40. Noah's

164 11 1
                                        

Cause im in love

With Noah Centineo.

His laugh is just so cute.

Bye.

▪▪▪▪▪

"MOM ! I DONT WANT TO ! I ALREADY HAVE Y/N WHY ARE YOU ASKING ME TO MARRY ANOTHER GIRL ?! Mom, i love her with all my heart. If you dont like her doesnt mean i need to leave her."

"I've talked to your new fiance, Lily. Her parents wants me to arrange you with her. She's prettier than that bitch. Why are you saying no ? She's a lot more than her. Kau pasti hidup tenang dengannya."

"Mom. I have a girlfriend that i love with my whole heart. I dont want anyone else. Stop begging me to say yes. Dont you dare calling her a bitch. Lily is a bitch."

"Jangan memanggil dia jalang ! Dia bukan seorang jalang ! Tidak kah kau lihat kebaikan tulus di mata nya ?! Apakah kau mulai di butakan oleh jalang itu ?! Aku menyuruhmu menikahi nya agar kau memiliki masa depan menjanjikan."

"Menjanjikan akan hancur maksudmu. Aku di butakan oleh cinta nya. Dan aku hanya melihat hal hal menjijikan di mata jalang ini, nyonya."

"Dan satu lagi, aku, tidak, akan, pernah, menikah, dengan, jalang. Cam kan itu."

"NOAH ! KAU MEMBUAT NYA MENANGIS ! HEI KEMBALI KAU KESINI-"

Brak.

Aku menatapnya sendu saat ia keluar dari pintu. Seperti malam malam sebelumnya, berdebat dengan ibu nya, bertengkar, berteriak, dan ayah nya hanya akan menatap anak ibu bertengkar. Keadaan nya sungguh kacau di saat saat seperti ini.

Aku tidak sedih saat mendengar nama ku terlontar dan ibunya memanggilku jalang. Pertamanya, susah. Tetapi aku sudah kebal sekarang.

Pada saat saat seperti ini, ia hanya akan terdiam, memasuki mobil, berkendara dengan waras hanya jika aku menggenggam sebelah tangannya, pulang ke apartemen kita, dan akan tidur hanya jika aku mengelus kepalanya.

Aku duduk terdiam di sebelahnya yang menyupir. Setiap malam, aku akan menggenggam tangannya di mobil. Seakan akan mengatakan semua akan baik baik saja.

Aku tidak berani bersuara karena ia sedang emosi. Dan aku tau, aku tidak akan berani melawannya.

Beberapa hari belakangan, atau bisa ku bilang satu bulan ini, ibunya selalu ingin menjodohkan Noah dengan gadis pilihannya. Dan Noah selalu menolak.

Noah akan pergi ke rumah orang tuanya setiap malam agar mereka tidak mengganggu apartemen kita ataupun aku. Dia lebih memilih berada di sana dari pada mengundang mereka ke tempat yang ia anggap rumah.

Aku mendengarkan nya setiap malam. Seperti lagu pengantar tidurku. Terkadang aku akan merenungkan caci maki menyakitkan ibunya tentang diri ku. Bisa saja aku masuk dan membuktikan aku jauh berbeda dari yang ia kira. Tetapi aku memilih diam. Ibu nya menolak untuk menemui ku. Dan aku masih belum mengerti kenapa.

Kami turun dari mobil dan bergandengan tangan menuju lift sampai pintu apartemen. Setiap aku masuk, lalu menatap sofa yang dulunya menjadi tempat favorit ku dan dirinya untuk menonton pada jam malam, perasaan rindu terselip di dalam.

Aku akan menghela napas lalu berjalan memasuki kamar, hendak bersiap tidur.

"Babe ? Are you done yet ?" Aku mendengar suara rendah nya. Sangat rendah hampir menjadi bisikan.

"Coming." Aku membalas pelan sambil berjalan keluar kamar mandi. Menemukan dirinya tengah menatap kosong langit langit kamar sambil berbaring, tidak memakai baju.

Aku ikut berbaring di sebelahnya, menatap ke arahnya. Dirinya seperti setengah hidup. Kehilangan arah. Dan aku hampir putus asa membantunya.

Aku mengelus elus kepalanya saat ia mendekatkan diri. Melingkarkan tangan di pinggangku dan menyentuhkan kepala ke pundakku.

"Dont leave me."

Dia akan terus bergumam sampai merasa setengah mengantuk. Aku akan terus memijat dan mengelus kepalanya sampai ia tertidur, walaupun aku sudah mengantuk. Biasanya seperti itu.

Tetapi malam ini, kantuk menyiksaku. Dan kantuk sama sekali belum mengambil alih kesadaran sosok di depan ku.

Dia menggeram pelan dan meremas pinggangku lebih dari kata keras. Aku tersadar dan kembali mengelus kepalanya. Berharap bayi besar ini segera tidur.

▪▪▪▪

Di sinilah aku, berdiri di depan jendela menunggu Noah bangun dari tidurnya. Biasanya ia akan bangun lebih pagi untuk yoga. Tetapi sepertinya tidak pada pagi ini.

"Good morning." Ucapnya serak membuatku berbalik badan dan bersender pada jendela. Dia mengusap mata lalu berdiri dari duduk nya berjalan mendekatiku.

"Oh, no no no no." Dia bergumam sambil menatap area pinggangku. Aku melirik ke bawah dan baru menyadari, remasannya berbekas ungu.

"Im sorry." Ucapnya masih menatap bekas remasannya sendu. Mengusapnya dan berlutut. Aku menaiki sebelah alis bertanya tanya.

Terselip perasaan hangat saat ia mencium bekas remasannya. Dia selalu berhasil membuatku jatuh hati padanya.

Thought it'll be short

But it's kinda long tho.

Im half dead when i wrote this so

Im sorry if

Receh

Or

Gaje.

Imma go to sleep.

Bubye !

Love,
Tep.

OneShot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang