Menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi jelas bukan ide baik dan sudah seminggu belakangan Mona merasakan hal buruk itu. Rasanya...sangat buruk. Saat Mona harus menemani Axel ke mana-mana sebagai Sekretaris, dikenalkan sebagai Sekretaris dan tak punya kesempatan sedikitpun hanya untuk menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. Begitupun yang Axel rasakan.
Ditambah lagi, rumor tentang perjodohan Axel dan Jenny menyerbak di perusahaan, entah dari mana asalnya. Mona semakin merasa tertekan. Bagaimana tidak? Jenny memiliki ekspektasi yang tinggi di perusahaan, padahal mungkin tak semua pegawai pernah bertemu dengannya. Tapi pujian serta harapan baik untuk hubungan Axel dan Jenny senantiasa terdengar di telinga Mona, benar-benar membuat Mona jengah dan seringkali merasa di titik terbawah hidupnya. Sebagai seseorang yang sangat tidak pantas untuk seseorang seperti Axel Keanu Delmar.
"Monalisa!"
Mona mengerjap mendengar panggilan itu dan buru-buru dia bangkit dari kursinya saat melihat Axel sudah berdiri di depan meja. Mona menundukkan kepala, tak ingin melihat Axel lama-lama. Semakin sering melihat Axel, semakin sering Mona berpikir jika dia memang tak benar-benar pantas untuk cowok itu. Axel terlalu tampan, terlalu pintar dan terlalu sempurna untuk upik abu seperti Mona.
"IꟷIya, Pak?"
"Saya mau bicara. Di ruangan saya." Axel berujar cepat dan melangkah memasuki ruangannya.
Mona menghela napas sebelum melangkah mengikuti Axel, memasuki ruangan Axel yang masih sama. Axel belum melakukan pindah ruangan ke ruangan Direktur Utama karena ruangan itu Axel pinta untuk renovasi. Sesuai dengan desain yang Axel sendiri buat. Seperfeksionis itu Axel.
"Kamu gak apa-apa?"
Nada bicara Axel berubah menjadi lebih lembut setelah Mona menutup pintu ruangannya dan melangkah menuju ke kursi tamu di hadapan Axel yang sudah duduk di mejanya. Mona tersenyum tipis. "Gak apa-apa."
"Aku manggil tiga kali dan baru kamu sadar."
"Ya, biasa. Aku lagi ngelamun." Mona menjawab santai.
Satu alis Axel terangkat. "Ngelamunin apa?" tanyanya, melipat tangan di atas meja dengan mata bersinar.
Sungguh, Mona masih penasaran apa yang membuat Axel bisa menatapnya dengan tatapan sebersinar itu, Axel tidak seperti itu saat melihat yang lain. Mona merasa beruntung, di lain sisi merasa sangat tidak pantas.
"Gak ngelamunin apa-apa."
Axel diam sejenak mendengar jawaban Mona sebelum tersenyum tipis. "Oke. Aku gak akan bahas. Lagipula, aku panggil kamu ke sini untuk membicarakan sesuatu yang lebih penting. Tentang karir kamu di perusahaan ini."
Mona menahan napas dan menatap Axel lekat, begitupun Axel. "Sebelumnya, aku minta maaf karena udah sedikit menghambat karir kamu. Sejak kamu masuk ke kantor, sebenarnya kamu bisa langsung menjadi supervisor marketing dari pengalaman kamu, tapi aku nahan dan minta ke Eros untuk menjadikan kamu Sekretaris aku. Aku minta maaf atas hal itu."
Senyuman tipis muncul di bibir Mona begitu mendengar permintaan maaf tulus itu dari bibir Axel. "Tapi kalau bukan karena jadi Sekretaris, kita gak bakal sedekat ini, kan?"
Axel balas tersenyum. "Kamu jadi cuti tiga hari, kan? Sepulang cuti, mungkin kamu boleh menempati meja kamu yang baru di departemen marketing dan karena kamu pernah bilang kamu pernah punya cita-cita buat jadi koki...aku kasih kamu jalan untuk itu."
Satu alis Mona terangkat. "Hah? Maksudnya?"
"Mulai minggu depan, kamu resmi memiliki jabatan sebagai Supervisor marketing restoran-restoran kita yang ada di beberapa lokasi. Kamu sering-sering mampir ke sana, kalau perlu datangi dapur dan tanya resep-resep atau bahkan belajar masak di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomansKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.