25 | Pesta

4.6K 781 18
                                    

Pagi ini, Mona dapat memastikan dengan jelas jika Axel dalam keadaan baik-baik saja untuk dapat kembali beraktivitas di kantor. Semalam, Mona tidur sangat nyenyak masih dengan jaket Axel yang menghangatkan tubuhnya. Padahal baru jaket, tapi Mona seperti merasa dipeluk langsung oleh Axel. Jaket itu memiliki aroma tubuh Axel yang cukup lekat, memabukkan.

Mona tiba di kantor pukul delapan kurang lima belas dan mendapat pesan dari Axel tepat pukul delapan lewat lima di mana cowok berusia dua puluh empat tahun itu memberi informasi jika dia ada meeting di luar hingga jam setelah makan siang dan meminta Mona mengurus administrasi keberangkatan mereka dinas di Singapura.

Singapura. Seminggu dan hanya berdua.

Mona sudah mendapat penjelasan dari Axel mengenai rencana perjalanan dinas yang akan terlaksana pada akhir bulan dan sepertinya, Axel sudah berkoordinasi baik dengan Melvin dan Eros yang menyetujui hal tersebut. Sekarang, Mona hanya tinggal berkoordinasi dengan Departemen SDM untuk menyiapkan semua keperluan selama di Singapura.

Setelah menyiapkan berkas-berkas Axel yang harus ditandatangani, Mona melangkah menuju ke toilet sebelum pergi ke Departemen SDM. Cewek itu menghentikan langkah memasuki salah satu bilik toilet saat suara dari bilik lain terdengar jelas di telinganya, tengah membicarakannya.

"Gue kira dia polos, tapi sama aja sama yang lain. Sama-sama murahan dan mungkin, dia pakai bantuan iblis biar bikin Pak Axel luluh." Suaranya seperti suara yang Mona kenali.

Mona memejamkan mata dan memasuki bilik. Suara lain terdengar seperti menjawab suara pertama itu. "Gak paham, si Pak Axel itu kenapa. Gila, ya. Cewek secantik Namora ditolak, diperlakukan kasar dan dingin, tapi cewek kekanak-kanakan kayak Mona malah diperlakukan hangat. Bahkan si Mona mampir ke apartemennya diizinin. Gila, lah, pokoknya."

Napas Mona tertahan. Apa Janeta dan Aura benar-benar tengah membicarakannya?

Bersamaan dengan bunyi decitan pintu toilet yang terbuka, Mona mendengar suata Janeta yang membalas ucapan Aura tadi. "Tapi lo udah dengar juga, kan? Pak Axel, kan, dijodohin sama Pak Yaqub. Udah ketemu dan katanya, sih, cantik banget cewek yang dijodohin sama Pak Axel. Tinggal tunggu si Mona sadar diri aja kalau dia itu gak ada apa-apanya untuk bersanding sama Pak Axel."

Mona menundukkan kepala mendengar ucapan tersebut, tubuhnya bergetar seakan menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

"Iya. Gue dengar-dengar, bentar lagi mereka tunangan dan mungkin bakal nikah ngelangkahin Pak Eros dan Pak Melvin. Kan, Pak Axel putera kesayangannya Pak Yaqub." Aura menanggapi.

Suara gemiricik air terdengar, kedua Sekretaris itu mencuci tangan di washtafel. "Gue kasihan sama Mona. Udah jual diri buat dekat sama Pak Axel, tapi hasilnya akan sia-sia. Bentar lagi juga dibuang kayak Fanya dengan alasan naik jabatan. Padahal, mah, emang Direksinya yang risih dekat-dekat dia."

Tawa keduanya terdengar bersamaan dengan decitan pintu dan langkah yang perlahan menjauh dengan Mona yang masih bertahan di salah satu bilik toilet.

Air matanya tak lagi tertahan dengan tubuh yang bergetar hebat.

🖤💗🖤

Pemuda bertubuh tegap itu ke luar dari elevator dan melangkah cepat menuju ke ruangan sampai matanya tak menangkap seseorang yang biasa menyambutnya dengan senyuman lebar. Seseorang yang duduk di meja di depan ruangannya.

Satu alis Axel terangkat begitu langkahnya terhenti tepat di depan meja Mona. Axel beralih menatap sekeliling dan tak mendapati Mona di manapun. Bukan Mona yang dia dapati, tapi malah tatapan genit Sekretaris Direksi lain yang selalu Axel harap bisa diganti dan tak lagi dia temui.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang