67. 1D's : Quarentine 2/?

129 16 10
                                    

tep disini ingin menepati janji, also im getting older. Pretty sad, but it is what it is.

Sit back, relax, enjoy.

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Harry, langsung ke bandara saja, supermarketnya sudah hampir tutup kata temanku." Ucapku sembari menempati kursi penumpang di sebelah kemudi, Harry menoleh dengan melongo.

Bahkan Liam dan Zayn pun memajukan kepala mereka dari kursi belakang.

"A-apa ?" Tanyaku menatap balik ketiga manusia di depanku yang seolah olah memojokkan aku pada mobilku sendiri.

"What did you just call me ?" Tanya Harry, membuat ku terdiam.

"Harry ?" Jawabku lebih seperti pertanyaan.

"Oh my god, tidak ! Aku single !" Ucapku setelah menjeda sebentar. Waktu itu, aku pernah berada dalam hubungan dengan lelaki lain, dan aku mulai memanggil Harry dengan 'Harry' bukan 'Haz', panggilan sayangku untuknya.

Mereka mengetahuiku terlalu baik.

"Aku sungguh sakit melihat kisah cinta Harry dan y/n yang bahkan belum di mulai. Bagaimana tanggapan mu, Liam ?" Ucap Zayn setelah kembali menyender di punggung kursi, seolah olah menginterview Liam di belakang. Harry pun mendengus dan menjalankan mobil, membelah kota London yang sedikit banyak ia hafal.

"Aku juga sama sakitnya seperti mu Zayn, kau tau ? Aku masih menyimpan foto foto mereka berdua sejak beberapa tahun lalu. Aku shipper mereka garis keras. Tetapi kita hanya bisa mendoakan yang terbaik kan ?" Jawab Liam membuat Zayn bertepuk tangan heboh, membuatku terkekeh.

Aku dan Harry memang dekat, tapi ya begitu begitu saja, tak lebih dari teman. Walaupun aku memang menyayanginya.

"Y/n stock snack mu sudah aman ?" Tanya Liam membuatku terkekeh lagi, ia masih mengingat kebiasaan Niall sejak dulu.

"Tak apa, dad. Besok akan re-stock." Ucapku membuat Liam pun kembali melihat ke jendela, dapat ku lihat dari mirror view.

"London sekarang tak pernah tidur ya ?" Celetuk Zayn membuatku tersenyum.

"Ya begitu lah,"

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Nee !"

"Hey, princess !" Aku tersenyum merasakan lengan Niall membungkus tubuhku sesaat setelah aku mendekap dirinya.

"Yeah, i miss you too," ucapnya terkekeh merasakan pelukanku mengerat, mencium pucuk kepalaku. Aku pun terkekeh dan melepaskan dirinya, membiarkan ia melepas rindu dengan band mate lamanya.

Mereka semua memakai hoddie, lagi pula airport sepi, tak banyak orang yang keluar semenjak himbauan untuk tidak keluar rumah. Jadi mereka aman.

Aku tersenyum melihat Harry memeluk Niall erat, mereka selalu terlihat cocok. Ya walaupun mereka pun dekat dengan satu sama lain di dalam band.

Setelah sesi melepas rindu, Niall pun menyeletuk.

"Can we go to mcds ?"

Aku terkekeh dan mengangguk.

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Hello guys ! Y/n here and surprisingly i'm not alone in this big house. Look who's here !" Ucapku mengarahkan kamera ke Harry, Liam, Zayn, dan Niall yang tengah menikmati burger mereka di sofa ruang santai.

"Oh ! Hello !" Ucap Zayn melengking membuat Liam tersedak, aku pun hanya bisa terkekeh.

"So, Harry came up to my door step earlier today, i also do not know what was he doing here in London,-" Aku menduduki tempat kosong di tengah Liam dan Harry dan menempatkan kamera di meja sehingga kami bertiga masuk ke frame.

"So, who planned this ?" Tanya ku menoleh pada Liam dan Harry.

"So, maybe like a week ago, Harry texted me, saying that he misses y/n and the good old days. At that time, berita lockdown pun sudah mulai di umumkan jadi dia mengajak aku, Zayn, Niall, dan Louih untuk terbang ke London dan menghabiskan sisa masa karantina di London, since all 5 of us does not have any job during quarentine, so we flew here." Jelas Liam setelah menelan cheese burger nya, aku pun hanya menyesap lemon tea milik Harry, mendengarkan cerita Liam, juga memperhatikan Harry yang senyum senyum malu.

"Y/n said she will be spending quarentine by herself here in London, but of course Harry won't let her die in boredom by herself." Celetuk Niall di belakang kamera membuatku tertawa.

"Yeah, i won't"

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Y/n ?"

Aku mengalihkan pandangan ke arah tangga, mendengar suara serak Harry. Ia tengah berdiri di anak tangga terakhir, tubuhnya terlilit selimut dan tak memakai kaos. Aku menutup buku yang tadi aku baca dan menegakkan duduk di sofa melihat Harry melangkah mendekat.

The boys sudah masuk ke kamar masing masing. Niall tidur sendiri, Liam dan Zayn sekamar, entah ada apa dengan Zayn sehingga ia menumpang di kamar Liam yang kasurnya twin itu.

"What's up, Haz ?" Ucapku melihatnya mengisi tempat kosong di sebelahku. Ia hanya menguap, masih menggenggam selimutnya. Lalu menjatuhkan kepala ke pangkuanku.

"Head scratches, please ?"

Harry belum berubah, aku hanya bisa terkekeh lalu mengelus kepalanya, sesekali menggaruk kulit kepalanya.

"I miss you,"

Miss you too heri 🖤

this is the lanjutan dari yang kemarin, tep menepati janji kali ini.

Comment down below kalo tep perlu sering sering publish through quarentine.

also happy birthday tep, semoga makin rajin nulis ya 😭

i hope you guys are doing okay,

I love you,
Tep.

OneShot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang