"Jen, gue saranin lo bicara baik-baik sama Sam biar hubungan kalian juga berakhir baik-baik dan gak ganggu hubungan lo selanjutnya." Rosa sudah menceramahi Jenny yang baru bergabung di meja makan bersamanya, ketika dua cowok lain tengah berada di luar dan belum kembali.
Tangan Jenny meraih bakwan yang Rosa buat sebelum menghela napas. "Tapi gue gak bisa, Ros. Kalau keseringan gue ketemu sama Sam, gue takut luluh dan malahan balik ke dia."
"Lo kedengaran kayak cewek matre kalau mutusin Sam cuma karena dia gak punya pekerjaan tetap dan gaji tetap kayak calon suami lo itu."
Jenny menghabiskan bakwan di mulutnya, lalu menjawab, "Rosa, bukan karena itu sebenarnya. Ada banyak hal yang mungkin lo gak ketahui tentang hidup gue."
Rosa menatap Jenny tajam. "Tapi lo sadar gak, Jen? Dengan lo menyetujui perjodohan dengan calon suami lo itu, ada berapa banyak hati yang lo patahin? Sam, salah satunya."
Jenny melipat tangan di atas meja. "Selain Sam, siapa lagi yang gue sakiti? Lo mau jawab Mona? Ros, gue udah bicara empat mata sama Mona dan dia sama sekali gak keberatan dengan perjodohan gue dan Axel! Lagipula, dia orang pertama yang bilang bakal dukung penuh hubungan gue dan Axel!"
Rosa menarik napas dan menghelanya, memainkan sedotan yang dia gunakan untuk meminum susu vanilla kesukaannya. "Gue gak mau bahas Mona, Jen. Gue cuma mencemaskan hubungan lo ke depannya. Apa lo gak ada rasa takut sedikitpun kalau Sam masih gak terima dia putus sama lo dan ngelakuin hal yang enggak-enggak sama calon suami lo itu?"
Mata Jenny menyipit. "Maksud lo apa?"
Rosa menggeleng. "Mungkin lo lupa gue kuliah Psikolog, Jen. Dari gerak-gerik Sam, dia sayang banget sama lo. Lo itu dunianya. Dia gak bakal bikin lo ada dalam bahaya, tapi dia akan kasih bahaya itu ke orang-orang yang bakal buat lo ngejauh dari dia."
Jenny melotot. "Maksud lo...Sam psikopat?!"
Rosa menggeleng cepat. "Bukan, dia bukan psikopat. Dia cuma...kehilangan kompasnya yang adalah lo, Jen."
Ucapan Rosa membuat Jenny terdiam, dengan semua pikiran yang ada dalam otaknya dan Rosa cukup menyesal karena berkata demikian dan membuat Jenny terdiam.
"Eh, udah jam delapan si Mona, kok, belum balik, ya?" Rosa mencoba mengalihkan perhatian Jenny, dia juga cukup khawatir karena Mona belum kembali.
Jenny mengangkat wajah dan mengernyitkan dahi. "Lah, Mona tadi masuk kostan bareng gue, kan?"
Rosa memicing. "Enggak, Jen. Lo masuk sendiri tadi dan langsung banting pintu kamar."
"Hah, seriusan? Gue sama Mona tadi, sumpah, deh! Coba cek ke kamarnya!"
Rosa menggeleng. "Kamarnya masih gelap. Kalau Mona udah datang, pasti lampunya nyala."
"Terus dia ke mana?!"
Rosa menjawab Jenny dengan kedikan bahu karena dia pun tak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.