18 | Darah

5.7K 883 19
                                    

Memang memulai segala sesuatu itu sulit dan pastinya banyak rintangan yang harus di hadapi. Sama halnya dengan datangnya hari Senin setelah dua hari sebelumnya bersantai-santai di rumah atau pergi ke luar rumah untuk menyegarkan pikiran. Hari Senin jelas bukan hari yang baik untuk kebanyakan orang dan beruntung, Tatiana Monalisa bukan satu dari kebanyakan orang yang tidak menyukai hari Senin.

Pagi ini, Mona datang satu jam lebih awal dari jam masuk kantor, lantai lima tempatnya bekerja benar-benar sepi. Mona ditemani dengan OB yang memang jam kerjanya dimulai pukul tujuh dan tengah sibuk membersihkan lantai serta meja-meja kerja para Sekretaris. Mona meminta mejanya dibersihkan paling awal setelah meja bersih, Mona mulai bekerja merapihkan berkas-berkas baru yang harus diinformasikan kepada sang atasan, berkas yang mungkin tiba kemarin Jum'at setelah Mona berpamitan untuk pulang.

Tiga puluh menit kemudian, pintu elevator terbuka dan menampilkan Aura yang melangkah ke luar elevator. Matanya sempat bertemu dengan Mona, tapi baru Mona ingin menyapa, Aura membuang wajah dan sudah melenggang menuju mejanya. Sepuluh menit setelah Aura datang, Janeta datang dan Mona tak mengerti apa yang membuat kedua Sekretaris senior itu memperlakukannya seperti itu.

Mona mencoba mengabaikan dua Sekretaris itu dengan sibuk membaca surat masuk yang telah Axel beri disposisi. Beginilah cara Moma belajar mengenai perusahaan. Dia banyak membaca surat atau memo yang ada dan itu benar-benar berguna.

Pukul setengah sepuluh pagi, barulah atasan Mona alias Axel Keanu Delmar datang bersama dengan sang kakak kedua alias Melvin Lionel Delmar sambil membicarakan sesuatu. Mereka sempat berhenti di depan elevator setelah ke luar sebelum akhirnya, melangkah bersamaan menuju ke ruangan Axel. Dua-duanya.

"Selamat pagi, Pak." Mona menyapa, sedikit membungkukkan tubuh begitu Axel dan Melvin sampai di dekat mejanya.

Axel mengangguk singkat, lalu mulai membuka pintu ruangan ketika Melvin tersenyum lebar kepada Mona seraya balas menyapa, "Selamat pagi, Mona."

"Bisa kamu minta OB siapkan minum untuk saya dan Pak Melvin? Saya kopi, Melvin siapkan aja teh hangat. Segera, oke?" Axel langsung memerintahkan Mona yang mengangguk cepat sebelum menghilang masuk ke dalam ruangan bersama Melvin.

Mona menarik napas dan mulai berbalik membuka lemari es, meraih kaleng kopi Arabica milik Axel, lalu melangkah meninggalkan meja kerjanya menuju ke pantry. Mona tahu, Aura dan Janeta kembali menatap tiap langkahnya dengan tatapan aneh, tapi Mona tak peduli. Mona ingat apa yang dikatakan Fanya. Memang menjadi junior itu serba salah di mata senior, tapi selama kita benar, jangan pernah takut. Sekarang, teman dekat Mona di kantor hanya Fanya dan mantan rekannya di departemen marketing.

"Pak, maaf, ya, ngerepotin. Tapi Pak Axel udah datang sama Pak Melvin. Boleh minta tolong buatin minum? Hehe, sekali lagi maaf, ya, kalau ngerepotin." Mona berujar cepat dengan posisi tubuh setengah mengintip di pintu pantry. Hanya ada seorang OB di sana.

OB itu terkekeh dan mengangguk. "Boleh, Mbak. Boleh banget. Kopi Pak Axel yang biasa dan kalau Pak Melvin teh, kan? Pak Melvin gak suka kopi, soalnya."

"Begitu, Pak? Baru tahu saya kalau ada cowok yang gak suka kopi."

Mona melangkah lebih memasuki pantry setelah memberikan kaleng kopi Arabica Axel kepada si OB yang mulai meracik minuman yang biasa dibuatkan untuk Axel. Lagi, si OB terkekeh. "Iya, Mbak. Pak Melvin itu Direksi paling bersih, pokoknya. Gak ngerokok, gak ngopi dan gak juga pergi ke tempat hiburan malam." Si OB memasukkan dua sendok teh kopi Arabica Axel ke cangkir milik Axel. Diam-diam Mona memperhatikan dan mencoba menghafal porsi kopi sang atasan.

"Lah, Pak Axel, kan, ngopi doang, Pak. Ya, kali cowok kayak Pak Axel ngerokok atau pergi ke tempat hiburan malam."

Si OB menghela napas. "Yang sering kepergok pergi ke tempat hiburan malam itu Pak Eros, Pak Axel juga kadang pergi ke tempat kayak gitu buat ngilangin stress. Pak Eros sama Pak Axel juga sama-sama ngerokok. Pak Axel malah kuat banget. Hampir tiap sampe di parkiran kantor, pasti dia ngerokok dulu satu dua batang sebelum naik ke atas."

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang