Saya udah di depan kostan kamu.
Tatiana Monalisa memejamkan mata membaca pesan masuk tersebut sebelum meraih tas selempang kecilnya yang berwarna hitam. Mona menyelempangkan tali tas tersebut di tubuhnya dan melangkah menuju ke cermin besar di belakang pintu kamar kostannya. Mona menarik napas dan menghelanya perlahan, berusaha memastikan jika kali ini dia sudah berpenampilan cukup pantas untuk dapat melangkah berdampingan dengan sang atasan yang benar-benar tampan dan ditakdirkan menjadi pusat perhatian.
Hari ini, Mona mengenakan jumpsuit berwarna hitam dengan dalaman berupa kaus lengan pendek berwarna putih. Mona juga mengenakan sneaker senada dengan kaus. Tak lupa, riasan natural juga yang selalu dia kenakan, tapi khusus hari ini Mona mengenakan lipstick berwarna merah yang memang sengaja dia beli untuk waktu-waktu tertentu Eros memintanya mengenakan lipstick berwarna merah lagi. Tapi warna merah lipstick yang Mona beli tidak semencolok warna merah lipstick milik Fanya.
Mona tahu penampilannya saat ini sangat tidak memiliki unsur Indonesia di dalamnya, padahal Mona akan menonton pertandingan Bulu Tangkis Asian Games. Mona cukup tahu tentang Bulu Tangkis, setidaknya itu adalah satu-satunya cabang olahraga yang sedikit dia ketahui atlet beserta istilah-istilahnya. Mulai dari Taufik Hidayat, Simon Santosa, Liliyana Natsir-Tantowi Ahmad, Minions alias Kevin-Gideon dan banyak lagi atlet yang tak asing di telinga Mona. Istilah-istilah seperti smash, headshot, serve juga masih bisa Mona mengerti.
Setelah memeriksa singkat penampilannya, Mona tersenyum lebar kepada pantulan wajahnya di cermin. Dia mengepalkan tangan seakan memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Hari ini jalan sama Axel, bukan Pak Axel!"
Kepercayaan Mona meningkat perlahan. Dia memutuskan untuk ke luar dan menemui Axel yang sudah mengirimkan pesan sejak lima menit lalu. Baru membuka pintu kamar dan hendak melangkah pergi, Mona dibuat terkejut dengan kehadiran Rosa yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.
"Mau ke mana?" Rosa bertanya dengan mata sinis.
Mona menahan napas. "Mau pergi."
"Gue libur, lo malah pergi. Gimana, sih? Katanya mau traktir gue makan?!" Bibir Rosa mengerucut dan Mona mendengus.
"Eh, itu, kan, penawaran minggu lalu! Sabtu ini lo aja gak kabar-kabaran sama gue kalau mau libur. Kan, gue pasti bakal prioritasin lo. Lagian Jenny mana? Tumben itu anak gak kelihatan dari kemaren-kemaren."
Rosa menghela napas. "Jenny, mah, balik ke Bangka Belitung. Bokapnya sakit. Masa lo gak tahu, sih? Kan, Jenny pamitan di grup anak kost!"
"Gue jarang buka WhatsApps sekarang. Lo tahu sendiri, bos gue mana demen kalau gue hubungin via WhatsApps. Dia demennya dihubungin langsung via panggilan." Mona menjelaskan.
Rosa mangut-mangut. "Terus sekarang lo mau ke mana?"
"Ya, jalan."
Mata sipit Rosa memicing. "Sama siapa? Kok tumben rapih banget. Dandan juga lagi plus wangi."
Pipi Mona merah seketika. Tidak, Mona tidak merasa berlebihan. Bagaimana bisa Rosa memberi komentar seperti itu? Apakah Mona terlihat seperti itu?
Buru-buru Mona menggeleng menghilangkan pikiran itu dari pikirannya. Mona berbalik dan melangkah pergi sambil berkata, "Rosa, gue pergi, ya! Gue kemarin beli sosis dan masih ada di kulkas kalau-kalau lo iseng mau makan!"
Mona meninggalkan Rosa yang tersenyum menggoda. "Semoga sukses kencannya, ya!"
"Gue gak kencan!"
Mona membalas cepat dan kesal sebelum akhirnya, dia benar-benar ke luar dari kostan. Mona baru saja membuka gerbang kecil sebelah kiri rumah saat napasnya tercekat melihat mobil yang terparkir tepat di depan pintu gerbang besar kostan Mona. Beberapa orang yang melewati jalan juga sangat kentara terkejut melihat mobil yang terparkir di depan kostan sederhana tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.