Inget, ini dibuat tanpa rencana. Semua akibat si Halfen yang maksa nulis :(
So pasti bakal aneh banget. Dahlah, aku juga nggak terlalu banyak berharap.
Selamat membaca!
***
"Apa?!"
Teriakan seorang lelaki muda itu menggema di aula istana. Berdiri dari singgasananya sebagai pangeran mahkota dan menatap tak percaya pada ayah bundanya. Yang notabenenya raja dan ratu di negeri itu.
Pakaian ala kerajaan melekat pada diri mereka. Sang raja dengan gemerlap cahaya emas yang bertebaran di baju merah dan mahkota megah bertengger sempurna yang nyaris menutupi seluruh rambut pirangnya. Sedangkan sang ratu tampak anggun dengan gaun ungu muda dengan tiara yang tak kalah megahnya dengan milik sang raja.
"Apa maksud Ayahanda tadi? Ayahanda tidak sedang berbohong, bukan?" tanya sang pangeran sekali lagi memastikan apa yang dia dengar tak salah. Meski sama-sama memakai pakaian formal, sang pangeran belum menggunakan mahkota. Rambut hitam senada dengan sang ibu suri itu masih tergerak bebas mengikuti arah gerak tubuhnya.
Sang raja melirik ke arah putra yang memiliki mata biru sama sepertinya itu. "Tentu saja tidak. Segera atur dudukmu, dia akan segera datang."
"Hah?" kaget sang pangeran lagi, "Dia akan datang hari ini?! Sekarang juga?!"
"Zay, pelankan suaramu." Sang ibu suri mulai memintanya untuk tenang dan kembali duduk di singgasananya yang berada di samping kanan ayahnya. Sedangkan sang ibu berada di samping kiri.
"Tapi, Ibunda! Aku bahkan belum setuju. Kenapa kalian seenaknya, sih?" protes Zay.
"Ini bukan hal yang diputuskan secara tiba-tiba, Zay. Sudah diam dulu dan duduklah!"
Sang raja kembali menatap ke arah depan saat penjaga pintu henda membuka pintu aula. Sedangkan seseorang prajurit pembawa pesan mulai melantangkan suara.
"Tamu istimewa dari negeri selatan, Duchess Antonia Nafa sudah hadir!"
Pintu aula bergetar. Pintu besar yang menjulang tinggi itu begitu kokoh hingga harus dibuka oleh dua pria. Di balik pintu itu, terdapat seorang putri yang tersenyum percaya diri dengan penampilan terbaiknya. Dia sungguh tidak boleh terlihat menyedihkan di depan sang raja.
Namun, mendengar hal itu, bukannya sadar diri untuk segera duduk, Zay masih berdecak kesal. "Pokoknya aku nggak mau dijodohkan! Aku harap Lady itu berubah menjadi bayi saja!" teriaknya yang tentu saja membuat kedua orang tuanya melotot tajam.
"Tarik omonganmu tadi, Zayden!" teriak ayahnya memperingati. Namun, Zay menggeleng keras.
Boom!
Semua mata terkejut dengan suara dan cahaya yang tiba-tiba muncul. Sang raja dan ratu juga refleks berdiri dengan posisi tangan melindungi diri. Para pengawal juga mulai mendekat dengan senjata di tangan. Lingkaran sihir itu masih muncul di ujung lorong aula. Tempat seharusnya sang lady berada.
"Saya, Duchess Antonia Nafa, menghadap pada baginda Yang Mulia. Semoga kehangatan sang surya menyinari kerajaan."
Di saat semua masih tenggelam dengan keterkejutannya, Nafa justru memposisikan dirinya memberi salam. Gadis muda itu mengernyitkan dahi saat tidak ada respon dari sang raja. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatapnya langsung.
Dahinya semakin tertekuk saat melihat sang raja yang begitu jauh dari tempatnya berdiri. Padahal dia tahu betul jarak di antara mereka tidak begitu jauh. Nafa akhirnya menoleh pada pelayan pribadinya dan dia pun kembali terkejut.
"Lily?! Kenapa kau tinggi sekali?"
"Astaga, tuan putri!"
Nafa semakin mulai kebingungan. Kenapa pelayannya justru terduduk sambil menahan tangis? Para pengawal pun menatapnya dengan tatapan aneh.
"Tu-tuan putri. Tu-tubuh anda!" pekik Lily seolah tak mampu melanjutkan apa yang ingin dia katakan. Sang pelayan pun langsung memeluk tubuhnya begitu erat.
Mata Nafa jatuh ke arah tubuhnya. Mata merahnya melotot keluar."Kenapa aku jadi bayi?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...