20 | Beruntung

4.9K 796 64
                                    

Matanya memang terpejam, tapi sebenarnya Mona sudah terbangun dari tidur lelapnya sedari tadi. Dia malas membuka mata dan memilih untuk meraih guling dan memeluknya erat sampai tiba-tiba saja matanya terbuka saat menyadari ukuran guling yang dia peluk saat ini jauh lebih besar dari guling dengan kepala Pororo yang biasa dia peluk di kostan. Mona benar-benar melotot dan menendang guling tersebut sebelum beranjak dari posisi berbaring miringnya menjadi duduk di ranjang ukuran king size yang jelas-jelas bukan ranjang kamarnya.

"Anjir."

Mona mengumpat kasar seraya menarik selimut yang membalut tubuhnya untuk memastikan yang terjadi tidak seperti yang ada di sinetron-sinetron. Di sinetron atau film, jika kita terbangun di kamar orang lain, pasti sesuatu yang buruk terjadi. Mona menahan napas dan menggelengkan kepala membuang pikiran buruk tersebut.

Napasnya sedikit lebih baik saat menyadari dia masih mengenakan pakaian yang dia kenakan kemarin, tanpa ada yang terlepas dari tubuhnya. Tapi tetap saja jantung Mona berdebar tak karuan karena dia terbangun di kamar yang tengah dia coba untuk ingat. Sial. Mona tak ingat apa yang terjadi. Dia sepertinya tertidur saat Axel mengantarnya pulang setelah makan sate Taichan di Senayan.

Tunggu. Itu berarti....

Buru-buru Mona beranjak dari ranjang, seperti orang kalap. Mona menatap sekeliling dan kembali mengumpat dalam hati begitu sadar dia berada tepat di kamar tidur seorang Axel Keanu Delmar alias sang Direktur Pengembangan di perusahaan yang menjadi tempat Mona bekerja. Mona menggigit bibir bawahnya, panik.

Belum sebulan, gue udah bikin berapa masalah? Sumpah, gimana kalau gue dipecat karena ini? Tunggu. Di mana Pak Axel? Jangan-jangan dia kabur setelah...

Mona mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya sungguh negatif sekarang. Mona melangkah ke luar kamar dan menuruni tangga dengan cepat, tapi baru beberapa anak tangga, Mona berhenti begitu melihat sang atasan yang Mona kira melakukan sesuatu padanya, tengah tertidur di sofa depan televisi yang masih menyala. Mona menghela napas lega, mengelus dada begitu sadar Axel masih mengenakan pakaian yang kemarin dia kenakan.

Tapi tunggu lagi. Mona tidur di kamar Axel sedangkan, cowok itu malah tidur di sofa?!

Kaki Mona melemas mengetahui fakta ini. Mona terduduk di anak tangga sambil memegangi kepalanya yang pening. Sungguh, Mona tak ingat apa yang terjadi semalam sampai Mona terbangun di kamar Axel. Yang Mona ingat hanya: mereka makan sate Taichan—Axel baru pertama kali mencobanya, Mona bingung kenapa hampir semua tempat yang Mona rekomendasikan, Axel selalu bilang tak pernah ke sana padahal, tempat-tempat makan yang Mona rekomendasikan cukup terkenal dengan makannya—lalu setelahnya Axel mengantar Mona pulang dan Mona tak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

Lamunan penuh kegelisahan Mona buyar ketika mendengar suara igauan Axel yang cukup keras. Cowok itu meneriakkan kata Bunda dan Jangan berulang kali. Mona buru-buru melangkah menuju sofa tempat Axel tertidur dan mendapati Axel yang sudah berkeringat, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri masih sambil terus berteriak. Tidak, bukan hanya keringat. Mona dapat melihat jelas air yang mengalir dari pelupuk matanya.

Ya Tuhan, Pak Axel mimpi apa, sih, sampai begini?

"Pak Axel? Pak, bangun, Pak! Cuma mimpi buruk." Mona mencoba membangunkan Axel dengan menepuk pipi cowok itu berulang kali, namun Axel masih seakan tidak merespon apa yang Mona katakan. Gelengkan serta deru napas cowok itu malah semakin cepat dan membuat Mona mencelos seketika.

Mona menepuk pipi Axel lebih keras, mengguncang-guncangkan bahu cowok itu sambil berkata lebih keras, "Pak Axel, bangun, Pak!"

Selang beberapa saat kemudian, Axel membuka mata dan kejadiannya sangat cepat ketika napas Mona tertahan begitu lengan seseorang merengkuh lehernya, bersamaan dengan beban di bahu kanan Mona dan deru napas yang tak beraturan. Mona membeku, benar-benar membeku dan tak tahu harus berbuat apa.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang