"Bagaimana bisa seseorang bisa tertawa lepas karenanya?"
*****
"Sya, gue balik duluann ya? Nyokap udah jemput, lo gak apa-apa kan gue tinggal duluan?" Tanya Maura.
Nasya terkekeh kecil. Sahabatnya yang satu ini sudah mulai kumat bawelnya. Macam, ibu kost saja.
"Tenang aja kali Ra, lo kayak gak kenal gua aja, haha. Lo duluan aja kasian ibu lo udah nungguin, gue bisa balik naik angkot ko say—"
"Ton hehehe."Lanjut Nasya dengan cengiran khasnyaa.
Maura mendengus kesal,
"Yaudah gua balik duluan ya, awas lo di culik baliknya. Bye!" Ucap Maura lalu ngacir meninggalkan Nasya.Nasya menggelengkan kepalanya bingung.
"Gak ngerti lagi gue," Ucapnya lalu berjalan menuju lapangan basket.Mata Nasya menyipit ketika tanpa sengaja ia melihat seorang wanita yang ia duga seangkatannya, sedang berdiri didepan seorang lelaki sembari memegang sekuntung mawar merah dan sebatang coklat.
Lelaki itu tak lain adalah lelaki yang sama. Ya, dia adalah Nathan Alvaro Melvin.
"Lagi ngapain tuh bocah berdiri depan crush gue?"
Nasya terus saja memperhatikan mereka. Memantau dengan posisi yang tak jauh dari posisi Nathan dan gadis itu. Namun, samar-samar ia mendengar perbincangan di antara keduanya.
"Kak Nathan, aku suka sama kamu."
Jleb!
"Kak Nathan mau kan nerima ini? ini dari aku untuk kamu, Kak." Ucap si gadis, sembari menyodorkan bunga dan coklat yang ia pegang tadi.
"Kenapa gak bunga bangkai aja sekalian?" Gumamnya.
"Gak!" Sentaknya dingin dengan tatapan khasnya, datar.
"Tapi Kak,"
"Minggir." Potong Nathan dengan mendorong tubuh gadis tersebut sehingga terjatuh.
"Aduh!" Ringis gadis tersebut. Nasya melihat jelas bahwa kaki gadis itu terluka dan tubuhnya bergetar seperti menangis tanp suara
Tanpa aba-aba, Nasya langsung menghampiri gadis itu.
"Jangan nangis, ayo bangun." Ucap Nasya sembari mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Ia menerima uluran tangan Nasya.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Nasya. Gadis itu tak menjawab pertanyaan Nasya, ia terus saja menangis. Nasya tau perasaan gadis didepannya ini seperti apa.
"Woi kak Nathan! Tanggung jawab dong!" Teriak Nasya, Nathan tidak menghiraukan kata-kata Nasya, ia terus saja berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
"Udah jangan nangis lagi, sini gue obatin lukanya." Ucap Nasya lalu berjalan membawa gadis itu untuk duduk dipinggir lapangan.
"Nah, udah!" Ucap Nasya girang ketika selesai mengobati luka gadis itu.
"Masih sakit gak?" Tanya Nasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...