24 | Motor

4.4K 796 27
                                    

Tatiana Monalisa sadar, seharusnya dia bergegas pulang atau kembali ke kantor ketika dia rasa kondisi Axel sudah membaik. Tapi entah apa yang menahan Mona untuk bertahan di apartemen Axel, memperhatikan wajah Axel yang tertidur pulas sejak tiga puluh menit lalu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam dan keduanya baru selesai makan malam pukul tujuh dan setelah makan malam, Axel tertidur dengan posisi kepala yang bersandar pada bahu Mona.

Jangan tanya bagaimana bisa, tapi memang itu terjadi begitu saja. Mona dan Axel memang tidak makan malam besar, Axel memesan pizza dan memakannya di sofa ruang tengah sambil menonton pertandingan Asian Games di televisi. Mona yang juga terlalu asyik menonton mengabaikan keberadaan Axel yang jelas-jelas masih membutuhkan istirahat hingga Mona merasakan beban di pundaknya dan Axel sudah tertidur cukup lelap. Sungguh, Mona mana berani membangunkan Axel. Dia tahu, ini yang Axel butuhkan. Istirahat secara penuh, istirahat secara normal tanpa harus dibayang-bayangi mimpi buruk yang membuat pikirannya tak tenang.

Mona mencoba untuk tidak membuat gerakan berarti yang membuat Axel terbangun dari posisi tidurnya yang sebenarnya kurang baik. Awalnya, Mona datang ke apartemen Axel hanya untuk memeriksa keadaan cowok itu dan nyatanya, dia malah melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar memeriksa.

Mulai dari membersihkan puntung rokok dan botol bekas minuman keras yang bertebaran di meja, membuatkan sup untuk sedikit meredakan sakit kepala dan perut yang dialami Axel dan setelahnya, Mona menemani Axel yang membaca berkas-berkas kantor yang Mona bawa untuk Axel tandatangani.

Nyatanya, membaca semua berkas itu membutuhkan waktu tidak sebentar mengingat seberapa perfeksionis seorang Axel Keanu Delmar. Berulang kali Axel bertanya, meminta penjelasan dan Mona hanya dapat menjawab jika dia tidak mengetahui isi data-data tersebut. Tugas Mona hanya Sekretaris, hanya seseorang yang menjembatani mereka-mereka yang ingin berhubungan langsung dengan Axel, tidak lebih.

Tapi Mona selalu senang melihat bagaimana Axel bekerja dengan wajah serius. Ah, memangnya kapan Mona tidak senang melihat Axel? Sejak awal bertemu, Mona sudah menyukai tampang rupawan Axel yang benar-benar mempesona. Mona tak heran banyak yang menyukai Axel.

Lima belas menit lain berlalu dan akhirnya, Axel mengangkat kepalanya dari pundak Mona. Dengan mata sedikit menyipit karena tertidur, Axel bertanya, "Saya sudah tidur berapa lama? Maaf, ya. Pasti pundak kamu pegal."

Buru-buru Mona menggeleng. "Enggak, Pak. Sama sekali enggak. Baru sebentar, kok."

Sambil menguap, Axel melirik jam yang tergantung di dinding ruang tengah. Axel menarik napas dan menghelanya perlahan. "Hampir satu jam saya tidur, ya?"

Mona nyengir. "Bapak selalu hafal, ya, waktu Bapak mulai tidur dan bangun tidur?"

Axel tersenyum tipis. "Untuk mengetahui, seberapa lama waktu yang saya butuhkan buat tidur dan saya gak tahu kenapa, tapi tidur di bahu kamu malah bikin saya lelap, tanpa harus terbangun karena mimpi buruk."

"Tapi Bapak gak sampai satu jam tidur di bahu saya. Itu waktu yang lama?"

"Saya jarang bisa tidur nyenyak, tanpa mimpi apapun. Biasanya, saya tidur nyenyak gak sampai sepuluh menit dan harus bangun. Terus begitu sampai terkadang saya frustasi minum banyak obat tidur yang sekarang bahkan gak kasih efek apa-apa ke saya." Axel menarik napas dan menghelanya, lalu tersenyum kepada Mona, "You smell like strawberry, just like Bunda and that's maybe why I can sleep well when I'm close to you."

Mona tak berkomentar apapun saat Axel bangkit berdiri dari sofa. Mata belo Mona mengikuti pergerakan Axel sampai cowok iti beralih lagi menatapnya lekat sambil berkata, "Sudah nyaris jam delapan malam dan kamu tahu sendiri seberapa macet daerah sekitar sini." Axel melipat tangan di depan dada, sedikit menguap karena masih mengantuk, "Kamu mau saya antar pulang atau...nginap? Kamu bisa tidur di kamar tamu. Biasanya, Cas tidur di sana. Untuk besok, coba kamu cek lemari. Mungkin masih ada pakaian Cas yang ketinggalan."

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang