14 | Kesalahan

5.3K 844 11
                                    

Jam makan siang baru saja terlewatkan dan Mona masih berada di mejanya, menunggu sang atasan yang belum juga tiba. Jujur saja, Mona khawatir dengan keadaan Axel. Biar bagaimanapun, semalam Mona mengajak Axel yang tinggal di apartemen mewah dan biasa makan masakan mewah nan bersih, malah makan di pinggir jalan dengan kondisi warung yang memprihatinkan.

Mengingat kejadian semalam, Mona ingin tertawa. Axel berbicara menggunakan non-formal padanya, bahkan membiarkan Mona memanggil Axel tanpa embel-embel Pak yang memang terlalu formal dan membuat cowok tersebut tua. Usia Axel bahkan baru dua puluh empat tahun, berbeda satu tahun dari Mona dan jika Mona karyawan termuda di perusahaan, Axel juga termasuk salah satu yang termuda, kan? Tapi dengan jabatan dan tanggungjawab yang luar biasa.

Hidup Axel pasti berat. Memang tak banyak cerita yang Axel bagikan pada Mona semalam, kecuali fakta jika cowok itu terbiasa hidup dengan segala aturan yang ditetapkan sang ayah. Termasuk dengan cara berbicara yang menurut Mona sangat membosankan. Bayangkan jika sejak kecil berbicara formal dan kurang menguasai bahasa jaman now yang sangat beragam. Hidup Axel sangat membosankan.

"Mona kamu gak ke luar makan?"

Mona tersentak dari lamunan sesaatnya. Didapatinya Eros Bennedict Delmar yang Mona tak sadari sejak kapan berdiri di hadapannya, terlihat tampan dengan sweater abu-abu gombrongnya. Mona sedikit menundukkan kepala. "Siang, Pak Eros. Ini baru mau cari makan, Pak. Bapak udah makan?"

"Saya juga baru mau cari makan. Kamu mau ikut saya gak?"

Mona buru-buru menggeleng. "Eh, gak usah, Pak. Saya udah janji makan sama Mbak Fanya. Dari kemarin belum ketemu, soalnya." Mona menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Axel belum datang?"

Mona menggeleng. "Belum, Pak. Nanti setelah makan siang coba saya hubungi."

Eros mengangguk kecil. "Ya, udah. Kamu ikut saya aja makan siang. Ajak Fanya juga. Saya tunggu di parkiran, ya?" Cowok jangkung itu berbalik dan melangkah cepat menuju elevator ketika Mona masih tercengang atas perintah Direktur Operasional tersebut.

🖤💗🖤

Di sinilah Mona berada sekarang. Duduk di jok depan berdampingan dengan supir pribadi Eros yang entah mengendarai ke mana sementara, Eros asyik mengobrol dengan Fanya di jok penumpang belakang. Mona tak menyangka Eros dan Fanya sedekat itu sampai Eros bercerita panjang lebar tentang status hubungannya yang berujung kandas karena perselingkuhan.

"Iya. Harusnya dia selingkuh mikir-mikir, ya? Udah dapat yang sempurna kayak saya, malah disia-siain dan milih bule gak jelas yang bahkan disentil aja kicep."

Mona menggeleng-gelengkan kepala mendengar Eros berkata seperti itu. Tiba-tiba Mona teringat percakapannya dengan Axel kemarin, di mana Axel mengatakan jika bahasa gaul yang dia kuasai tidak sebanyak Eros atau Melvin. Mona tak yakin, Axel mengerti maksud yang Eros katakan kepada Fanya tadi. Kicep? Yang benar saja. Itu bahasa dari mana memangnya?

"Pasti nyesal, Pak. Nanti kalau dia ngajak balikan, jangan kasih kendor, Pak!"

Sungguh, percakapan Fanya dan Eros seperti teman dekat yang akhirnya, dipertemukan kembali dan Mona tak berani ikut campur ke dalam percakapan mereka sampai akhirnya, Eros menyebut nama Axel dan membuat perhatian Mona teralihkan kembali—meski diam-diam.

"Kita mampir ke apartemen Axel aja? Sekalian ajak makan siang. Dia kayaknya baru bangun. Ada tempat makan enak di dekat apartemen Axel."

"Boleh-boleh, Pak! Lihat Pak Axel bangun tidur...duh, boleh banget, lah."

"Tapi tetap cakepan saya daripada Axel kalau muka bangun tidurnya." Eros membanggakan diri dan Fanya hanya mangut-mangut, daripada harus bermasalah karena tidak menyetujui ucapan atasan yang paling tinggi di perusahaan.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang