27 | Kencan

4.8K 795 80
                                    

Axel Keanu Delmar adalah seseorang yang paling Tatiana Monalisa harap tak pernah temui di dunia. Baik, mungkin terdengar bodoh, tapi begitulah yang ada di pikiran Mona sampai membuat cewek berusia dua puluh tiga tahun itu tak bisa tidur semalaman memikirkan semua hal-hal yang membuatnya putus asa. Mona seakan kehilangan semangat hidup dalam sekejab, dia berharap Tuhan bisa memahami kekecewaan Mona sekarang.

Seharusnya, Mona sejak awal tahu jika Axel adalah tipikal cowok yang mudah membuat seorang cewek jatuh sedalam-dalamnya ke pesona cowok itu. Seharusnya, sejak awal Mona bertemu dengan Axel di malam saat dia terpaksa lembur karena permintaan Jennifer, Mona berbohong jika dia bisa membaca tulisan Jennifer sehingga, Mona tak memiliki lebih banyak waktu melihat Axel dan mulai menyukai paras dewa Axel.

Seharusnya, Mona memprotes saat Eros memindahkannya menjadi Sekretaris Axel, menjadi satu-satunya orang yang berada di dekat cowok itu, mempelajari lebih dalam akan hidup yang dijalani cowok itu meskipun, tanpa sadar hati menerima semua dan seakan mengizinkannya menjadi penghuni yang dilarang untuk ke luar.

Pikiran Mona kacau dan itu berakibat pada terlambat datangnya Mona dan tak fokusnya dia dalam bekerja. Sedari tadi, ada beberapa staf administrasi di salah satu departemen Direktorat Pengembangan yang mengantar berkas, Mona yang biasanya bertanya berkas apa yang mereka antar malah diam saja dan memilih untuk menerima semua berkas itu, tanpa memilah-milih sebagaimana mestinya.

Pikiran Mona tambah tak menentu saat melihat Axel muncul dari elevator dan melangkah menuju ke ruangannya dengan mata elang yang entah bagaimana menatap Mona lekat. Mona menahan napas dan bangkit berdiri, menundukkan kepala sambil menyapa, "Pagi, Pak," begitu Axel mendekat.

Axel menghentikan langkah sejenak di hadapan Mona sebelum melanjutkan langkah kaki memasuki ruangan. Mona memejamkan mata dan menepuk dadanya, berusaha memberi peringatan pada jantungnya yang tak bisa diajak kompromi untuk tak bergetar tak beraturan ketika bertemu dengan Axel.

Mona menghubungi OB untuk membuatkan kopi yang biasa disuguhkan kepada sang Direktur Pengembangan tatkala dia datang. Setelah kopi siap dan diantarkan OB kepada Mona, Mona mengumpulkan keberanian penuh untuk membawa nampan dengan secangkir kopi itu, mengetuk pintu ruangan Axel. Mona melangkah memasuki ruangan, menuju ke meja Axel untuk meletakkan cangkir minuman Axel tersebut.

"Silahkan diminum kopi—,"

"Kamu kenal Je—ah, maksud saya Jenny?"

Mona menahan napas mendengar pertanyaan tiba-tiba Axel tersebut. Axel sedikit mendongak menatap Mona, matanya sedikit memicing. Mona mendekap nampan yang tadi digunakan untuk membawa cangkir kopi sebelum mengangguk kecil. "Teman kostan saya, Pak."

Axel menghela napas dan tersenyum. "Dia cerita ke saya tentang pertemuannya dengan kamu di pesta semalam. Saya baru tahu kalian saling mengenal, bahkan bisa dikatakan bersahabat?"

Mona mengangguk. "Iya, Pak. Sejak awal ngekost, kami emang sudah bareng-bareng."

"Saya baru tahu hal ini dan...ternyata, dunia benar sempit, ya?"

Pertanyaan Axel itu Mona tanggapi dengan senyuman lebar, sangat dipaksakan. Axel melipat tangan di depan dada sebelum berkata, "Kamu sudah urus mengenai perjalanan dinas ke Singapura? Saya mau agar bulan ini kita bisa langsung jalan supaya proyek segera terlaksana."

Mona memejamkan mata, sedikit lega karena Axel tak lagi bertanya tentang Jenny. Tiap mengingat fakta hubungan Axel dan Jenny, rasanya Mona ingin sekali menumpahkan kopi itu ke wajah tampan Axel sambil berteriak, "Anjir, ya, lo! Sudah bikin gue baper, tapi dijodohinnya sama sahabat gue!"

"Sudah disiapkan, Pak. Undangan dari pihak mitra juga sudah diterima, menunggu persetujuan Pak Eros akan keberangkatan. Kira-kira dua minggu lagi, Pak."

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang