Aku memasuki apartemen ku dan Daniel lalu menaruh barang bawaan tadi. Hari ini terasa panjang, dan ya, Daniel juga belum pulang. Mungkin sibuk di studio, pikirku.
Dia belakangan ini sedang sibuk, biasanya yang pulang pukul 8 paling lambat, sekarang bisa pukul 11 malam. Entah dari mana, ijinnya sih di rumah Jonah, entahlah, hanya Daniel dan Tuhan yang tau pikirku.
Setelah mandi, aku pun menguncir rambut sambil melangkah ke dapur. Hendak membuat makan malam. Menemukan secarik surat terlipat rapi di meja dan terdapat namaku, tulisan khas Daniel.
Hi bub,
I got home earlier today to get my notebook and i might be coming home pretty late since we're working on something new. I hope u dont get bored watching netflix on your own, i promise i'll come home as fast as i could.
I love you bub
Truly yours,
Daniel.
Aku tersenyum kecil ya walau isinya mengecewakan, dia akan pulang telat lagi. Artinya aku akan menghabiskan malam ini sendirian, mungkin menonton film atau mengerjakan tugas.
Tidak jadi membuat makan malam, aku hanya membuat pasta instan dari seven eleven yang memang tengah banyak stoknya di lemari. Lalu terduduk di sofa, menonton apa saja yang tayang di tv sambil memakan pasta instan.
Aku melirik jam di meja, pukul setengah sebelas malam dan tidak ada pesan yang masuk dari Daniel. Aku pun berdiri, hendak membereskan ruang tamu.
Cklek..
"Bub ?"
Aku menoleh ke arah Daniel yang baru pulang membawa tas gitarnya, dari segi wajah saja sudah terlihat dia ingin tidur.
"Hey, how are you ?" Aku memeluknya singkat sebelum mengambil alih tas gitarnya untuk ku letakkan di kamar.
"Im okay, can you please make me some tea ?" Aku mengangguk pelan sambil menyenderkan gitarnya di dinding sebelah tangga, membiarkannya duduk di sofa sambil menunggu permintaan tehnya.
Aku kembali dengan dua cangkir teh lalu memberikannya ke Daniel. Menaruh yang satu lagi di meja lalu menduduki tempat kosong di sebelahnya.
"How's today, bub ?" Tanyaku pelan setelah ia memutuskan untuk mengistirahatkan kepalanya di pangkuanku.
"Today's been busy. Head scratches please," ucapnya membuatku mengusap kepalanya sedikit kasar, hampir setiap malam permintaannya seperti ini.
"Dani, go take a shower, we can cuddle after." Suruhku pelan, jika aku tidak berhenti mengusap kepalanya, bisa di pastikan ia tidur duluan.
Dia pun menggeram pelan lalu melangkah naik ke atas untuk mandi. Yang ku ikuti sambil membawa gitar kesayangannya yang selalu berada di kamar.
Aku menoleh ke pintu kamar mandi yang baru terbuka, dari arah kasur. Menemukan Daniel sudah siap untuk tidur, ku perjelas, shirtless. Dia tidur tanpa kaos.
Belum juga dia mematikan lampu kamar mandi, tubuhnya sudah melayang ke kasur.
"Bub you havent turn off the light yet," ucap ku ter kekeh lalu berdiri untuk mematikan lampu, kembali berbaring di sebelahnya. Kali ini, ia langsung berguling lalu meletakkan kepalanya di perutku.
"Thank you, what would i do without you, actually." Gumamnya pelan sambil memejamkan mata.
"You go on tours without me, dani, you'll be fine." Kekehku pelan mengingat saat tour, dia pasti melakukan segalanya sendiri.
"It's different, babe. You bring something into my life that no one else could." Balasnya sambil menggambar hal hal tidak jelas di bagian samping pinggangku. Lalu menggesek gesekkan hidungnya di perutku, manja.
"Thank you for being you. You'll never know how much you really mean to me." Ucap nya berpindah untuk berbaring di sebelahku, lalu menarikku mendekat.
"I love you, Dani bear."
"I love you more, queen."
Maafkan tep
Ini pendek
Ini jam setengah dua pagi
Tep bru abis ngedit poto
Stressfull bgt g boong
Nulis jga makin stressfull
1975 udh di puter, 5sos udh, atl, 1d, billie
Wdw jga ujung2nya :"
Ywdly ak mo bobo
Gud nait pipel
Love,
Tep.
