"Sumpah, Jen?! Lo dijodohin?!"
Jenny dengan santai mengangguk menjawab pertanyaan yang diajukan teman-teman satu kost dengannya tersebut. Sudah hampir seminggu Jenny pergi ke kediaman orangtuanya, tiba-tiba dia datang kembali membawa berita yang cukup membuat yang lain tercengang. Pasalnya, bukankah Jenny sudah memiliki pacar yang bahkan sudah sangat sering menginap di kostannya?
"Iya. Gue langsung setuju padahal, baru sekali ketemu. Habis ganteng banget. Gue jadi suka, hehe."
Rosa menggeleng-gelengkan kepala. "Sableng, ya, lo? Terus si Sam mau lo ke manain? Lo udah jalan tiga tahun sama dia, loh, Jen!"
Jenny menghela napas. "Ya, habis gimana, Ros? Nyokap-bokap gue juga gak suka sama Sam. Si Sam juga gak ngasih kejelasan kapan dia lamar gue. Lo tahu sendiri, gue ngebet pengen buru-buru nikah biar terbebas dari aturan orangtua gue."
Mona berdecak. "Lo sebegini frustasinya gara-gara uang jajan lo dipotong tujuh puluh lima persen per bulan karena IPK lo yang gak memenuhi target orangtua lo? Sumpah, Jen. Jajan lo yang sisa dua puluh lima persen aja masih lebih banyak dari uang sewa kostan per bulan."
Perhatian Jenny beralih pada Mona. "Beda, lah, Mon. Lo tahu gue shopaholic. Duit jajan gue dipotong, gue mati kutu. Gue udah coba kerja jadi, SPG dan sebagainya, tapi malah diomelin sama orangtua gue. Gue jadi serba salah, kan. Jadi, jalan satu-satunya adalah gue nikah dengan seseorang yang bisa jamin uang belanja gue tiap bulan, tanpa perlu dengar omelan orangtua." Jenny bertopang dagu dan tersenyum, "Eh, tapi kalau benar jadi perjodohannya, gue ikhlas, kok. Ikhlas banget. Habis ganteng gila anak teman bokap gue itu. Coba gue kenal dari dulu, sebelum gue ketemu Sam."
Sam adalah nama pacar Jenny yang sudah tiga tahun dia pacari. Sam dulu teman satu kampus Jenny dan cukup terkenal sebagai anak dance. Saat ini, Sam bekerja sebagai pelatih dance yang bekerja sesuai panggilan. Tentu saja uang yang dia hasilkan tidak menentu, itulah yang membuat kedua orangtua Jenny ragu untuk membiarkan anak tunggal mereka menjadi istri dari Sam. Lagipula, Sam juga belum memiliki keinginan untuk menikah. Dia masih senang bersenang-senang.
"Tapi cowok itu ngerespon lo dengan baik gak?"
Jenny diam sejenak sebelum menghela napas. "Waktu makan malam ketemu pertama kali, dia baik banget sama gue. Tapi akhir-akhir ini, waktu gue coba buat nindaklanjutin acara PDKT gue sama dia, dia kayak menghindar gitu. Entah menghindar, atau gue selalu hubungin dia di waktu yang gak tepat? Padahal gue nelepon dia pas jam makan siang gitu."
Mona dengan mulut penuh dengan French fries berkata cepat, "Itu artinya lo ditolak, Jen. Udah, mundur aja. Stay sama babang Sam."
Jenny mendengus. "Tapi dia kerjanya gak jelas, njir. Mana gak ada kepastian mau nikah sama gue atau enggak. Kan, kesel gue. Beda jauh dia sama cowok yang dijodohin sama gue itu!"
"Emang cowok yang dijodohin sama lo itu begimana?" tanya Rosa ikut memakan French fries yang dibuat oleh Jenny tersebut.
By the way, tiga sahabat itu akhirnya berkumpul kembali setelah sekian lama tidak berkumpul. Tentu saja di kamar Jenny, mengingat kamar Jenny lebih luas dari kamar yang lain dan memiliki AC ketika kamar yang lain hanya menggunakan kipas angin.
"Pokoknya cowok yang satu ini kelihatan jelas bibit-bebet-bobotnya. Gue suka!"
Mona dan Rosa penasaran, cowok mana yang dijodohkan dengan sahabat mereka yang sebenarnya tidak perlu menyewa kamar kost tersebut ketika orangtuanya sudah membelikan apartemen untuknya.
🖤💗🖤
Hari ini saya gak yakin bisa ke kantor. Kalau ada yang harus ditandatangani, kamu datang ke apartemen saya aja. Thanks.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomansaKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.