42 | Sam

4.9K 774 61
                                    

Axel Keanu Delmar benar-benar menjauhi Tatiana Monalisa semenjak Mona mengakui perasaan kepadanya. Terhitung sudah tiga hari sang Direktur Pengembangan tidak masuk ke kantor, tampa memberi alasan sama sekali. Membiarkan semua pekerjaannya menumpuk dan Mona tak tahu harus bagaimana mengingat Axel tak memintanya membawa pekerjaan itu ke apartemen. Rasanya sangat tidak sopan jika tiba-tiba Mona datang dan menyodori cowok itu dengan setumpuk pekerjaan.

Hari Sabtu lalu, Mona kembali ke Jakarta dengan seorang supir yang tak Mona ketahui darimana. Bi Asih hanya menemui Mona yang sudah terbangun di sebuah kamar asing yang ternyata adalah kamar khusus milik Bunda para Direksi dan meminta Mona untuk bersiap mengingat supir sudah datang. Mona belum mandi, belum mengganti pakaian dan Bi Asih menyiapkan semua hingga Mona siap.

Saat itu, Mona tak mendapati kehadiran Axel bahkan hingga mobil yang dia tumpangi melaju menjauhi area rumah keluarga Delmar itu, Mona tak melihat batang hidung Axel. Bukan hanya hingga saat itu, bahkan hingga sekarang Mona tak melihat Axel. Cowok itu seakan menghilang, di telan bumi.

"Mon, Pak Axel belum ada kabar kapan ke kantor? Kita mau segera eksekusi proyek di Tangerang. Butuh saran dan keputusan dari dia."

Mona pening harus mendapat pertanyaan seperti ini tiap hari. Dari kemarin, anak buah Indra yang menghampiri Mona untuk menanyakan keberadaan Axel, sekarang Indra langsung yang menemui Mona sambil membawa berkas cukup tebal di tangannya.

"Maaf, Pak. Saya juga gak tahu harus gimana. Saya udah berusaha hubungi Pak Axel, tapi gak diangkat. Pesan saya satupun gak ada yang direspon. Saya juga bingung Pak Axel di mana, Pak." Mona menjelaskan sejujur mungkin. Memang itu apa adanya.

Indra menarik napas dan menghelanya. "Ya, udah. Kalau begitu, saya langsung ke Pak Eros aja, kali, ya, terkait keputusan proyek? Dia, kan, pelaksana tugas Direktur Utama."

Mona mengangguk kecil. "Iya, Pak. Biar cepat. Yang penting, Bapak infokan ke Pak Axel dulu via email atau pesan. Walau mungkin belum dia baca, yang penting Bapak udah beritahu."

"Oke, deh, Mon. Makasih banyak, ya. Saya permisi." Indra berpamitan dan melangkah menuju ke tempat di mana Janeta berada.

Mona menghela napas dan bertopang dagu menatap pintu ruangan Axel yang belum juga terbuka selama beberapa hari belakangan. Rasa sesak muncul lagi di dada Mona membayangkan Sabtu lalu.

🖤💗🖤

Hari ini akan menjadi hari keempat Mona tidak bertemu dengan Axel. Jam sudah melewati jam makan siang dan kecil kemungkinan Axel untuk datang ke kantor. Lagi-lagi, Mona tak akan melihat Axel dan bohong jika Mona tak merindukan Axel. Cowok itu...memang jarang bicara dan bersikap dingin kepada banyak orang. Tapi dia memiliki sisi lembut pada Mona yang Mona bahkan sadari itu dengan baik. Axel memperlakukannya tidak seperti dia memperlakukan cewek lain dan...bagaimana bisa Mona tidak memiliki perasaan berlebih pada cowok yang sebentar lagi berusia dua puluh lima tahun tersebut?

Selama bekerja sebagai Sekretaris Axel, pekerjaan Mona semata-mata adalah untuk melayani Axel dengan baik dan beberapa hari ini, Mona tak tahu apa yang harus dia lakukan selain menerima kunjungan atau panggilan beberapa karyawan yang menanyakan keberadaan Axel, mereka membutuhkan izin atau saran langsung dari Axel yang memang sangat sulit untuk dihubungi.

Telepon Mona berbunyi dan buru-buru Mona mengangkat panggilan. Baru saja berkata 'Halo', mata Mona sudah mendapati Aura yang duduk di mejanya yang kebetulan berada tak jauh dari meja Mona yang menatapnya tajam dengan telepon yang juga dia genggam dan dekatkan ke telinga. Mona memicingkan mata. Cewek menyebalkan itu yang menghubunginya.

"Dipanggil Pak Melvin di ruangannya. Sekarang."

Panggilan terhenti dan Mona menghela napas meletakkan lagi gagang teleponnya sebelum bangkit berdiri dan melangkah menuju ke ruangan Melvin Lionel Delmar. Mona terlebih dahulu meminta izin Aura, tapi Aura tak merespon sama sekali dan Mona menganggap itu sebagai kata 'iya'.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang