29 | Tipikal

4.5K 820 84
                                    

"Mon, boleh gue minta lo jaga jarak sama Axel walaupun, gue percaya sama semua ucapan lo. Lo gak suka sama Axel, kan?"

Perkataan Jenny semalam masih terngiang jelas dalam pikiran Mona, membuat cewek berambut lurus panjang dan berponi rata itu tak dapat tidur dengan nyenyak. Mona baru dapat tertidur pukul tiga dini hari dan harus terbangun pukul enam untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

Mona tiba di kantor lebih awal dengan pikiran yang benar-benar kacau. Tak banyak yang Mona kerjakan selain diam dan melamun sampai Axel tiba di kantor dan mau tak mau membuat Mona sebisa mungkin bermain peran jika semua baik-baik saja.

"Selamat pagi, Pak."

Mona menyapa dan Axel menghentikan langkah sekilas di depan pintu ruangannya. Mona menahan napas saat Axel memberikan senyuman terbaik yang dia miliki sebelum balas menyapa, "Selamat pagi."

Axel membuka pintu ruangan dan masuk ke dalam ruangan, di saat Mona masih terdiam karena senyuman manis itu. Sungguh, pikiran Mona masih tak tenang. Apa dia benar-benar jatuh cinta pada Axel karena Axel tak bisa membuatnya tenang?

Seperti biasa, Mona meminta OB menyiapkan kopi untuk Axel sebelum membawakan kopi itu kepada sang atasan. Mona memasuki ruangan Axel setelah mengetuk pintu, meletakkan kopi di atas meja dan baru ingin berbicara ketika Axel memulai percakapan terlebih dahulu.

"Saya udah bicara sama Cas dan kami baik, sekarang."

Mona mengernyitkan dahi dan tanpa sadar tersenyum melihat bibir Axel yang menyunggingkan senyuman juga. "Wah, selamat, Pak! Saya turut bahagia dengarnya."

Axel mengangguk kecil. "Melvin dan Cas kayaknya akan segera melangsungkan pernikahan. Target mereka, enam bulan dari sekarang."

Napas Mona tertahan mendengar kabar bahagia itu. "Semoga gak ada halangan sampai hari H, ya, Pak. Saya senang banget, dengarnya. Pantas Bapak hari ini lebih berseri-seri. Saya jadi gak sabaran lihat wajah bahagia Pak Melvin hari ini."

"Makasih atas saran kamu, ya?"

Mona mengangkat satu alis. "Hah? Saran saya?"

Axel terkekeh dan mengangguk. "Kamu yang minta saya selesaikan urusan dengan Cas, kan? Makasih banyak atas itu. Mungkin, sekarang saya masih gak saling sapa sama Cas jika bukan karena kamu."

Buru-buru Mona menggeleng. "Enggak, Pak. Bukan karena saya, kok. Itu karena...hubungan kalian memang ditakdirkan membaik. Saya senang dengarnya."

"Persiapan ke Singapura bagaimana? Kamu udah minta Pak Indra siapkan data-data, kan?" Axel mengalihkan pembicaraan, kembali ke pekerjaan inti mereka.

Mona mengangguk. "Sedang disiapkan, Pak. Mereka janji, hari ini akan diemail ke Bapak dan untuk surat tugas, nanti yang mendampingi Bapak selain saya, ada juga Pak Indra dan Pak Toni."

Axel diam sejenak dan mengangguk. "Tolong ingatkan lagi, ya, ke mereka?"

"Siap, Pak."

"Terima kasih banyak, Lisa."

"Sama-sama, Pak."

🖤💗🖤

Sebagian karyawan pasti akan senang mendapat penugasan ke luar negeri, tapi Mona tidak begitu. Dikarenakan pikirannya yang masih tak mau diajak berdamai dengan realita, Mona tersiksa membayangkan apa yang akan dia lakukan di Singapura dan semua percakapannya dengan Jenny perihal Axel.

Sejak percakapan serius Mona dan Jenny di KFC, termasuk permintaan Jenny agar Mona menjaga jarak dengan Axel, Mona malah merasa sebagai sahabat yang berkhianat sekarang. Pasalnya, Mona belum melakukan hal itu. Bagaimana bisa Mona melakukan hal itu jika dia adalah seseorang yang bekerja langsung melayani Axel?

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang