59. Luke's : sick

210 15 17
                                    

Aku mengerang pelan, merasakan seluruh tubuhku nyeri. Demam tidak pernah terasa se berat dan se sulit ini. Aku menoleh pada jam dinding tepat di atas tv, seberang sofa yang aku tiduri entah berapa jam. Pukul 12 lewat sedikit, apakah Luke sudah pulang ?

"Babe ?"

Aku terlonjak mendengar panggilan Luke dari dapur. Yang benar saja ia lebih seperti berteriak.

"Luke, dont yell. It's midnight." Ucapku pelan, kehabisan suara. Aku mengerjap sambil mencoba untuk duduk walaupun punggungku juga nyeri, mungkin karena aku tertidur dari pukul 8.

"Why dont you tell me if you're sick, hm ?" Aku mengangkat sebelah alis, melihat ke arahnya yang baru memasuki ruang santai dengan semangkuk bubur dan segelas air. Dia sudah memakai celana pendek dan kaos tanpa lengannya yang nampak lusuh, sering ia pakai untuk tidur. Ia menaruh mangkuk dan gelas di meja lalu duduk di sebelahku, menatapku lekat lekat, menunggu jawaban.

"You might be busy at the studio, so i dont want to disturb you." Ucapku pelan, menunduk, memperhatikan jari jariku. Saat saat ia sudah menatap ku lekat lekat, aku takut salah bicara.

Aku mendengarnya menghela napas dan menarikku ke dekapannya. Nyaman, terlebih tangan besarnya menyisir pelan rambutku. Aroma nya tidak pernah berubah semenjak 2 tahun yang lalu.

"Love, you know you wont disturb me. I want to take care of you, like you took care of me when i was sick. Understood ?" Aku mengangguk pelan saat ia melepaskan dekapannya, menyender pada punggung sofa, memperhatikan gerak gerik nya yang mengambil mangkuk bubur.

"Open up, love." Ucapnya menyendoki bubur di hadapanku. Yang langsung ku terima, berdebat dengannya di tengah malam bukan pilihan yang baik.

"So tell me about your day." Ucap nya sambil mengikuti gestur membuka mulut sambil menyuapi ku. Ingin rasanya tertawa tapi kepala ku tidak berkompromi.

"I did nothing. Except feeling like shit and stayed in bed all day." Jawabku setelah menelan bubur tadi.

"Tell me about yours then," lanjutku saat ia menyendoki suapan kedua.

"Today's been okay. Im sorry i left pretty early and got home pretty late. There's some meetings and yeah we wrote a few songs." Jawabnya setelah menyuapiku. Terus begitu sampai mangkuk tadi kosong dan dia menyerahkan aku air.

"I'll get you some pills, hold on." Ucapnya beranjak dari duduknya mencari obat yang ia cari.

"Here," ucapnya memberikan beberapa pil yang berbeda yang dimana, langsung ku tenggak.

"Let's go to bed, love." Ucapnya menggendongku membuatku melingkarkan kaki di pinggangnya, memeluk erat lehernya.

"Luke, i still can walk by myself." Ucapku terkekeh saat ia menggendongku menaiki tangga.

"You're sick, babe. I want to take care of you." Ucapnya menurunkan ku di atas kasur yang sudah menjadi saksi bisu aku dan Luke menonton tv dan tidur selama beberapa bulan belakangan.

"But you just got back Luke, you should be very tired." Ucapku saat ia merangkak menaiki kasur.

"I am, love. But still, i want to take care of you, i wont sleep if you're still looking so pale and moving around in your sleep." Ucap nya menatapku lelah. Terlihat dari sorotnya, ia sudah menjalani hari yang panjang membuatku tak tega.

"Come cuddle," Ucapnya menyender pada tumpukan bantal menyuruhku bersender padanya yang ku turuti.

Rumah, saat aku menyender pada dadanya, mendengarkan lagu pengantar tidur favoritku, detak jantungnya dan dia menggumamkan lagu secara asal. Tangan besarnya akan mengusap usap entah punggungku atau rambutku, memastikan aku nyaman berada di sekitarnya.

"Lukey ?" Ia menunduk menanggapi panggilan ku. Aku balik menatapnya, ingin mengucapkan sesuatu.

"Say it, sweetcheeks. Why are you so afraid ?" Ucapnya terkekeh melihatku.

"Im so thankful to have you in my life." Bisikku pelan setelah menurunkan pandangan. Kembali berfokus mendengarkan detak jantungnya yang tiba tiba berdetak lebih cepat.

"Babe, im the one who should say that. What have i done that i could call a blessing like you, mine ?" Balasnya menciumi pelipisku. Dia memang tidak pernah berubah semenjak dua tahun lalu.

"Thank you, Lukey."

"For what, love ?"

"Everything. You made me happier, you made me the better person i am today, you've always been there on the darkest times. I cant thank you enough, Lukey." Ucapku pelan masih nyaman bersender padanya.

"Love, you wont know how much i love you. Even words and numbers cant describe my love for you." Aku tersenyum mendengarnya, kembali di hujani kecupan di pucuk kepala.

"Now, close your eyes, good night future mrs. Hemmings."

Haaaaaaaaai

Setelah sekian lama

Engga deng kemaren ap dua hri yg lalu bru up yg pny kalum

Ini pny luqman

Ngga2 tep ga baper nulisnya

Ngga kok ngga

Klo ancur ato ada typo mon maap.

Saia lagi sakit :"

Ehe :v

Masi melek tapi jam segini

Yaudah deh itu aja

Love,
Tep.

OneShot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang