60. Corbyn's : stargazing

154 18 15
                                    

tok tok

Aku melebarkan mata, kaget. Ini tengah malam, aku sedang mengecek handphone, maksudnya membaca wattpad, dengan lampu yang sudah di matikan dan baru ada yang mengetuk jendela.

Goib sih.

Tung!

korbintot : gue di bawah nih
korbintot : ayo ritual

Senyumku mengembang mendapat pesan dari Corbyn, untuk melakukan ritual malam kami, ya walaupun tidak setiap malam, biasanya malam minggu atau yang besok nya lenggang.

Ritual ini bukan ritual yang pake lilin atau bunga bunga apalah itu, goib kan jadi nya. Ini ritual kami, bersantai entah di genteng rumah kosong terawat milik si ibu komplek, atau berjalan menanjak sedikit sampai bukit kecil di ujung komplek. Iya komplek nya aneh. Kesukaan Corbyn itu saat saat ini, dia akan merengek kalau saat malam minggu aku tengah berhalangan, katanya 'mau mandangin langit sama lo'.

Corbyn, si tetangga sebelah rumah, sohib seumur idup yang mau ngejemput kalo pun di luar hujan petir, yang mau nemenin nonton death cure di ulang ulang sampe nangis se tangki air, yang mau di ajak ngalor ngidul gajelas, yang mau di ajak ngebahas hal ga penting, korbin itu sahabat satu paket lengkap.

Buru buru, aku melangkah ke balkon setelah mengenakan hoodie milik Corbyn yang memang menumpuk di kamar. Turun dari balkon pun di bantu oleh Corbyn. Dan juga saat berjalan ke tempat tujuan, di gandeng.

Baper sih, tapi kan cuma temen.

Iya temen, hehe.

"Rumah ibu komplek aja ya ? Bukit jauh banget rasanya."

Aku mengangguk pelan sambil berjalan di sebelah Corbyn, dengan tangan masih di genggam tangannya.

"Bawa earphone kan ?" Tanya Corbyn membuatku mengangguk cepat. Earphone kusut warna putih itu tak pernah absen menjadi anggota tetap kantong hoodie Corbyn ini.

"Earphone legend itu gak pernah ninggalin kantong hoodie lu, bin." Aku terkekeh pelan mengucapkannya.

"Iya lah, lu pake terus kan hoodie gue ?" Ucap Corbyn ikut terkekeh geli sambil memasukkan tangan kami yang bergandengan ke kantong hoodie nya.

Ku ulang,

Tangan kami.

Tangan

Kami.

"Iya baunya enak." Bisikku pelan yang tidak terdengar oleh Corbyn, syukurlah, dia masih terkekeh ria melihat senyum polos yang ku pasang, membenarkan ucapannya tadi.

Jalan yang hanya di terangi lampu jalan setiap 4 meter ini sudah menjadi saksi bisu kisah ritual malam ku dan Corbyn. Saksi bisu obrolan kami berdua, dari yang penting sampai tidak penting. Dari yang masuk akal, sampai harus berdebat.

"Nah, naik duluan ke balkon. Tunggu gu--"

"Iya korbin, tunggu lu dulu baru gue naik ke genteng." Aku memotong cepat ucapan nya. Kalimat yang tak pernah absen mengisi sunyinya malam setiap kami ke rumah kosong ini.

"Nah, pinter." Corbyn terkekeh sambil mengacak rambutku, lalu menyuruhku naik ke balkon rumah kosong ini.

Ia memang selalu menyuruhku naik duluan, katanya biar ngejagain alih alih aku salah menapak saat memanjat naik.

Gimana ga bikin sayang ?

"Udah lama gak gini ya." Aku menoleh ke arah Corbyn yang duduk di sebelahku, menatap hamparan langit yang luas juga lampu kota yang ramai.

"Iya." Aku meng iya kan pernyataan Corbyn tadi. Memang benar, sudah lama tidak melakukan ritual seperti ini.

Aku mencolek bahunya membuat Corbyn menoleh dengan pandangan penuh tanya. Aku hanya memberikan sebelah earphone yang sebelahnya sudah ku pakai. Ia pun menggeser duduk agar lebih dekat, lalu menerima dengan senang hati earphone tadi.

Yah yang keputer kok lost stars

"Please don't see
just a boy caught up in dreams and fantasies
Please see me
reaching out for someone I can't see"

Memang, Corbyn senang ikut bernyanyi pada lagu lagu yang terputar asal di handphoneku. Kami memang berbagi playlist. Isi nya lagu lagu favoritku dan favoritnya.

Ingin rasanya melepas earphone dan hanya mendengar suaranya. Tetapi aku pasti tidak akan bisa menjawab saat ia bertanya mengapa.

"Take my hand let's see where we wake up tomorrow
Best laid plans sometimes are just a one night stand
I'd be damned Cupid's demanding back his arrow
So let's get drunk on our tears and"

Aku menoleh ke arah Corbyn yang masih setia mendongak menatapi langit luas dengan bintang bertaburan bebas. Matanya yang selalu berkilau saat menatap hamparan langit malam.

"God, tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars, trying to light up the dark?"

Aku masih sibuk memandangi langit juga Corbyn yang nampak sempurna bagai lukisan, sampai sampai dia juga ikut menoleh ke arahku.

"Sinian deh," aku bergeser sedikit ke arahnya, menipiskan jarak. Dan tanpa ba bi bu, lengannya sudah di pundakku, menarikku mendekat. Kepalanya ikut bersender pada sisi pelipisku, karena ia lebih tinggi, dia bisa dengan enaknya mendusel pada rambutku.

"Enak, Vanilla." Gumamnya pelan menyebutkan wangi sampo yang ku gunakan, masih sibuk bersender di kepalaku. Dan jangan tanya, jantungku sedang maraton di dalam.

Who are we?
Just a speck of dust within the galaxy?
Woe is me,
if we're not careful turns into reality

Suara Adam Levine masih mengisi sunyinya malam, juga mengisi sunyi nya posisi ini. Entah aku bisa menyebutnya awkward atau nyaman.

Karena dua duanya min plus.

Aku juga masih bisa mendengar Corbyn yang sayup sayup menggumamkan lagu yang di putar, dan aku yakin, dia sudah memejamkan mata.

Don't you dare let our best memories bring you sorrow
Yesterday I saw a lion kiss a deer
Turn the page maybe we'll find a brand new ending
Where we're dancing in our tears and

Aku terkekeh pelan merasakan hidung Corbyn yang bergerak menggesek sisi rambutku yang tergerai, geli. Aku juga bisa merasakan senyumnya mengembang, dan mendengar nyanyian kecilnya.

God, tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars, trying to light up the dark?

"You know what ? You were my lost star, you were. Cause you have lit my dark sky, vanilla bean."

Halo hai

Iya maapkeun kalo agak gmn gtu yg ini

Ehe

Ini jam 10

Tp saia ngantuk

Jadi ngebut nulisnya

Lg ngusahain balik sering update eheh

Kmrn jga melek sampe jam stgh 4 mikirin lanjutan imperfect

Iya suka ngalong emg

Btw di polo di igeh @latenearlythoughts

Disitu lg gatau mau post apa

Bingung jga

Klo blurb, bingung ngeditnya.

Suka abis ide jga.

Gitu deh ya

Met malam

Love,
Tep.



OneShot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang