Nyatanya, Mona disambut baik oleh para Sekretaris Direksi begitu pagi ini setelah berpamitan kepada tim marketing yang kemarin pergi canvassing dengan Jennifer dan tidak kembali ke kantor, Mona langsung membawa barang-barangnya menuju lantai lima, tepat di mana para petinggi perusahaan berada. Mona gelisah, sungguh. Awalnya dia takut dia akan mendapat penolakan atau awal yang buruk seperti saat dia bergabung dengan tim marketing, tapi beruntung itu semua hanya kecemasannya semata. Para Sekretaris Direksi benar-benar menyambutnya dengan baik dan kini, Mona tahu satu per satu nama Sekretaris Direksi yang memang memiliki fisik seperti para model.
Sekretaris Direktur Umum dan Keuangan adalah Aura Kusuma. Seorang cewek cantik berambut pendek berusia dua puluh delapan tahun, tapi sempat membuat Mona menerka jika mereka seumuran. Aura cantik dan memiliki wajah lembut khas cewek Bandung, tempat di mana dia berasal.
Setelah Sekretaris Direktur Umum dan Keuangan, tentu saja Mona sudah mengetahui nama Sekretaris Direktur Operasional alias Janeta. Janeta juga tak kalah cantik dari Aura. Rambutnya panjang dan berwarna sedikit kemerahan. Dia seusia juga dengan Bunga dan berasal dari Solo.
Yang terakhir adalah Namora, Sekretaris Direktur Pengembangan yang akan segera meninggalkan perusahaan demi permintaan sang suami. Memang benar kata Fanya, jika dibandingkan dengan Sekretaris lain, Namora sedikit lebih cantik dengan riasan wajah yang tidak berlebihan. Namora terlihat seperti cewek menyenangkan dan usianya lebih muda satu tahun dari Sekretaris Direksi lainnya.
Sekarang, Namora sedang menunjukkan Mona apa saja yang harus Mona lakukan sebagai seorang Sekretaris Direktur Pengembangan. “Ini komputer kamu nanti. Di komputer ini, kamu cek aja folder Direktur Pengembangan. Di sana ada beberapa folder lagi kayak surat masuk, memo, disposisi dan lain-lain yang pasti gak harus diajarin, kan? Kamu bisa cek satu per satu, kalau ada kesulitan, kamu telepon aku aja. Udah disimpan, kan, nomor aku?”
Mona mengangguk mendengar penjelasan singkat Namora yang memperlihatkan isi dokumen di komputernya. Setelah itu, Namora menatap mejanya yang masih terlihat berantakan.
“Kamu jangan heran, ya, kalau meja kamu nanti akan jadi meja paling berantakan di antara Sekretaris yang lain. Pak Axel itu orang yang teliti dan perfeksionis. Semua laporan yang diberikan ke dia, termasuk memo dan surat harus dilampirkan dasar. Kalau enggak, Pak Axel gak mau terima dan gak mau paraf atau tandatangan. Paraf atau tandatangan Pak Axel itu susahnya minta ampun, tapi tanpa Pak Axel, mungkin Direksi udah dapat banyak permasalahan karena satu-satunya Direksi yang teliti, ya, Pak Axel.” Namora menunjuk satu per satu map yang tersusun di meja, “Kalau map, ada keterangannya, ya. Ada map khusus memo, ada map khusus surat, dan lain-lain. Aku juga stock banyak map, di lemari kolong meja jadi, kamu tinggal ambil kalau butuh. Biasanya, Pak Axel kalau ke luar selalu butuh map buat bawa berkas.”
Mona mangut-mangut dan sebisa mungkin mencatat hal-hal penting yang Namora jelaskan meskipun, Namora menjelaskan seperti tengah menyanyikan rap alias cepat sekali. Tapi dari penjelasan Namora, Mona membetulkan pendapatnya tentang seberapa perfeksionis atasan langsung Mona kali ini.
“Kamu ada pertanyaan gak? Ada penjelasan aku yang buat kamu bingung?” Namora akhirnya, memberi kesempatan untuk Mona bertanya.
Mona mengangguk kecil. “Kalau ini, masih penjelasan normal, sih, Mbak. Tapi ada yang lain tentang Pak Axel yang harus aku tahu gak? Biar aku gak ngelakuin kesalahan walaupun, ya, mungkin akan ngelakuin kesalahan karena belum terbiasa.”
Namora tersenyum manis. “Kalau kerja sama Pak Axel, yang penting itu kamu nurut sama dia dan selalu ada saat dia butuh. Dibanding Direksi lain, Pak Axel itu paling jarang mencampuradukkan urusan kantor dan pribadi. Dia tertutup dan sangat menjaga privasi. Kamu harus sadar posisi kamu dan jangan pernah nekat melewati batas. Itu akan jadi bumerang tersendiri buat kamu.” Namora duduk di kursinya sebelum lanjut bercerita, “Sebelum aku, ada dua Sekretaris Pak Axel yang dipecat karena godain Pak Axel. Ada yang nekat telanjang di ruangan Pak Axel, di hadapan Pak Axel dan tanpa ragu, Pak Axel nyeret itu Sekretaris ke luar ruangan dalam keadaan telanjang.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.