Menghadiri sebuah acara formal jelas bukan suatu hal yang Axel Keanu Delmar sukai. Jika boleh memilih, Axel lebih memilih untuk berdiam diri di apartemen daripada harus menghadiri acara formal di mana dia harus bertindak sebagai Tuan Sempurna yang sebenarnya bukan dia sama sekali. Dengan tampang yang memang di atas rata-rata, Axel benci menjadi pusat perhatian. Axel benci berhadapan dengan para pria berdasi dan wanita berstiletto yang haus akan pujian.
"Pak Axel mau masuk lewat pintu depan atau belakang, Pak?"
Suara Rinto menyadarkan Axel pada lamunan sekilasnya. Axel menatap ke sisi kanan kaca mobilnya sebelum menjawab singkat, "Belakang aja."
"Siap, Pak."
Jalanan kota Depok terlihat ramai hari ini sampai mereka tiba di hotel baru yang memang menjadi sumber kemacetan. Katanya, untuk pembukaan mereka sampai mengundang beberapa penyanyi terkenal Indonesia, seperti: Raisa dan Afgan. Tapi sekali lagi ditekankan, Axel tak peduli dan mungkin akan peduli jika mereka mengundang Nicki Minaj. Damn that butts!
Mobil Camry Axel berhenti di halaman parkir belakang yang memang tak seramai halaman parkir depan yang kebetulan bersinggungan langsung dengan lobi—kebanyakan tamu menggunakan jasa vallet.
Axel menghela napas dan memperbaiki posisi duduk. Dia memperbaiki posisi dasi kupu-kupu hitam yang dia kenakan sebelum bertanya, "Masih kelihatan rapih, kan?"
Rinto mengangguk, menunjukkan ibu jari kepada Axel. "Masih ganteng, Pak."
Perhatian Axel kemudian teralihkan pada Mona yang sedari tadi tak bersuara. Kening Axel mengernyit. "Dia tidur, Pak?" Axel bertanya kepada Rinto yang nyengir.
"Kayaknya, sih, Pak. Nanti saya bangunkan. Bapak selamat menikmati pesta."
Axel menghela napas. "Kalau bangun, Bapak antar aja dia pulang dan kalau Bapak juga mau pulang, bawa aja mobil. Biar nanti saya bareng sama Melvin atau panggil taksi. Kayaknya acara bakal selesai malam."
Rinto mengibaskan tangan. "Si Pak Axel kayak baru aja sama saya. Mau acara Bapak selesai jam berapapun, akan saya tunggu, Pak. Masalah Mbak Mona, nanti biar saya antar kalau dia sudah bangun."
Senyuman Axel muncul di bibir merah mudanya. "Terima kasih, Pak. Saya masuk dulu, ya?"
"Siap Pak Axel ganteng."
Axel melangkah ke luar dari mobil dan memasuki area hotel yang sudah ramai. Untungnya, dia tidak melewati area depan yang nyatanya penuh dengan wartawan. Axel baru saja melangkah memasuki venue acara begitu bertemu dengan beberapa petinggi penting perusahaan-perusahaan properti yang mengenalinya dan mengajak Axel berbincang tentang perkembangan perusahaan masing-masing.
"Nak Axel ini udah seperti anak saya sendiri. Terkadang, saya senang melihat ada generasi muda yang bisa menyesuaikan pola pikir saya."
Axel hanya dapat tersenyum tipis menanggapi pujian dari petinggi perusahaan lain yang juga menjadi klien perusahaannya. Percakapan bersama para petinggi perusahaan setidaknya jauh lebih baik daripada Axel harus menghadapi para cewek-cewek sosialita yang terlalu kencang untuk mendekatinya.
"Kamu datang sendiri lagi, Xel? Kakak kamu datang sama pacarnya. Cantik. Masa adiknya kalah?"
Ini pertanyaan yang paling menyebalkan dan sering Axel dapat. Memangnya kenapa dengan status lajang yang dia miliki? Kenapa banyak orang menanyakan dan penasaran akan status Axel? Axel sendiri tidak mengambil pusing akan statusnya. Jangankan menikah, berpacaran saja belum ada dalam kamus hidup Axel saat ini.
"Kamu punya pacar belum, Xel? Kalau belum, biar nanti saya kenalkan ke putri saya. Dijamin cantik dan gak kalah cerdas sama kamu. Lulusan UGM."
Lagi, Axel hanya dapat tersenyum menyikapi obrolan seperti ini yang sangat menyebalkan. Jika boleh memilih, lebih baik Axel diajak mengobrol tentang rencana perusahaan lima tahun ke depan daripada harus berbicara tentang sesuatu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomansaKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.