37 | Thank You

4.7K 788 26
                                    

Sepertinya, baru kemarin Mona merasa sangat bahagia menghabiskan sedikit waktu bersama...seseorang yang selalu berhasil membuat hatinya menghangat. Pagi ini, di kantor, Mona sudah mendapat banyak omongan sumbang tentang dirinya dan juga Axel. Jam masih menunjukkan pukul sebelas siang dan Axel belum juga datang ketika Mona sukses dibuat panas oleh obrolan kencang nan sengaja dua sekretaris yang berada di lantai yang sama dengannya.

"Ya, namanya juga cewek murahan. Diajak ke apartemen bos, digrepe-grepe juga sebuah kebanggaan sendiri."

Sungguh, Mona tak paham apa yang terjadi sehingga, pagi ini dia mendapat tatapan sinis dari banyak karyawan yang biasanya tersikap ramah kepada Mona. Bahkan, Handayani yang biasa ramah tiba-tiba bersikap dingin kepada Mona saat berpapasan di elevator tadi pagi.

"Pantes, ya, Jane. Itu cewek gatel selalu semangat kalau diminta antar berkas ke apartemen bos Ganteng. Pasti senang soalnya, bebas ngapa-ngapain aja sama bos."

"Tapi sumpah, deh. Itu cewek pakai pelet apa, ya, sampai cowok sesempurna bos Ganteng bisa luluh dan makai dia walaupun, mungkin gak tahan lama peletnya. Nanti juga ketahuan."

Telinga Mona memanas mendengar semua ucapan tak benar itu kepadanya. Orang-orang kenapa, sih? Emang pas gue sama Pak Axel ciuman, ada yang ngelihat? Perasaan itu kebun kosong dan terpencil letaknya. Perasaan gak ada yang mata-mata yang ngikutin mobil dari belakang, deh.

Pintu elevator yang semula selalu tertutup tiba-tiba terbuka dan Fanya melangkah ke luar menghampiri Mona, dia menatap Mona lekat sebelum menarik Mona dan mengajak Mona menuju ke elevator yang menuntun mereka berdua ke lantai satu, tempat di mana restoran berada.

Mona menundukkan kepala dengan semua pikiran buruk tentang dirinya sampai Fanya akhirnya, buka suara dan seakan menjawab semua kebingungan dan pikiran buruk yang ada dalam kepala Mona.

"Mona, lo sama Pak Axel kepergok sama salah satu biang gosip kantor. Katanya, kemarin dia lihat lo ke luar dari apartemen Pak Axel larut malam."

Harus menjawab apa? Haruskah Mona mengakui memang dia pulang dari apartemen Axel larut malam menggunakan Go-Jek?

Semalam, Mona dan Axel tiba lagi di Jakarta sekitar pukul sepuluh. Itu juga tidak langsung pulang karena Axel mengajak Mona makan malam terlebih dahulu. Sekitar pukul sebelas malam, Axel berniat mengantar Mona pulang, tapi Mona menolak karena takut Jenny akan salah paham. Akhirnya, setelah perdebatan panjang dengan Axel, Axel mengalah. Axel membawa Mona dulu ke apartemennya untuk mengambil berkas, lalu membiarkan Mona pulang ke kostannya dengan Go-Jek.

"Mon? Mona?"

Kesadaran Mona kembali saat Fanya melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya. Mona tersenyum dipaksakan seraya menghela napas. "Terus mereka ngomongin apa lagi, Mbak, tentang gue?"

Fanya menatap Mona iba. "Lo yakin mau dengar semua?"

"Udah dengar, sih, Mbak. Gue dibilang cewek murahan, cewek gatel dan banyak julukan lain, hehe." Tatapan Mona benar-benar kosong sekarang, tak menyangka hanya karena hal itu, hari ini hampir seisi kantor menatapnya sinis.

"Gue percaya lo bukan kayak apa yang mereka omongin. Tenang. Gue percaya sama lo."

Mona menundukkan kepala dan tubuhnya bergetar saat berkata, "Tapi...gimana kalau yang mereka omongin benar? Gue cewek murahan, gue cewek gatel dan gue cewek gak tahu diri." Mona memejamkan mata dan tanpa sadar, air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh begitu saja, "Gue emang seburuk itu, Mbak. Gue bahkan benci sama diri gue sendiri." Mona menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang