29 - Daniel's

359 23 2
                                    

"I heard his girlfriend is that bitch."

"That girl you told yesterday ? She's the queen of drama."

"Yes."

Aku berjalan melewati lorong sekolah dengan wajah tertunduk heran. Callie, the school's drama queen jadian dengan Daniel, the popular guy. Dan tentu satu sekolah tidak menyetujui.

Aku juga tidak setuju. I mean mungkin jalan pikiran Daniel sudah melenceng dari jalan seharusnya. Bahkan beberapa hari yang lalu ia bercerita tentang betapa menjijikan nya Callie pada ku.

Daniel bisa di bilang teman dekatku semenjak di rahim ibu. Ibuku dan ibunya bersahabat dekat. Terlalu dekat bahkan Daniel bisa memasuki rumahku tanpa permisi begitupun juga sebaliknya.

Daniel bukan lelaki baik baik. Aku mengetahui itu. Hanya saja, ia memasuki sekolah ini tahun lalu dengan nama yang bersih. Sekitar 2 tahun lalu, tepat setelah aku berpindah ke LA, aku mendapat kabar bahwa Daniel jarang pulang. Sekali pun pulang, ia akan pergi sebelum matahari menggantikan malam. Dan jika ia pulang, pasti setelah senja berpulang, mengantar malam.

Dua minggu setelah kabar itu, ibunya bercerita pada ibuku, Daniel di keluarkan dari sekolahnya. Pihak sekolah tidak pernah melihat Daniel selama satu bulan terakhir, katanya. Sekitar 3 minggu setelah kejadian itu, aku mendengar lagi dari ibunya jika Daniel ketahuan ikut balapan liar.

Aku memutuskan untuk mengunjungi nya. Aku juga merindukan tanah kelahiran ku tentu saja. Hanya aku yang pergi karena aku tidak memiliki kakak atau adik yang bisa ku ajak. Orang tua ku terlalu sibuk. Aku hanya tinggal di sana selama beberapa hari. Menumpang di rumah Daniel karena ibu nya menyuruhku untuk menginap disana. Anehnya, Daniel mau pulang. Berdiam di rumah atau mengantarku kemana saja.

Setelah aku kembali ke LA, aku kembali mendengar kabar buruk dari nya. Dan sekarang, ia sudah tinggal di LA.

And i bet Callie doesnt know who's her boyfriend. The real boyfriend.

Mataku terus menjelajahi setiap lorong yang ku lewati. Mencari keberadaan manusia bodoh walaupun ia teman dekat ku. Hari ini free class artinya tidak ada jam pelajaran hanya para siswa di suruh masuk untuk absen. Kebanyakan mereka akan tidur di kelas, dan selebih nya akan ke kantin atau hanya mengobrol di lorong.

"Uhm... Taylor !"

Sosok lelaki menenteng skate board menoleh padaku.

"Where's Daniel ?"

Dia menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Aku pun menyuruh nya ikut dengan ku mencari Daniel. Mengeluarkan skate board dari loker yang kebetulan berada di lorong yang ku lewati.

"I heard he's official with Callie. So ?" Dia bertanya sambil terus menambah laju kecepatan skateboard nya.

"Uh.. i dont know. I haven't met him since yesterday." Ucapku melewati gerombolan murid di taman sekolah. Tanganku menahan dada Taylor agar dia berhenti. Alhasil, ia terjatuh.

"The fuck ?"

Dia berdiri dan mengambil skateboardnya. Ku rasakan dia mencoba melihat seseorang di tengah gerombolan itu.

"Who's that blondie chick right there ?"

Tanya ku menoleh padanya. Taylor menggedikkan bahu tidak tahu. Tiba tiba seseorang berdiri di sebelahku.

"Callie caught up kissing with Alex. We hope Daniel knows and broke up with her. He's way better with you."

Aku tidak menengok. Tetapi orang itu sudah pergi. Aneh.

"Have you called him ?"

Taylor tiba tiba bertanya sambil menarik lenganku menyuruhku segera pergi dan kembali mencari Daniel. Aku pun berusaha menyamakan langkah dengan nya.

"He didn't call me last night. Usually he always called me at midnight and his location is at the club near our basecamp."
Ucapku menaiki tangga.

"Hey i had to go im sorry. Mrs. Jollie told me that she needed my score." Ucap Taylor sambil berlari menuruni tangga lagi. Aku hanya mengangguk ringan dan mulai melangkah di lorong lantai satu.

Sepi. Tidak ada banyak orang. Aku memutuskan untuk mendengarkan musik untuk mengurangi rasa sepi. Menoleh ke kanan dan ke kiri sambil sesekali menggerakkan kepala sesuai irama lagu.

Aku merogoh kantung celanaku mencari handphone yang baru saja ku rasakan bergetar.

'Meet me at the end of this hall.'
-daniel.

Keningku berkerut tidak mengerti. Ia berada di satu lorong yang sama dengan ku ? Lorong ini memiliki dua ujung.

Aku pun berlari ke ujung yang satunya. Walaupun tidak lebih panjang dari lorong di bawah tetapi tidak cukup 5 menit untuk melewatinya.

Tidak melihat siapa pun, aku mengabari Daniel.

Where the fuck r u ? Theres no one in here.

Tidak perlu waktu lama, ia membalas pesan ku.

Look down then turn around.
-daniel.

Aku menoleh ke bawah. Tepatnya ke arah lantai bawah.

O shit.

Siapa pun yang membuat ini ingin ku tampar. How sweet.

Will you be mine ?
-D.J.S

Terdapat kertas kertas besar yang terlihat bertuliskan seperti itu jika di lihat dari atas. Aku perlahan memutar badan melihat manusia bodoh yang ku cari sejak pagi tadi dengan senyum gugup nya.

"But... you're with Callie right ?"

Tanya ku sedikit ragu.

"That's just a rumor. I will still be single if you havent got a boyfriend. But today, Me, Daniel James Seavey asked you to be a big part of my life. Would you be ny girlfriend ?"

Aku mengangguk. Berusaha untuk tidak menjatuhkan air mata. Ia memelukku dan aku tidak bisa membendung air mataku lagi.

"Shush. Dont cry."

Ucapnya menghapus air mataku sambil tersenyum hangat.

TecaJourney
TecaJourney
TecaJourney
TecaJourney
TecaJourney

3.06 a.m

Tep tidur tadi jam 7 and hoping to wake up at 8 or 9 to write more stories. But i end up woke up at 2 a.m

So this is the only story that i could write rn. Im so so so freakin sorry terutama buat teca. Retjeh iya koqs aing tahu. Saia mengantuk gais.

Have a good day.

Hope y'all like this one

Love,
Tep.

OneShot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang