Paparan yang disampaikan Direktur Umum dan Keuangan berlangsung alot tanpa komentar apapun dari Komisaris, kecuali pesan jika Komisaris ingin Direktorat Umum dan Keuangan dapat membantu menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan. Hanya seperti itu hingga tibalah Direktur Operasional menyampaikan laporan Direktoratnya kepada Komisaris.
Harusnya, Mona tidak terkejut dengan fakta jika laporan yang harus ditampilkan pada layar adalah laporan yang bukan dia buat hingga harus lembur hingga pukul sebelas malam dan menginap di kantor. Jennifer sudah benar-benar mengerjakan laporan yang berbeda dengan yang Mona kerjakan saat Eros menjelaskan isi laporan tersebut.
"Sekian laporan dari Direktorat Operasional. Ada tanggapan atau saran?" Eros bertanya setelah lembar terakhir paparan muncul pada layar.
Jika saat paparan Direktur Umum dan Keuangan benar-benar sepi, cukup mengejutkan saat sang Direktur Pengembangan mengangkat tangan dengan mata terfokus pada kertas yang entah bagaimana ada di atas mejanya. Mona mengumpat dalam hati, berharap jika Axel tidak menyadari perbedaan laporan yang Mona buat dan yang Jennifer buat.
"Pak Eros, saya ingin tahu dasar perhitungan dari marketing target. Apa perlu dikoreksi karena saya mendapat laporan jika penjualan properti tiga bulan belakangan menurun? Jika kita tetap mematok target seperti yang Bapak sampaikan, apa yakin akan memenuhi? Jika tidak, penilaian perusahaan kita pasti menurun."
Eros diam sejenak dan sedikit menoleh ke Jennifer seakan meminta sedikit penjelasan atas laporan yang Jennifer buat saat komisaris ikut berkomentar.
"Axel benar. Laporan ini akan disampaikan secara publik di website. Saya belum yakin akan tercapai. Itu akan mempengaruhi nilai perusahaan kita."
Jennifer memucat. Duh, dia pasti mati kutu jika harus menjelaskan laporan yang dia buat secara asal, dengan memodifikasi data yang sesungguhnya supaya terlihat baik.
"Akan segera kami sesuaikan, Pak Axel. Terima kasih atas masukannya."
Tipikal Eros yang memang tahu jika dia balas mendebat sang adik bungsu yang ada dia malah terlihat bodoh karena Eros pun tidak memeriksa laporan secara rinci, tidak seperti Axel yang benar-benar mempelajari isi laporan di akhir minggu kemarin.
Jangan heran jika saat giliran Axel yang memaparkan, dia dapat memaparkan dengan baik lalu, menjawab semua tanggapan Komisaris dengan baik. Penyampaian Axel jelas berbeda dengan kedua kakaknya. Axel tidak lulus sebagai cum laude di Universitas Harvard tanpa sebab, kan?
Sang ayah berkomentar setelah Axel memaparkan hasil kunjungan dinasnya di Malang tentang rencana pembangunan tempat wisata baru di sana.
"Saya setuju dengan rencana kamu. Segera buat kajian serinci dan sebaik mungkin dan paparkan ke komisaris pada rapat selanjutnya," Yaqub menutup buku catatannya sebelum lanjut berkata sesuatu yang sukses mencairkan suasana menegangkan rapat sejak satu jam lalu, "Lalu, gimana liburan kamu? Sudah dapat calon istri di Malang?"
Pertanyaan itu membuat Eros dan Melvin yang semula duduk tenang tiba-tiba tertawa keras, apalagi Eros yang sampai memukul meja sementara, Axel menutupi mukanya sebelum berbisik kepada sang ayah, "Pa, we're not talking about it in public, not in a formal meeting!"
Yaqub melipat tangan di depan dada. "Gak apa-apa, Axel. Semuanya juga pasti gak keberatan mendengar cerita pencarian jodoh kamu. Eros tinggal menikah, Melvin juga mau menikah. Sedangkan kamu, gandengan aja gak punya?"
Tawa Eros dan Melvin semakin menjadi dan seisi ruang rapat sebisa mungkin menahan tawa mendengar pertanyaan seorang ayah kepada putera bungsunya. Wajah Axel sudah memerah.
"Let's back to the topic. Saya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin bisa bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan."
"Kamu juga butuh istri untuk keberlangsungan masa depan Anda, Pak Axel. Bagaimana perusahaan bisa mendapat penerus jika Anda belum memiliki istri?" Eros yang menyelak pembicaraan Axel dengan wajah yang dipaksakan serius sebelum akhirnya, pecah dalam tawa. Melvin juga lanjut tertawa, begitupun dengan Yaqub dan juga Yadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.