup lama hingga perusahaan stabil lagi seperti sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.